TIMSS Matematika pada Domain Kognitif Penalaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA SMP INDONESIA PADA TIMSS 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Karakteristik Soal TIMSS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Study (TIMSS) merupakan penilaian internasional terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL LITERASI MATEMATIKA TINGKAT SMP MENGACU PADA TIMSS (TRENDS INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY) DITINJAU DARI GENDER

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara nasional adalah hasil nilai Ujian Nasional (UN). Permendikbud

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013

Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

ANALISIS SOAL MATEMATIKA TIMSS 2011 DENGAN INDEKS KESUKARAN TINGGI BAGI SISWA SMP. Lukman Jakfar Shodiq 1, Dafik 1, I Made Tirta 2

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM MENEMUKAN RUMUS BARISAN ARITMATIKA BERBANTUAN ALAT PERAGA SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

DESKRIPSI TRAJEKTORI BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LITERASI MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Soal Matematika Tipe TIMSS Menggunakan Konteks Kerajaan Sriwijaya di SMP

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berat. Salah satu tantangannya adalah menghadapi persaingan ekonomi global.

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengambilan keputusan adalah proses kognitif kritis di setiap bidang kehidupan manusia.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

EKSPLORASI KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PECAHAN PADA ANAK-ANAK DI RUMAH PINTAR BUMI CIJAMBE CERDAS BERKARYA (RUMPIN BCCB)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu membekali diri dengan pendidikan. Terdapat pengertian pendidikan menurut

Analisis Deskriptif Soal-Soal Dalam Buku Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester 1 Ditinjau dari Domain Kognitif TIMSS 2011

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

ANALISIS SOAL DALAM BUKU SISWA MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VIII SEMESTER I BERDASARKAN DIMENSI KOGNITIF DARI TIMSS

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION

PROSIDING ISSN: PM-13 PEMETAAN DOMAIN ISI DAN KOGNITIF SOAL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH MATEMATIKA SD/MI BERDASARKAN TIMSS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kemampuan Matematika Siswa SMP Indonesia Menurut Benchmark Internasional TIMSS 2011 (Trend of International on Mathematics and Science Study 2011)

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

JURNAL PROSES BERPIKIR SISWA DALAM GENERALISASI MASALAH POLA BILANGAN BERDASARKAN GENDER THE PROCESS OF STUDENT S THOUGHT IN GENERALIZING A

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN PADA BILANGAN PECAHAN DAN REVERSIBILITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

apa yang dirumuskan dalam NCTM (National Council of Teachers of isi atau materi (mathematical content) dan standar proses (mathematical

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI Halaman Oktarini, 2014 Analisis Keselarasan Antara Soal Kimia Timss Dengan Kompetensi Dasar dan Pembelajaran IPA-Kimia SMP

LITERASI MATEMATIS SISWA DALAM MENYEDERHANAKAN EKSPRESI ALJABAR

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DI KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 9 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

Kata Kunci: analisis soal; buku siswa kurikulum 2013; BSE; domain kognitif 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003 bahwa

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ALJABAR BERBASIS TIMSS PADA SISWA SMP KELAS VIII. Diajukan Oleh: Linggar Galih Mahanani A

BAB II TINJAUAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Keefektifan Problem-Based Learning Dan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Yayuk Kuswanti et al., Analisis Soal dalam Buku Siswa Matematika Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

ANALISIS ISI BUKU MATEMATIKA KURIKULUM 2013 SMP KELAS VIII SEMESTER 1 BERDASARKAN TAKSONOMI TIMSS

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. halnya bahasa, membaca dan menulis. Kesulitan belajar matematika. bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

Transkripsi:

TIMSS Matematika pada Domain Kognitif Penalaran Kurniawan 1, Sukriadi 2 1,2 Universitas Mulawarman Abstract. Penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengeksplor siswa SMP Kelas VIII yang bergender laki-laki dalam memecahkan masalah matematika TIMSS pada ranah konten bilangan dan ranah domain kognitif penalaran. Data penelitian diperoleh dengan memberikan tes masalah matematika TIMSS kepada subjek penelitian kemudian dilakukan wawancara secara mendalam berdasarkan jawaban subjek. Data dianalisis berdasarkan lima tahap yakni, klasifikasi data, reduksi data, penyajian data, interpretasi data, dan kesimpulan. Berdasarkan data yang diperoleh kesimpulan bahwa subjek mengumpulkan bukti, menganalisi data, membuat argumen, hingga membuktikan kebenaran pernyataan. Namun demikian, pada hasil pekerjaan terlihat bahwa subjek melakukan kesalahan yaitu dalam operasi perkalian bilangan desimal. Subjek melakukan konversi 1/2 dan 3/4 ke dalam bentuk bilangan desimal yaitu menjadi 0,5 dan 0,75. Subjek menuliskan dan menjelaskan bahwa hasil perkalian bilangan tersebut sebesar 1,25. berisi abstrak. Keyword. Penalaran, Pemecahan Masalah Matematika TIMSS, Gender Laki-laki 1. Pendahuluan Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) adalah suatu rangkaian penilaian skala internasional yang mengevaluasi kemampuan siswa dibidang matematika dan sains dibelahan dunia. Adapun assessment framework, terbagi menjad dua dimensi, yaitu dimensi konten yang terdiri dari empat domain bilangan, aljabar, geometri, dan data & peluang. Dimensi kedua adalah dimensi kognitif yang terdiri dari knowing (pengetahuan), applying (penerapan), reasoning (penalaran) [1]. Hasil TIMSS pada tahun 2011, untuk dimensi kognitif yaitu penalaran siswa Indonesia bergender lakilaki memperoleh skor 391 di bawah dari rata-rata internasional yaitu 466. Untuk dimensi konten dengan domain bilangan rata-rata persentase menjawab benar adalah 24 dengan rata-rata Internasional 43. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan siswa bergender laki-laki dan memecahkan masalah penalaran masih rendah yang juga mengartikan bahwa penalaran siswa dalam memecahkan masalah pun masih rendah. Dalam kurikulum yang diterapkan di Indonesia baik kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013 penalaran juga merupakan salah satu output tujuan dari diajarkannya matematika. NCTM menjelaskan terdapat lima standar pada proses pendidikan matematika, yaitu (1) pemecahan masalah, (2) penalaran, dan bukti, (3) komunikasi, (4) koneksi, dan (5) representasi [2]. Reasoning in mathematics is a cognitive process of looking for reasons and looking for conclusions [3]. Krutetskii menjelaskan laki-laki lebih unggul dalam penalaran dan memiliki kemampuan matematika dan mekanika yang lebih baik dibandingkan perempuan, perbedaan ini tidak signifikan di tingkat sekolah dasar [4]. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penalaran siswa SMP gender laki-laki dalam pemecahan masalah matematika TIMSS dengan domain kognitif penalaran. 543

Penalaran siswa dalam pemecahan masalah matematika TIMSS dengan domain kognitif penalaran merupakan deskripsi dari proses menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang diberikan dalam menyelesaikan masalah matematika TIMSS yang diberikan, yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (apa adanya) berbasis pada tahapan pemecahan masalah Polya. Adapun Indikator penalaran dalam penelitian ini merujuk pada English yang terdiri dari beberapa proses, yaitu mengumpulkan bukti, menganalisis data, membuat dugaan, membangun argumen, menarik simpulan, mensahihkan simpulan yang logis, serta membuktikan kebenaran pernyataan dengan tegas [5]. 2. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah satu siswa gender laki-laki kelas VIII SMP Negeri 5 Samarinda dengan kemampuan matematika tinggi. Prosedur pengumpulan data, dimulai dari penetapan kelas, memberikan tes kemampuan matematika, memberikan tes pemecahan masalah matematika TIMSS dan wawancara. Tes pemecahan masalah Matematika TIMSS (TPMT) mengadopsi dari soal TIMSS tahun 2011 dengan domain konten bilangan dan domain kognitif penalaran. 0 P Q 1 2 P dan Q menyatakan dua bilangan pecahan pada garis bilangan di atas. Jika P Q = N, tentukan letak N pada garis bilangan! Gambar 2.1 Soal Pemecahan Masalah Matematika TIMSS Peneliti melakukan wawancara terhadap subjek penelitian setelah mengerjkan TPMT guna memverifikasi data hasil tes tertulis. Selain itu, wawancara juga digunakan untuk memperoleh informasi baru yang mungkin tidak diperoleh saat tugas tertulis, karena tidak semua yang dipikirkan siswa dapat tuliskan, hal ini mungkin dapat terungkap ketika wawancara. Untuk mengetahui Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh, dilakukan uji kreadibilitas data. Data dikatakan valid jika terdapat konsistensi atau banyak kesamaan pandangan antara data pertama dan data kedua. 3. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian penalaran subjek dalam pemecahan masalah matematika TIMSS menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah Polya yaitu memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan, dan memeriksa kembali. Berikut akan dipaparkan pemahaman subjek berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah. 3.1 Penalaran subjek dalam fase memahami masalah Pada fase memahami masalah subjek menyebutkan yang diketahui pada masalah yaitu terdapat sebuah garis bilangan yang terdapat angka 0, 1 dan 2 dan huruf p dan q. Pada garis letak p dan q berada di tengah dari 0 dan 1 jadi kemungkinan letak p itu 0,5. Kemudian letak q di antara p dan 1. Kemungkinan nilai q sekitar 0,75. Berarti jika p q = n, maka dikalikan dan letak n akan diketahui. Dan menyebutkan yang ditanyakan yaitu menentukan letak n. Dari hal ini terlihat bahwa subjek setelah subjek diberikan permasalahan subjek mengumpulkan bukti, menganalisi data, membuat argumen, hingga membuktikan kebenaran pernyataan. Sejalan dengan yang diungkapkan English, bahwa penalaran matematika tidak hanya kemampuan berhitung dan analisis, melainkan juga mencakup beberapa proses, antara lain: mengumpulkan bukti, menganalisis data, membuat dugaan, membangun argumen [5]. 3.2 Penalaran subjek pada fase menyusun rencana Subjek mennyatakan bahwa langkah mengerjakan soal adalah menentukan terlebih duhulu bilangan p dan q itu berapa. Kemudian dikalikan, hasilnya sama dengan n, dan akan diketahui tahu letak n di mana. 3.3 Penalaran subjek pada fase melakasanakan Subjek menentukan nilai p = 1/2, dan mengubah menjadi desimal yaitu 0,5. Dan menentukan nilai q = 3/4 mengubah menjadi desimal menjadi 0,75. Kemudian mengungkapkan bahwa nilai n adalah 544

p q. Sehingga nilai n adalah 0,5 0,75 sama dengan 1,25. Jika dibuat garis bilangan menjadi seperti ini (menunjuk gambar). Sehingga diperoleh letak n di 1,25. Subjek Mendeskripsikan nilai p = 0,5 diperoleh dari gambar yang menunjukkan bahwa lp berada ditengah diantara 0 dan 1, dan pada gambar menunjukkan panjang sisi antara 0 dan p sama dengan panjang sisi antara p dan 1. Dan nilai q = 0,75 diperoleh dari gambar yang menunjukkan bahwa letak q berada ditengah diantara p dan 1 karena pada gambar menunjukkan panjang sisi antara p dan q sama dengan panjang sisi antara q dan 1, dimana nilai p sebelumnya diperoleh 0,5 sehingga nilai q = 0,75. Berdasarkan pemaparan subjek, terlihat bahwa subjek masih terpaku oleh gambar dalam pengambilan nilai untuk p dan q. Menentukan letak an berdasarkan hasil perhitungan p q = n yaitu 0,5 0,75 = 1,25. Mengungkapkan langkah yang dilakukan telah sesuai rencana yaitu menentukan nilai p = 0,5, q = 0,75 kemudian dikalikan. 3.4 Penalaran subjek pada fase memeriksaa kembali. Pada fase ini subjek memeriksa hasil perkalian p q=n=1,25 dan juga memeriksa letak n berada di tengah-tengah antara 1 dan 1,50. Berikut adalah hasil pekerjaan subjek dalam memecahkan masalah Gambar 3.1 hasil pekerjaan subjek Berikut adalah tabel data valid Penalaran dalam pemecahan masalah matematika TIMSS berdasarkan tahapan pemecahan masalah. 545

Tabel 3.1 Data Valid Penalaran dalam Pemecahan Masalah Matematika TIMSS Menyusun Memahami Masalah Melaksanakan Memeriksa Kembali Rencana Menyebutkan yang Memisalkan p dan q dengan suatu memeriksa hasil diketahui adalah p dan bilangan yaitu 1 q pada garis bilangan dan 3 dengan alasan perkalian p q = n = 2 4 bahwa p terletak ditengah antara 0 1,25 dan juga dan n merupakan hasil dan 1 dan q terletak diantara p dan memeriksa letak n kali p dan q, dan 1. Kemudian LK menghitung berada di tengahtengah antara 1 dan mengungkapkan yang perkalian p dan q berdasarkan ditanyakan adalah 1,50. menentukan letak n pada garis bilangan. Serta subjek juga menganalisis data yang diperoleh dengan mengungkapkan bahwa informasi pada masalah telah cukup untuk memecahkan masalah dengan alasan hasil membaca soal. Menentuka n nilai p dan q. Kemudian menentuka n hasil kali p dan q dan akan diketahui letak n. informasi yang diketahui pada masalah yaitu p q = n, hasil dari perkalian tersebut menjadi dasar LK menentukan letak n. LK mengungkapkan bahwa langkah yang dilakukan telah sesuai dengan rencana yaitu menentukan/memisalkan terlebih dahulu nilai p dan q kemudian menentukan nilai n, sehingga akan diketahui letak n pada garis bilangan. 4. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa subjek gender laki-laki mampu memahami dengan baik informasi yang diketahui dan kecukupan informasi dari masalah matematika TIMSS, serta dapat melakukan penyelesaian dan mengungkapkan bahwa langkah yang dilakukan telah sesuai dengan rencana. Saran Berdasarkan uraian hasil penelitian, maka dapat disarankan bahwa: Perlu merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan penalaran siswa dengan memberikan contoh permasalahan matematika untuk domain penalaran. 5. Daftar Pustaka [1] Mullis, I.V.S., Martin M.O.,Ruddock, G.J., O Sullivan, C.Y., Preuschoff, C. (2009). TIMSS 2011 Assessment Framework. Chestnut Hill : Boston College. [2] Subarinah, S. (2013). Profil Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Tipe Investigasi Matematik Ditinjau Dari Perbedaan Gender. Makalah PROSIDING Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika.FMIPA UNY ISBN : 978 979 16353 9 4. [3] Stacey, K.. (2010). Mathematics Teaching And Learning To Reach Beyond The Basics. Research Conference: University of Melbourne. [4] Nafi an, I. (2011). Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender di Sekolahan Dasar. Makalah PROSIDING Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. FMIPA UNY ISBN:978-979-16353-6-3. [5] English, L.D. (2004). Mathematical And Analogical Reasoning of Young Learners. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers. 546

Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas MulawarmanTahun 2017 yang telah memberikan hibah atau bantuan dana penelitian. Dan tak lupa mengucapkan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini yang tak bisa sebutkan satu persatu. Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih. 547