4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Waktu Inkubasi dan Tipe Gejala Waktu inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya virus hingga timbulnya gejala pertama pada tanaman (Boss, 990). Dari hasil penelitian ini waktu inkubasi yang diperoleh beragam untuk masing-masing perlakuan. Ratarata waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada tabel. Tabel Pengaruh perlakuan terhadap waktu inkubasi virus dan tipe gejala Perlakuan Waktu Inkubasi (HSI 3 ) Tipe Gejala 4 K- - 5 Tidak ada gejala K+ 4,66 ± 0,50 b Mb, Md, K PB 0, 6,60 ±, a Mr, Mb, Md PB 7,00 ± 0,89 a Mr, Ms SB 0, 7,0 ±,60 a Mr, Ms, Md SB 7,75 ±,4 a Mr ST 0, 7,40 ± 0,95 a Mr, Mb ST 7,80 ±, a Mr, Ms K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf mutu berbeda menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang ganda Duncan α = 0,05). 3 HSI : Hari setelah inokulasi 4 Ket: Mr= mosaik ringan; Ms= mosaik sedang; Mb= mosaik berat; Md= malformasi daun; K= kerdil 5 - = tidak ada Tanaman yang diberi perlakuan kitosan dengan konsentrasi dan waktu perlakuan yang berbeda memiliki waktu inkubasi yang berbeda nyata dengan kontrol positif, namun antar perlakuan kitosan tidak menimbulkan perbedaan waktu inkubasi yang signifikan. Waktu inkubasi yang dibutuhkan virus untuk menunjukkan gejala pada kontrol positif rata-rata 5 hari. Sedangkan waktu inkubasi tanaman yang diberi perlakuan kitosan rata-rata 7-8 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan kitosan memperpanjang waktu inkubasi. Hal ini diduga karena kemampuan kitosan dalam menginduksi ketahanan tanaman menjadikan waktu inkubasi virus semakin lebih panjang.
5 Tipe gejala merupakan ekspresi dari tanaman akibat adanya gangguan fungsi fisiologis baik disebabkan oleh patogen maupun kekurangan unsur hara. Gejala yang terekspresi akibat infeksi VMKP juga beragam. Pada kontrol positif tipe gejala yang muncul berupa mosaik berat, malformasi daun, dan kerdil. Sedangkan untuk setiap perlakuan kitosan tipe gejala yang muncul adalah mosaik ringan, mosaik sedang, mosaik berat, dan malformasi daun tergantung pada jenis perlakuan. Perbedaan konsentrasi dan waktu aplikasi yang dilakukan menimbulkan respon yang berbeda pada tanaman. Pada perlakuan kitosan % (PB, SB, ST) gejala yang tampak yaitu mosaik ringan hingga sedang. Sedangkan pada perlakuan kitosan 0,% (PB0,, SB0,, ST0,) gejala yang tampak yaitu mosaik berat bahkan malformasi daun. Dari data ini terlihat bahwa gejala tanaman yang diberi perlakuan kitosan % lebih ringan dibandingkan dengan perlakuan kitosan 0,% dan kontrol positif (Tabel ). Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit Pengamatan kejadian penyakit dan keparahan penyakit sangat dibutuhkan untuk melihat pengaruh penghambatan kitosan terhadap perkembangan virus. Kejadian penyakit menunjukkan keberadaan suatu patogen pada tanaman. Sedangkan keparahan sangat berpengaruh akan jumlah kehilangan hasil yang mungkin terjadi akibat keberadaan patogen pada tanaman. Kejadian Penyakit. Beberapa tanaman yang diberi perlakuan kitosan menunjukkan tidak terserang oleh VMKP meskipun telah diinokulasi secara mekanis. Kejadian penyakit dengan perlakuan kitosan % dengan waktu aplikasi yang berbeda (PB, SB dan ST) yaitu dari 9 tanaman yang diinokulasi dengan virus, tiga tanaman diantaranya tidak terinfeksi VMKP. Sedangkan kejadian penyakit dengan perlakuan kitosan 0,% dengan waktu aplikasi yang berbeda (PB0,, SB0, dan ST0,) yaitu dari 9 tanaman yang diinokulasi dengan virus ini dua tanaman diantaranya tidak terinfeksi virus (Tabel ). Data ini menunjukkan bahwa perlakuan kitosan % (PB, SB dan ST) mampu menekan infeksi VMKP dengan baik.
6 Keparahan Penyakit. Perlakuan kitosan dengan konsentrasi 0,% dan % serta waktu aplikasi yang berbeda menunjukkan mampu menekan keparahan infeksi virus bila dibandingkan dengan kontrol tanaman sakit tanpa perlakuan kitosan (Tabel ). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kitosan % (PB, SB, ST) memiliki nilai keparahan penyakit yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan kitosan 0,% maupun kontrol tanaman yang diinokulasi virus (K+) pada pengamatan 4 MSI. Adanya perbedaan konsentrasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk menghambat infeksi VMKP ini. Kitosan % lebih baik bila dibandingkan dengan kitosan dengan konsentrasi 0,% dalam menekan VMKP. Tabel Pengaruh perlakuan terhadap kejadian penyakit (KP), keparahan penyakit. Perlakuan KP (n/n) 3 Keparahan K- 0/9 0,00 ± 0,00 c K+ 9/9 3, ± 0,9 a PB 0. 7/9,77 ± 0,69 b PB 6/9,33 ± 0,67 b SB 0. 7/9,77 ± 0,9 b SB 6/9, ± 0,9 bc ST 0. 7/9,88 ± 0,76 b ST 6/9,0 ± 0,69 bc K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf mutu berbeda menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang ganda Duncan α = 0,05). 3 n/n : Jumlah tanaman yang terinfeksi/ Jumlah tanaman yang diamati. Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Akumulasi Virus, Penghambatan Virus, Penghambatan Penyakit. Akumulasi Virus. NAE (Nilai Absorban Elisa) adalah nilai absorbansi virus untuk mendapatkan gambaran kuantitatif virus yang terdapat pada setiap tanaman perlakuan. Selain itu berdasarkan NAE, dapat digunakan untuk konfirmasi kejadian penyakit pada tiap perlakuan. Akumulasi virus (NAE) dari semua perlakuan kitosan dengan konsentrasi dan waktu aplikasi yang berbeda
7 memiliki nilai yang nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol positif (Tabel 3). Akumulasi virus pada perlakuan SB dan ST menunjukkan NAE yang nyata lebih rendah bila dibandingkan dengan kontrol positif dan perlakuan kitosan lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena konsentrasi kitosan yang digunakan lebih tinggi dan waktu aplikasi yang dilakukan lebih tepat bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penghambatan Virus. Kemampuan kitosan 0,% (PB0, dan SB0,) dan % (PB, SB dan ST) dalam menghambat virus cukup tinggi. Kecuali ST0,, semua perlakuan kitosan lainnya menunjukkan penghambatan virus lebih dari 80% (Tabel 3). Penghambatan Penyakit. Persentase penghambatan penyakit pada perlakuan kitosan % (PB, SB, dan ST) lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+) dan perlakuan kitosan lainnya yaitu sebesar 6% dan 65%, sedangkan persentase penghambatan perlakuan kitosan 0,% lebih rendah yaitu berkisar antara 40%-50% (Tabel 3). Tabel 3 Pengaruh perlakuan kitosan terhadap akumulasi virus, penghambatan virus dan penghambatan penyakit. Perlakuan NAE % Penghambatan Virus % Penghambatan Penyakit K- 0,3 ± 0,0 a 00,00 00,00 K+,37 ± 0,56 e 0,00 0,00 PB 0. 0,4 ±,0, b 8,7 55,7 PB 0,4 ± 0,0 c 8,7 65,5 SB 0. 0,43 ± 0,6 cd 8,85 44,7 SB 0,36 ± 0, b 84,8 6, ST 0. 0,57 ± 0,9 d 75,94 4,30 ST 0,33 ± 0,0 b 86,07 6, K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. NAE: Nilai absorban ELISA. Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang ganda Duncan α = 0,05)
8 Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Tinggi Tanaman Pada minggu ke- semua perlakuan kitosan tidak menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan kontrol tanaman sehat dan kontrol tanaman sakit. Sedangkan pada minggu ke-4 perlakuan benih (PB) menunjukkan tinggi yang nyata lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+). Penghambatan pertumbuhan mulai terlihat pada 4 MSI, dimana tanaman yang tidak diinokulasi dengan virus (K-) memiliki tinggi yang nyata lebih baik bila dibandingkan dengan tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+). Pada 6 MSI semua perlakuan kitosan kecuali SB 0, meningkatkan tinggi secara nyata lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi virus (K+), sedangkan pada 8 MSI semua tanaman yang diberi perlakuan kitosan menunjukkan tinggi yang sama dengan kontrol sehat; dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan K+ (Tabel 4). Tabel 4 Pengaruh perlakuan kitosan terhadap tinggi tanaman Perlakuan Pertumbuhan Tinggi (cm) MSI 4 MSI 6 MSI 3 8 MSI K- 69,3 ± 4,8 a 67, ± 4, a, ± 5,9 a 5,3 ± 53,3 a K+ 6,9 ±,0 a 9,9 ± 9, b 56, ±,4 b 64,5 ± 4,4 b PB 0, 64,9 ± 8,5 a 4,6 ± 4,8 ab 95,3 ±,0 a 5,4 ± 3,3 a PB 73,6 ± 7, a 7, ± 37, a 6,6 ± 38,8 a 33,6 ± 47,6 a SB 0, 67,7 ± 0,5 a 54,0 ± 36,6 ab 88,5 ± 4,0 ab 07,6 ± 43,5 a SB 67, ± 8, a 46, ± 4,4 ab 90,5 ± 0, a 09,8 ± 35, a ST 0, 7,4 ± 7, a 50,0 ±, ab 9,8 ±,6 a 3, ± 7,6 a ST 69,4 ± 7,8 a 54,5 ± 8,9 ab 00, ± 40,9 a 8,4 ± 30,4 a K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang 3 ganda Duncan α =0,05) MSI : Minggu setelah inokulasi Pengaruh kitosan terhadap pertumbuhan tanaman, dapat dilihat pada gambar. Tanaman yang diinokulasi virus tanpa diberi perlakuan kitosan (K+) pertumbuhannya terhambat bahkan kerdil. Agrios (005) menyatakan bahwa
9 infeksi virus dapat menyebabkan metabolisme yang ada di dalam sel terganggu dan mengakibatkan terjadinya perubahan biokimiawi dan fisiologi sel, sehingga pertumbuhan tanaman akan berbeda bila dibandingkan dengan tanaman sehat. Tanaman yang diberi perlakuan kitosan secara visual juga terlihat lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol tanaman sakit (K+). Dari hasil ini terlihat bahwa kitosan memiliki pengaruh yang baik untuk pertumbuhan tanaman meskipun tanaman tersebut terinfeksi oleh virus. ST ST0, SB SB0, PB PB0, K- K+ Gambar Perbandingan tinggi anatara perlakuan kitosan dengan kontrol Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Diameter Batang Perlakuan kitosan dapat meningkatkan diameter batang tanaman kacang panjang. Pada, 4, 6, dan 8 MSI perlakuan kitosan % (PB, SBdan ST) menunjukkan diameter batang yang lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+), sedangkan tanaman yang diberi perlakuan kitosan 0,% pada, 4, 6, dan 8 MSI menunjukkan diameter batang yang lebih kecil dan tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+). Akan tetapi secara umum semua tanaman yang diberi perlakuan kitosan dan diinfeksi virus menunjukkan pertumbuhan dan diameter batangnya tidak berbeda nyata dengan tanaman sehat (Tabel 5)
0 Tabel 5 Pengaruh perlakuan kitosan terhadap diameter batang Perlakuan Diameter Batang (cm) MSI 4 MSI 6 MSI 3 8 MSI K- 0,7 ± 0,03 abc 0,3 ± 0,03 ab 0,3 ± 0,03 a 0,3 ± 0,04 a K+ 0,4 ± 0,04 c 0,5 ± 0,04 c 0,6 ± 0,05 b 0,6 ± 0,05 b PB 0, 0,6 ± 0,0 bc 0,8 ± 0,0 abc 0,9 ± 0,0 ab 0,30 ± 0,0 ab PB 0,3 ± 0,05 ab 0,33 ± 0,05 ab 0,34 ± 0,05 a 0,36 ± 0,05 a SB 0, 0,7 ± 0,04 abc 0,9 ± 0,05 abc 0,30 ± 0,05 ab 0,3 ± 0,04 a SB 0,3 ± 0,06 a 0,33 ± 0,06 a 0,34 ± 0,05 a 0,35 ± 0,05 a ST 0, 0,7 ± 0,03 abc 0,9 ± 0,03 abc 0,30 ± 0,03 ab 0,30 ± 0,04 ab ST 0,30 ± 0,04ab 0,3 ± 0,04 ab 0,3 ± 0,04 a 0,33 ± 0,04 a K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang 3 ganda Duncan α =0,05) MSI : Minggu setelah inokulasi Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Jumlah Daun, Masa Berbunga dan Bobot Kering Jumlah daun. Pengamatan jumlah daun dilakukan pada 4 MSI (minggu setelah inokulasi). Perlakuan (PB, SB, ST0, dan ST) menyebabkan jumlah daun yang nyata lebih banyak bila dibandingkan dengan kontrol sakit. Rata-rata jumlah daun hasil perlakuan tersebut berkisar antara 0- daun (Tabel 6). Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan kitosan sangat baik untuk pertumbuhan daun pada tanaman. Masa Berbunga. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rata-rata masa berbunga dari semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6). Akan tetapi perlakuan kitosan % (PB, SB, ST) rata- rata memiliki interval masa berbunga yang cenderung lebih cepat bila dibandingkan dengan Kontrol sakita tanpa perlakuan yaitu 3 HSI. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kitosan % mempengaruhi masa berbunga tanaman. Seperti yang telah dilaporkan pada tanaman Eustoma
glandiflorum, dimana perlakuan kitosan dapat mempercepat periode berbunga dan meningkatkan massa dan jumlah bunga (Ohta et al. 999) Bobot Kering. Penghitungan bobot kering tanaman dilakukan diakhir penelitian. Perlakuan kitosan % dengan waktu aplikasi yang berbeda (PB, SB dan ST) memiliki bobot kering yang lebih berat bila dibandingkan dengan kontrol sakit. Sedangkan perlakuan kitosan 0,% dengan waktu aplikasi yang berbeda (PB0,, SB0, dan ST0,) tidak menunjukkan bobot yang nyata berbeda bila dibandingkan dengan kontrol tanaman sakit (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa selain mempengaruhi jumlah daun, perlakuan kitosan % juga mampu mempengaruhi bobot kering tanaman. Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Bautista et al. (005) yang melaporkan bahwa apikasi kitosan yang disemprotkan pada daun tanaman dapat mempengaruhi bobot kering pada tanaman. Tabel 6 Pengaruh perlakuan kitosan terhadap Masa berbunga, jumlah daun dan bobot kering Perlakuan Masa Berbunga Jumlah Daun Bobot Kering K- 33,00 ±,9a 9, ±,64 bc,9 ± 0,5 ab K+ 34,44 ± 3,3a 8, ±,5 c,8 ± 0,8 b PB 0, 33,00 ± 0,69a 9, ± 0,50 bc,9 ± 0,34 ab PB 3,44 ± 3,38a,33 ± 0,33 a,98 ± 0, a SB 0, 34, ±,34a 9,66 ± 0,66 abc,94 ± 0,3 ab SB 3,89 ±,6a 0,33 ± 0,33 ab,98 ± 0,55 a ST 0, 34,00 ± 0,33a 0,66 ± 0,66 ab,90 ± 0,7 ab ST 3,00 ±,96a,33 ±,00 a,97 ± 0,44 a K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang ganda Duncan α =0,05)