HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI LIMA EKSTRAK TUMBUHAN DALAM MENEKAN INFEKSI VIRUS MOSAIK PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna unguiculata subsp.

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

TINGKAT KETAHANAN SEMBILAN KULTIVAR KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI BEAN COMMON MOSAIC VIRUS (BCMV) Oleh. Lina Setyastuti A

PEMANFAATAN KITOSAN UNTUK MENEKAN INFEKSI VIRUS MOSAIK PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna unguiculata subsp. sesquipedalis) HARYANTO

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Isolasi Kandidat RPPT dari Rizosfer

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Penapisan

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Interval Pemanenan (cm) H 30 H 50 H 60

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

Aviva Aviolita Parama Putri, M. Martosudiro dan T. Hadiastono

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Fase Kritis Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) terhadap Infeksi Bean Common Mosaic Virus (BCMV)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KETAHANAN EMPAT VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum MILL.) TERHADAP INFEKSI Tobacco Mosaic Virus (TMV)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

Lima Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Infeksi Bean common mosaic virus pada Tanaman Kacang Panjang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Fosfor Terhadap Pertumbuhan Pseudbulb. tanaman anggrek Dendrobium antennatum selama 10 minggu setelah

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

Tipe perkecambahan epigeal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan digunakan 80%. Pada umur 1-2 MST dilakukan penyulaman pada benih-benih

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

Lilik Nur Kholidah, Tutung Hadiastono, Mintarto Martosudiro

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Transkripsi:

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Waktu Inkubasi dan Tipe Gejala Waktu inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya virus hingga timbulnya gejala pertama pada tanaman (Boss, 990). Dari hasil penelitian ini waktu inkubasi yang diperoleh beragam untuk masing-masing perlakuan. Ratarata waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada tabel. Tabel Pengaruh perlakuan terhadap waktu inkubasi virus dan tipe gejala Perlakuan Waktu Inkubasi (HSI 3 ) Tipe Gejala 4 K- - 5 Tidak ada gejala K+ 4,66 ± 0,50 b Mb, Md, K PB 0, 6,60 ±, a Mr, Mb, Md PB 7,00 ± 0,89 a Mr, Ms SB 0, 7,0 ±,60 a Mr, Ms, Md SB 7,75 ±,4 a Mr ST 0, 7,40 ± 0,95 a Mr, Mb ST 7,80 ±, a Mr, Ms K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf mutu berbeda menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang ganda Duncan α = 0,05). 3 HSI : Hari setelah inokulasi 4 Ket: Mr= mosaik ringan; Ms= mosaik sedang; Mb= mosaik berat; Md= malformasi daun; K= kerdil 5 - = tidak ada Tanaman yang diberi perlakuan kitosan dengan konsentrasi dan waktu perlakuan yang berbeda memiliki waktu inkubasi yang berbeda nyata dengan kontrol positif, namun antar perlakuan kitosan tidak menimbulkan perbedaan waktu inkubasi yang signifikan. Waktu inkubasi yang dibutuhkan virus untuk menunjukkan gejala pada kontrol positif rata-rata 5 hari. Sedangkan waktu inkubasi tanaman yang diberi perlakuan kitosan rata-rata 7-8 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan kitosan memperpanjang waktu inkubasi. Hal ini diduga karena kemampuan kitosan dalam menginduksi ketahanan tanaman menjadikan waktu inkubasi virus semakin lebih panjang.

5 Tipe gejala merupakan ekspresi dari tanaman akibat adanya gangguan fungsi fisiologis baik disebabkan oleh patogen maupun kekurangan unsur hara. Gejala yang terekspresi akibat infeksi VMKP juga beragam. Pada kontrol positif tipe gejala yang muncul berupa mosaik berat, malformasi daun, dan kerdil. Sedangkan untuk setiap perlakuan kitosan tipe gejala yang muncul adalah mosaik ringan, mosaik sedang, mosaik berat, dan malformasi daun tergantung pada jenis perlakuan. Perbedaan konsentrasi dan waktu aplikasi yang dilakukan menimbulkan respon yang berbeda pada tanaman. Pada perlakuan kitosan % (PB, SB, ST) gejala yang tampak yaitu mosaik ringan hingga sedang. Sedangkan pada perlakuan kitosan 0,% (PB0,, SB0,, ST0,) gejala yang tampak yaitu mosaik berat bahkan malformasi daun. Dari data ini terlihat bahwa gejala tanaman yang diberi perlakuan kitosan % lebih ringan dibandingkan dengan perlakuan kitosan 0,% dan kontrol positif (Tabel ). Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit Pengamatan kejadian penyakit dan keparahan penyakit sangat dibutuhkan untuk melihat pengaruh penghambatan kitosan terhadap perkembangan virus. Kejadian penyakit menunjukkan keberadaan suatu patogen pada tanaman. Sedangkan keparahan sangat berpengaruh akan jumlah kehilangan hasil yang mungkin terjadi akibat keberadaan patogen pada tanaman. Kejadian Penyakit. Beberapa tanaman yang diberi perlakuan kitosan menunjukkan tidak terserang oleh VMKP meskipun telah diinokulasi secara mekanis. Kejadian penyakit dengan perlakuan kitosan % dengan waktu aplikasi yang berbeda (PB, SB dan ST) yaitu dari 9 tanaman yang diinokulasi dengan virus, tiga tanaman diantaranya tidak terinfeksi VMKP. Sedangkan kejadian penyakit dengan perlakuan kitosan 0,% dengan waktu aplikasi yang berbeda (PB0,, SB0, dan ST0,) yaitu dari 9 tanaman yang diinokulasi dengan virus ini dua tanaman diantaranya tidak terinfeksi virus (Tabel ). Data ini menunjukkan bahwa perlakuan kitosan % (PB, SB dan ST) mampu menekan infeksi VMKP dengan baik.

6 Keparahan Penyakit. Perlakuan kitosan dengan konsentrasi 0,% dan % serta waktu aplikasi yang berbeda menunjukkan mampu menekan keparahan infeksi virus bila dibandingkan dengan kontrol tanaman sakit tanpa perlakuan kitosan (Tabel ). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kitosan % (PB, SB, ST) memiliki nilai keparahan penyakit yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan kitosan 0,% maupun kontrol tanaman yang diinokulasi virus (K+) pada pengamatan 4 MSI. Adanya perbedaan konsentrasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk menghambat infeksi VMKP ini. Kitosan % lebih baik bila dibandingkan dengan kitosan dengan konsentrasi 0,% dalam menekan VMKP. Tabel Pengaruh perlakuan terhadap kejadian penyakit (KP), keparahan penyakit. Perlakuan KP (n/n) 3 Keparahan K- 0/9 0,00 ± 0,00 c K+ 9/9 3, ± 0,9 a PB 0. 7/9,77 ± 0,69 b PB 6/9,33 ± 0,67 b SB 0. 7/9,77 ± 0,9 b SB 6/9, ± 0,9 bc ST 0. 7/9,88 ± 0,76 b ST 6/9,0 ± 0,69 bc K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf mutu berbeda menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang ganda Duncan α = 0,05). 3 n/n : Jumlah tanaman yang terinfeksi/ Jumlah tanaman yang diamati. Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Akumulasi Virus, Penghambatan Virus, Penghambatan Penyakit. Akumulasi Virus. NAE (Nilai Absorban Elisa) adalah nilai absorbansi virus untuk mendapatkan gambaran kuantitatif virus yang terdapat pada setiap tanaman perlakuan. Selain itu berdasarkan NAE, dapat digunakan untuk konfirmasi kejadian penyakit pada tiap perlakuan. Akumulasi virus (NAE) dari semua perlakuan kitosan dengan konsentrasi dan waktu aplikasi yang berbeda

7 memiliki nilai yang nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol positif (Tabel 3). Akumulasi virus pada perlakuan SB dan ST menunjukkan NAE yang nyata lebih rendah bila dibandingkan dengan kontrol positif dan perlakuan kitosan lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena konsentrasi kitosan yang digunakan lebih tinggi dan waktu aplikasi yang dilakukan lebih tepat bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penghambatan Virus. Kemampuan kitosan 0,% (PB0, dan SB0,) dan % (PB, SB dan ST) dalam menghambat virus cukup tinggi. Kecuali ST0,, semua perlakuan kitosan lainnya menunjukkan penghambatan virus lebih dari 80% (Tabel 3). Penghambatan Penyakit. Persentase penghambatan penyakit pada perlakuan kitosan % (PB, SB, dan ST) lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+) dan perlakuan kitosan lainnya yaitu sebesar 6% dan 65%, sedangkan persentase penghambatan perlakuan kitosan 0,% lebih rendah yaitu berkisar antara 40%-50% (Tabel 3). Tabel 3 Pengaruh perlakuan kitosan terhadap akumulasi virus, penghambatan virus dan penghambatan penyakit. Perlakuan NAE % Penghambatan Virus % Penghambatan Penyakit K- 0,3 ± 0,0 a 00,00 00,00 K+,37 ± 0,56 e 0,00 0,00 PB 0. 0,4 ±,0, b 8,7 55,7 PB 0,4 ± 0,0 c 8,7 65,5 SB 0. 0,43 ± 0,6 cd 8,85 44,7 SB 0,36 ± 0, b 84,8 6, ST 0. 0,57 ± 0,9 d 75,94 4,30 ST 0,33 ± 0,0 b 86,07 6, K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. NAE: Nilai absorban ELISA. Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang ganda Duncan α = 0,05)

8 Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Tinggi Tanaman Pada minggu ke- semua perlakuan kitosan tidak menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan kontrol tanaman sehat dan kontrol tanaman sakit. Sedangkan pada minggu ke-4 perlakuan benih (PB) menunjukkan tinggi yang nyata lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+). Penghambatan pertumbuhan mulai terlihat pada 4 MSI, dimana tanaman yang tidak diinokulasi dengan virus (K-) memiliki tinggi yang nyata lebih baik bila dibandingkan dengan tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+). Pada 6 MSI semua perlakuan kitosan kecuali SB 0, meningkatkan tinggi secara nyata lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi virus (K+), sedangkan pada 8 MSI semua tanaman yang diberi perlakuan kitosan menunjukkan tinggi yang sama dengan kontrol sehat; dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan K+ (Tabel 4). Tabel 4 Pengaruh perlakuan kitosan terhadap tinggi tanaman Perlakuan Pertumbuhan Tinggi (cm) MSI 4 MSI 6 MSI 3 8 MSI K- 69,3 ± 4,8 a 67, ± 4, a, ± 5,9 a 5,3 ± 53,3 a K+ 6,9 ±,0 a 9,9 ± 9, b 56, ±,4 b 64,5 ± 4,4 b PB 0, 64,9 ± 8,5 a 4,6 ± 4,8 ab 95,3 ±,0 a 5,4 ± 3,3 a PB 73,6 ± 7, a 7, ± 37, a 6,6 ± 38,8 a 33,6 ± 47,6 a SB 0, 67,7 ± 0,5 a 54,0 ± 36,6 ab 88,5 ± 4,0 ab 07,6 ± 43,5 a SB 67, ± 8, a 46, ± 4,4 ab 90,5 ± 0, a 09,8 ± 35, a ST 0, 7,4 ± 7, a 50,0 ±, ab 9,8 ±,6 a 3, ± 7,6 a ST 69,4 ± 7,8 a 54,5 ± 8,9 ab 00, ± 40,9 a 8,4 ± 30,4 a K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang 3 ganda Duncan α =0,05) MSI : Minggu setelah inokulasi Pengaruh kitosan terhadap pertumbuhan tanaman, dapat dilihat pada gambar. Tanaman yang diinokulasi virus tanpa diberi perlakuan kitosan (K+) pertumbuhannya terhambat bahkan kerdil. Agrios (005) menyatakan bahwa

9 infeksi virus dapat menyebabkan metabolisme yang ada di dalam sel terganggu dan mengakibatkan terjadinya perubahan biokimiawi dan fisiologi sel, sehingga pertumbuhan tanaman akan berbeda bila dibandingkan dengan tanaman sehat. Tanaman yang diberi perlakuan kitosan secara visual juga terlihat lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol tanaman sakit (K+). Dari hasil ini terlihat bahwa kitosan memiliki pengaruh yang baik untuk pertumbuhan tanaman meskipun tanaman tersebut terinfeksi oleh virus. ST ST0, SB SB0, PB PB0, K- K+ Gambar Perbandingan tinggi anatara perlakuan kitosan dengan kontrol Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Diameter Batang Perlakuan kitosan dapat meningkatkan diameter batang tanaman kacang panjang. Pada, 4, 6, dan 8 MSI perlakuan kitosan % (PB, SBdan ST) menunjukkan diameter batang yang lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+), sedangkan tanaman yang diberi perlakuan kitosan 0,% pada, 4, 6, dan 8 MSI menunjukkan diameter batang yang lebih kecil dan tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol tanaman yang diinokulasi dengan virus (K+). Akan tetapi secara umum semua tanaman yang diberi perlakuan kitosan dan diinfeksi virus menunjukkan pertumbuhan dan diameter batangnya tidak berbeda nyata dengan tanaman sehat (Tabel 5)

0 Tabel 5 Pengaruh perlakuan kitosan terhadap diameter batang Perlakuan Diameter Batang (cm) MSI 4 MSI 6 MSI 3 8 MSI K- 0,7 ± 0,03 abc 0,3 ± 0,03 ab 0,3 ± 0,03 a 0,3 ± 0,04 a K+ 0,4 ± 0,04 c 0,5 ± 0,04 c 0,6 ± 0,05 b 0,6 ± 0,05 b PB 0, 0,6 ± 0,0 bc 0,8 ± 0,0 abc 0,9 ± 0,0 ab 0,30 ± 0,0 ab PB 0,3 ± 0,05 ab 0,33 ± 0,05 ab 0,34 ± 0,05 a 0,36 ± 0,05 a SB 0, 0,7 ± 0,04 abc 0,9 ± 0,05 abc 0,30 ± 0,05 ab 0,3 ± 0,04 a SB 0,3 ± 0,06 a 0,33 ± 0,06 a 0,34 ± 0,05 a 0,35 ± 0,05 a ST 0, 0,7 ± 0,03 abc 0,9 ± 0,03 abc 0,30 ± 0,03 ab 0,30 ± 0,04 ab ST 0,30 ± 0,04ab 0,3 ± 0,04 ab 0,3 ± 0,04 a 0,33 ± 0,04 a K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang 3 ganda Duncan α =0,05) MSI : Minggu setelah inokulasi Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap Jumlah Daun, Masa Berbunga dan Bobot Kering Jumlah daun. Pengamatan jumlah daun dilakukan pada 4 MSI (minggu setelah inokulasi). Perlakuan (PB, SB, ST0, dan ST) menyebabkan jumlah daun yang nyata lebih banyak bila dibandingkan dengan kontrol sakit. Rata-rata jumlah daun hasil perlakuan tersebut berkisar antara 0- daun (Tabel 6). Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan kitosan sangat baik untuk pertumbuhan daun pada tanaman. Masa Berbunga. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rata-rata masa berbunga dari semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6). Akan tetapi perlakuan kitosan % (PB, SB, ST) rata- rata memiliki interval masa berbunga yang cenderung lebih cepat bila dibandingkan dengan Kontrol sakita tanpa perlakuan yaitu 3 HSI. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kitosan % mempengaruhi masa berbunga tanaman. Seperti yang telah dilaporkan pada tanaman Eustoma

glandiflorum, dimana perlakuan kitosan dapat mempercepat periode berbunga dan meningkatkan massa dan jumlah bunga (Ohta et al. 999) Bobot Kering. Penghitungan bobot kering tanaman dilakukan diakhir penelitian. Perlakuan kitosan % dengan waktu aplikasi yang berbeda (PB, SB dan ST) memiliki bobot kering yang lebih berat bila dibandingkan dengan kontrol sakit. Sedangkan perlakuan kitosan 0,% dengan waktu aplikasi yang berbeda (PB0,, SB0, dan ST0,) tidak menunjukkan bobot yang nyata berbeda bila dibandingkan dengan kontrol tanaman sakit (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa selain mempengaruhi jumlah daun, perlakuan kitosan % juga mampu mempengaruhi bobot kering tanaman. Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Bautista et al. (005) yang melaporkan bahwa apikasi kitosan yang disemprotkan pada daun tanaman dapat mempengaruhi bobot kering pada tanaman. Tabel 6 Pengaruh perlakuan kitosan terhadap Masa berbunga, jumlah daun dan bobot kering Perlakuan Masa Berbunga Jumlah Daun Bobot Kering K- 33,00 ±,9a 9, ±,64 bc,9 ± 0,5 ab K+ 34,44 ± 3,3a 8, ±,5 c,8 ± 0,8 b PB 0, 33,00 ± 0,69a 9, ± 0,50 bc,9 ± 0,34 ab PB 3,44 ± 3,38a,33 ± 0,33 a,98 ± 0, a SB 0, 34, ±,34a 9,66 ± 0,66 abc,94 ± 0,3 ab SB 3,89 ±,6a 0,33 ± 0,33 ab,98 ± 0,55 a ST 0, 34,00 ± 0,33a 0,66 ± 0,66 ab,90 ± 0,7 ab ST 3,00 ±,96a,33 ±,00 a,97 ± 0,44 a K- : Kontrol negatif; K+ : Kontrol positif; PB0, : Perlakuan benih dengan kitosan 0,%; PB : Perlakuan benih dengan kitosan %; SB0, : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan 0,%; SB : Perlakuan sebelum inokulasi dengan kitosan %; ST0, : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan 0,%; ST : Perlakuan setelah inokulasi dengan kitosan %. angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (uji selang ganda Duncan α =0,05)