BAB I PENDAHULUAN. mematikan yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

Oleh: Logan Cochrane

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency virus) dan

BAB I PENDAHULUAN orang orang orang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. perannya melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan. daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan penyakit menular mematikan yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan telah menjadi salah satu masalah kesehatan dunia yang amat penting karena terus mengalami peningkatan angka kesakitan dan kematian setiap tahunnya. Epidemi HIV/AIDS memiliki dampak buruk terhadap kesehatan, gizi, ketahanan pangan, dan pembangunan sosial ekonomi secara keseluruhan di negara-negara yang terkena penyakit ini. Kerusakan sistem kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Salah satu dampak buruk infeksi HIV adalah penurunan status gizi dan kualitas hidup penderita HIV/AIDS. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada tahun 2013, HIV secara global telah menginfeksi 35 juta orang dan telah mengakibatkan kematian 1,5 juta orang. Beban epidemi HIV terus bervariasi antar negara dan wilayah dan di Sub- Sahara Afrika tetap terkena dampak paling parah yakni 24,7 juta orang hidup dengan infeksi HIV. Pada tahun 2013, Asia dan Pasifik merupakan populasi terbesar berikutnya terkena infeksi HIV sebanyak 4,8 juta orang. Penyakit AIDS dan infeksi HIV tiap tahunnya terus menelan korban jiwa, menurut UNAIDS tuberkulosis

menjadi penyebab utama kematian diantara orang yang hidup dengan HIV/AIDS (WHO, 2014 ). Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Kementerian Kesehatan RI menyatakan kasus HIV/AIDS sejak ditemukan tahun 1987 di Bali pada seorang wisatawan Belanda telah tersebar di 348 (70%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi Indonesia. Pada tahun 2014, Papua, Jawa Timur, DKI Jakarta merupakan tiga provinsi penyumbang terbesar kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jumlah kasus HIV di Indonesia yang dilaporkan Januari sampai Maret 2014 adalah 6.626 kasus, sedangkan kasus AIDS 308 kasus. Dan secara kumulatif, sejak tahun 1987 hingga Maret 2014 kasus HIV sebesar 134.053 kasus sedangkan AIDS sebesar 54.231 kasus. Sedangkan jumlah kematian akibat HIV/AIDS tahun 2013 mencapai 318 kasus, dimana setiap tahun ada peningkatan maupun penurunan kasus kematian. Mengacu pada fenomena Gunung Es HIV/AIDS, maka diperkirakan jumlah pengidap HIV/AIDS yang sesungguhnya di seluruh Indonesia jauh lebih banyak dari jumlah tersebut (Spiritia, 2014). Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Kementerian Kesehatan RI hingga Maret 2014 jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Sumatera Utara berada pada peringkat kesepuluh (10) dari 33 provinsi yang melaporkan kasus HIV/AIDS, dimana secara kumulatif terdiri atas 8.316 kasus HIV dan 1468 kasus AIDS. Jumlah kasus HIV akan terus bertambah karena akan menularkan kepada orang lain melalui hubungan seksual

yang terinfeksi HIV, penggunaan jarum suntik yang terinfeksi HIV, transfusi darah maupun dari ibu ke bayinya (Spiritia, 2014). Penyakit AIDS sampai saat ini belum ditemukan obatnya, dan hanya dapat dicegah dengan pengendalian efek penyebarannya. Penanggulangan HIV/AIDS terus dilakukan Indonesia melalui komisi penanggulangan HIV/AIDS melalui program pencegahan, program dukungan, program perawatan, program pengobatan serta program pengurangan dampak buruk. Pada peringatan Hari AIDS Sedunia pada tanggal 1 Desember 2013, salah satu program pencegahan penularan HIV yang dilakukan kementerian kesehatan Indonesia dengan melakukan pembagian kondom gratis kepada pria yang beresiko. Penderita HIV/AIDS memerlukan pelayanan kesehatan berkesinambungan, memerlukan pemantauan yang seksama untuk mengobati dan mencegah agar penyakit infeksinya tidak berlarut-larut dan menyebabkan kecacatan. Salah satu pengobatan pendukung pada pasien HIV/AIDS dapat dilakukan dengan menjalani diet sesuai dengan keluhan gangguan gizi yang dialami (Djoerban, 2000). Memburuknya status gizi merupakan resiko tertinggi penyakit HIV/AIDS. Gangguan gizi pada pasien HIV/AIDS pada umumnya terlihat pada penurunan berat badan yang sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik. Sekitar 97% penderita HIV/AIDS menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Penelitian yang dilakukan oleh Molla Daniel, et al pada 408 pasien HIV/AIDS menemukan bahwa 64,4% pasien HIV/AIDS mengalami kurang gizi tingkat ringan

dan 25,5% mengalami gizi buruk. Hal itu dipengaruhi oleh gejala penyakit, kesulitan makan, dan durasi pemberian Antiretroviral (ART) (Daniel et al, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, status gizi pasien HIV/AIDS rawat inap tidak berhubungan dengan asupan nutrisi melainkan dipengaruhi oleh wasting syndrome, infeksi oportunistik, infeksi HIV itu sendiri. Pasien HIV/AIDS mengalami asupan makan yang kurang, gangguan absorbsi dan metabolisme gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik (Rahardju, 2010). Penelitian lain juga mengatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan status gizi pasien HIV/AIDS adalah jumlah CD 4 pasien, umur, pendidikan, dan lama pengobatan ART (Reuwpassa, 2012). Waktu yang dibutuhkan HIV menjadi AIDS tergantung status kesehatan dan status gizi sebelum dan setelah terinfeksi oleh virus. Terapi gizi merupakan salah satu penunjang utama penyembuhan, tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak kekurangan ataupun melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Harus disadari gizi mempunyai peran yang tidak kecil terhadap tingkat kesembuhan dan lama perawatan pasien di rumah sakit yang berdampak pada biaya perawatan. Penatalaksanaan gizi yang tepat bagi pasien HIV/AIDS merupakan salah satu komponen yang penting untuk mendukung keberhasilan perawatan dan pengobatan sehingga meningkatkan kualitas hidup penderita HIV/AIDS. Kebutuhan nutrisi pada pasien HIV/AIDS berbeda-beda sesuai kondisi pasien dan perkembangan penyakitnya. Kebutuhan energi meningkat sekitar 10-30% dari kebutuhan normal, kebutuhan protein 1,5-2 g/kg BB, sedangkan kebutuhan lemak

dan karbohidrat normal. Bahan makanan dengan zat gizi yang baik dan seimbang diperlukan penderita HIV/AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi. Pemenuhan kebutuhan dapat diperoleh dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi pasien. Pada kenyataannnya tidak mudah, ada beberapa hal yang menyebabkan jumlah makanan yang dikonsumsi tidak sesuai kebutuhan penderita HIV yang disebabkan oleh menurunnnya nafsu makan, berubahnya pengecapan, sariawan, dan lain-lain (Hudayani, 2012). Nafsu makan yang menurun dimanfaatkan oleh HIV untuk berkembang lebih cepat, oleh sebab itu pasien HIV/AIDS sebaiknya mengonsumsi makanan yang bervariasi, dan bila diperlukan bisa diberikan zat gizi mikro dalam bentuk suplemen serta jus buah dan sayur (Nursalam & Kurniawati, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Carole Leach menemukan bahwa semakin beragam dan kaya zat gizi pada pola makan sebelum memulai pengobatan antiretroviral (ART), semakin kecil kemungkinan bagi HIV untuk berkembang dan semakin kecil pula kemungkinan penderita untuk meninggal (Leach, 2012). Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pusat rujukan di Provinsi Sumatera Utara yang melayani rawat inap pasien HIV/AIDS. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik, pada tahun 2014 tercatat jumlah pasien HIV/AIDS yang rawat inap yaitu pada periode Januari hingga Juli ada 19 orang penderita HIV/AIDS dengan infeksi tuberkulosis Paru, kandidiasis, anemia, diare kronik, pneumonia, sedangkan periode

Juli hingga Agustus ada 16 orang yang sedang dirawat (Rekam Medik RSUP H. Adam Malik, 2014). Nursalam dan Ninuk (2007) menyatakan pasien HIV/AIDS pada umumnya mengonsumsi zat gizi dibawah optimal (70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan tubuh). Hal itu didukung dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit Indonesia menemukan sebagian besar pasien rawat inap memiliki asupan rendah terhadap kalori, protein, dan zat gizi lain sehingga memperburuk status gizi pasien (Razak, 2009; Restiana dkk, 2012). Penatalaksanaan diet pasien HIV/AIDS yang rawat inap RSUP H. Adam Malik dilakukan dengan memberikan diet sesuai kondisi penerimaan pasien yaitu melalui oral (mulut) berupa diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dalam bentuk makanan biasa dan makanan lunak serta makanan dalam bentuk sonde (lewat pipa). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, pemberian diet TKTP pada penderita HIV/AIDS rawat inap di RSUP H. Adam Malik dinilai belum sesuai. Dibuktikan oleh jumlah pemberian untuk diet TKTP yang diberikan belum mencukupi jumlahnya sehingga kandungan energi dan zat gizi masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari pemberian diet TKTP dalam bentuk makanan biasa satu hari dengan komposisi zat gizi makro khususnya kalori 2350 kkal dan protein 81,05 gr, sedangkan menurut Almatsier (2006), diet TKTP I khususnya kalori berjumlah 2690 kkal dan protein 103 gr. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran penatalaksanaan diet HIV/AIDS dan status gizi pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana gambaran penatalaksanaan diet HIV/AIDS dan status gizi pasien rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan diet HIV/AIDS dan status gizi pasien rawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui frekuensi pemberian diet yang diberikan pada pasien HIV/AIDS rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. 2. Untuk mengetahui jumlah pemberian diet yang diberikan pada pasien HIV/AIDS rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. 3. Untuk mengetahui kandungan zat gizi dari diet yang diberikan pada pasien HIV/AIDS rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. 4. Untuk mengetahui status gizi pasien penderita HIV/AIDS rawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan bagi pihak rumah sakit untuk melaksanakan diet yang diberikan bagi penderita HIV/AIDS yang rawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak instalasi gizi RSUP. H. Adam Malik Medan mengenai kandungan zat gizi yang diberikan pihak rumah sakit kepada pasien HIV/AIDS yang rawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan.