J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 1 T a h u n

dokumen-dokumen yang mirip
J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 1 N o m o r 2 T a h u n

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

I. MATERI DAN METODE. OT1 = Tanpa Olah Tanah OT2 =Olah Tanah Maksimum Faktor kedua :Mulsa (M)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

TEKNOLOGI SALIBU.

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

POTENSI PENINGKATAN PRODUKSI PADI DENGAN MENINGKATKAN IP (Indek Panen) MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SALIBU

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) LADANGPADAULTISOL JURNAL.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

BAHAN DAN METODE. PBSI Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

telah memberikan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Penggunaan Bactoplus Seri Padi pada

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

ISBN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Transkripsi:

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 1 T a h u n 2 0 1 8 44 PENGARUH TINGGI PEMOTONGAN DAN PEMBERIAN PUPUK BIOBOOST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SALIBU (Oryza sativa L.) Syawaluddin 1, Imelda Sari Harahap 1, Yuli Astria 1 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanui Selatan Jl Raja Inal Siregar Tanggal No 32, Padangsidimpuan 22716 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan tinggi pemotongan dan pemberian pupuk bioboost terhadap pertumbuhan dan produksi padi salibu (Oryza sativa L.). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan petak terbagi (split plot design) dengan 2 faktor yang akan diteliti yaitu: Faktor I peranan tinggi pemotongan (P) dengan 3 taraf yang di teliti yaitu: P1 = 5 cm,p2= 10 cm, P3 = 15 cm. Faktor II pemberian dosis pupuk bioboost (B) yaitu terdiri dari 3 level yaitu: B0 = kontrol, B1= 25 ml/10l air, B2 = 25 ml/15 L air. interaksi perlakuan tinggi pemotongan dan pengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah biji, dan berat biji per rumpun. Kata kunci: tinggi tanaman, malai, anakan, bulir PENDAHULUAN Salibu tanaman padi merupakan tunas yang tumbuh dari tunggul batang yang telah dipanen dan menghasilkan anakan baru hingga dapat dipanen (Susilawati 2011). Menurut Yohanes (2012) keuntungan penerapan padi salibu adalah cepat, mudah dan murah serta dapat meningkatkan produktivitas padi per unit area dan per unit waktu. Penerapan budidaya padi dengan sistem salibu melalui pemanfaatan varietas berdaya hasil tinggi, diduga dapat memberikan dan meningkatkan produktivitas padi nasional. Pertumbuhan tunas setelah dipotong sangat dipengaruhi oleh ketersedian air tanah, dan pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Pada masa pertumbuhan anakan padi salibu perlu pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara (Edirman 2012). Pertumbuhan tunas-tunas terjadi salah satunya karena adanya perlakuan pemangkasan. Tinggi pemangkasan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang, maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas salibu. Bioboost adalah pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme tanah yang unggul, bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai hasil proses biokimia tanah. kombinasi penggunaan bioboost dengan pupuk kimia, pupuk kandang atau kompos akan sangat baik untuk meningkatkan produktivitas lahan sehingga hasil pertanian akan meningkatkan baik mutu maupun jumlah hasil panennya. Komposisi bioboost Azatobacter 2,5x10, Azospirillium, Bacillus sp, Pseudomonas sp, Cythophaga sp. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Muara Purba Nauli, Kec. Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai September 2017. Metode percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan petak terbagi (split plot design), dengan dua faktor yang akan diteliti yaitu: Faktor I pemotongan (P) yaitu terdiri dari

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 1 T a h u n 2 0 1 8 45 3 level (P1 =5 cm, P2 =10 cm, P3 = 15 cm) dan Faktor II pemberian dosis pupuk bioboost dengan 3 taraf yang di teliti yaitu: B0 = kontrol, B1 =25 ml/10 L dan B2 =25 ml/10 L. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Untuk menganalisis data parameter pengamatan tinggi tanaman (cm), jumlah anakan, jumlah malai perrumpum, jumlah biji per malai, berat bulir per rumpun (gr), dengan menggunakan uji DMRT taraf 5%. Model yang digunakan dalam rancangan ini adalah model linier (Hanafiah 2010). Model linier ini adalah sebagai berikut: Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ) jk + Σijk Yijk = Hasil pengamatan faktor A pada taraf ke-j dan faktor J pada taraf ke-k dalam ulangan ke-i μ : Efek dari nilai tengah ρi : Efek dari blok pada taraf ke-i αj : Efek dari faktor A pada taraf ke-j βk : Efek dari faktor J pada taraf (αβ) j Σijk ke-k : Efek dari interaksi faktor A pada taraf ke-j dan faktor J pada taraf ke-k : Efek eror dari faktor A pada taraf ke-j dan faktor J pada taraf ke-k serta dalam ulangan ke-i Pelaksanaan Lahan dibersihkan dari jerami sisa panen dan gulma, khusus gulma dapat dibersihkan secara mekanis, baik dengan menggunakan cangkul, sabit dan alat lainnya. Apabila populasi gulma cukup padat dapat disemprot dengan herbisida yang cara kerjanya kontak dan areal terbatas. Jika lahan terlalu kering lakukan penggenangan 1-2 hari, kemudian air dikeluarkan sampai tanah lembab (Sarlan et al.2015). Tanaman padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Inpari 9. Pemotongan dilakukan secara acak sesuai dengan teknik yang akan diteliti yakni: P1 = 5 cm, P2 = 10 cm dan P3 = 15 cm. Penyulaman dilakukan dengan memanfaatkan tunas-tunas salibu yang ada, caranya dengan memecah (membagi dua) tunas yang tumbuh hingga perakarannya, kemudian dipecah antara 2-3 anakan, lalu disulamkan ke lokasi tanaman yang tidak tumbuh. Penyiangan dengan cangkul membuang gulma juga dapat digunakan untuk menggemburkan tanah dan perbaikan sistem perakaran tanaman salibu. Pemupukan dilakukan secara tabur pada kondisi air macak-macak.faktor dosis pupuk Bioboost (B) dengan 3 taraf yang diteliti yaitu: B0 = kontrol, B1 = dosis 50 ml/10 L air dan B2 = dosis 75 ml/15 L air. Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat umur 2 minggu setelah tanam, pengukuran dilakukan mulai dari leher akar sampai ujung daun tertinggi yaitu dengan meluruskan daun tanaman ke atas dengan menggunakan alat ukur meteran, dengan interval satu kali dalam 2 minggu sampai 6 minggu setelah pemotongan. Jumlah anakan Jumlah anakan di hitung pada setiap sampel, umur tanaman umur 2 minggu setelah pemotongan bekas padi sampai umur tanaman 4 minggu. Jumlah malai per rumpun Jumlah malai di hitung sebelum tanaman di panen dengan cara dihitung. Jumlah biji per malai Jumlah biji di hitung pada saat tanaman panen dengan cara dihitung. Berat bulir per rumpun Bulir yang terdapat di setiap dipanen, kemudian ditimbang dilakukan pada saat panen.

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 1 T a h u n 2 0 1 8 46 HASIL PENELITIAN Tinggi Tanaman (cm) interaksi dari kedua perlakuan tersebut menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6 msp. Tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P3B0 (96.33 cm) disusul nilai tertinggi kedua P2B1 (92.33 cm) dan nilai terendah terdapat pada perlakuan P1B1 (77.33 cm). Tabel 1 Interaksi pemberian pupuk bioboost terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 6 msp P1 79.33 77.33 78.00 78.22 P2 91.00 92.33 81.33 88.22 P3 96.33 90.67 82.00 89.67 88.89 86.78 80.44 Jumlah Anakan interaksi dari kedua perlakuan tersebut menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan yang dihasilkan pada umur 6 msp. Tanaman yang memiliki anakan terbanyak terdapat pada perlakuan P2B1 (25.67), disusul anakan terbanyak tertinggi kedua P3B0 (25.33) dan jumlah anakan terendah terdapat pada perlakuan P1B2 dan P2B2 masing-masing 23.00 anakan. Tabel 2 Interaksi pemberian pupuk bioboost terhadap jumlah anakan yang dihasilkan pada umur 6 msp P1 23.33 23.33 23.00 23.22 P2 23.67 25.67 23.00 24.11 P3 25.33 24.67 23.33 24.44 24.11 24.56 23.11 Jumlah malai per rumpun pengaruh tidak nyata terhadap jumlah malai per rumpun. Jumlah malai per rumpun tertinggi terdapat pada perlakuan P3B1 (23.33) dan disusul tertinggi kedua terdapat pada perlakuan P2B0 (24.67), dan jumlah malai per rumpun terendah terdapat dua perlakuan P1B1 dan P1B2 masingmasing 21,67. Tabel 3 Interaksi pemberian pupuk bioboost terhadap jumlah malai per rumpun P1 24.00 21.67 21.67 22.44

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 1 T a h u n 2 0 1 8 47 P2 24.67 20.67 23.67 23.00 P3 22.67 25.33 24.33 24.11 23.78 22.56 23.22 Jumlah biji per malai pengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per malai. Interaksi kedua perlakuan tersebut pada parameter jumlah biji per malai dengan hasil tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P2B1(185.00) dan disusul tertinggi kedua terdapat pada perlakuan P3B2 (180.67) dan perlakuan terendah terdapat perlakuan P2B2 (141.00). Tabel 4 Interaksi pemberian pupuk bioboost terhadap jumlah biji per malai P1 166.33 183.67 164.33 171.44 P2 170.00 185.00 141.00 165.33 P3 164.33 179.00 180.67 174.67 166.89 182.56 162.00 - Berat bulir per rumpun pengaruh tidak nyata terhadap berat bulir per rumpun. Interaksi kedua perlakuan tersebut pada parameter beratbiji per rumpun dengan hasil tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P3B2 (3.67) dan disusul tertinggi ke dua terdapat pada perlakuan P2B2 (3.33) dan perlakuan terendah terdapat perlakuan P2B0 (1.25). Tabel 5 Interaksi pemberian pupuk bioboost terhadap berat bulir per rumpun (gr) P1 1.45 2.33 2.83 2.21 P2 1.25 1.97 3.33 2.18 P3 1.40 2.53 3.67 2.53 1.37 2.28 3.28 - PEMBAHASAN perlakuan tinggi pemotongan 5 cm lebih efektif dibandingkan pemotongan pada 10 dan 15 cm dimana diperoleh hasil yang lebih tinggi pada parameter tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun dan jumlah biji per rumpun. Hal ini disebabkan oleh pemotongan 5 cm anakan akan tumbuh lebih banyak dan anakan akan tumbuh dari bawah sehingga akar baru

J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 2 N o m o r 1 T a h u n 2 0 1 8 48 tumbuh dan suplaei hara tidak bergantung pada batang lama. Tinggi pemotongan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang, maka tinggi pemangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan padi salibu yang berbeda beda. Pemotongan batang dimaksudkan untuk merangsang tunas dan akar baru sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah anakan dan jumlah daun tanaman. Pengaruh tidak nyata pada interaksi kedua perlakuan tersebut dapat juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Dimana air, cahaya, angin dan suhu berpengaruh terhadap proses penyerapan unsur hara pada tanaman. Suatu faktor penyebab hubungan kerjasama antara nutrisi dan penyerapannya dapat dipengaruhi oleh faktor keliling yang mendukung untuk memudahkan terjadinya proses pertumbuhan dan produksi. Pengaruh tidak nyata dari suatu interaksi perlakuan dapat disebabkan oleh kebutuhan hara. Semakin sering dilakukan pemupukan maka semakin sehat tanaman tersebut. Selain itu cara penyerapan unsur hara oleh tanaman juga berperan penting, karena semakin banyak jumlah akar maka semakin besar kebutuhan tanaman dalam menyerap unsur hara, akan tetapi apabila semakin banyak akar maka akan terjadi penumpukan akar di dalam tanah sehingga menyebabkan tidak semua akar dapat berfungsi sebagai alat untuk mencari makan. Proses metabolisme tanaman faktor lingkungan berperan besar dalam membantu penyerapan nutrisi tanaman baik yang diberikan dari tanah kemudian diserap oleh akar dan diteruskan kebagian atas tubuh tanaman maupun yang diterima dari udara seperti proses fotosintesis dan pemberian pupuk melalui daun. Faktor lingkungan tersebut antara lain iklim yaitu sinar matahari berperan membantu proses penyerapan nutrisi tanaman melalui pupuk yang diberikan dan melalui proses fotosintesa. Curah hujan yang cukup stabil saat pelaksanaan penelitian mendukung pertumbuhan tanaman. KESIMPULAN interaksi pengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah biji, dan berat biji per rumpun. DAFTAR PUSTAKA Edirman. 2012. Teknologi salibu meningkatkan produktivitas lahan (3-6 ton/ha/tahun) dan pendapatan petani (15-225 juta/tahun). Padang (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumbar. Hanafiah KA. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Palembang (ID): Universitas Sriwijaya Palembang. Susilawati. 2011. Agronomi Ratun Genotipe Genotipe Padi Potensial Untuk Lahan Pasang Surut. [disertasi]. Bogor (ID) : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Yohanes. 2012. Tanam Sekali Panen Berkali-Kali Dengan Teknologi Padi Salibu. Pagaruyung (ID): UPT Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab.Tanah Datar Kecamatan Lima Kaum.