JGK-vol.7, no

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

ABSTRAK. Kata Kunci : Peran suami, Akspektor Mantap (MOW).

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

terendah pada tahun ) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

Penutup. Sekapur Sirih

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU (usia, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Paritas ) DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKUDONO SIDOARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA LAKI LAKI USIA TAHUN DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA JONDANG KECAMATAN KEDUNG

ARTIKEL AMENOREA LAKTASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMO KABUPATEN TEMANGGUNGG. OLEH : FERY ROFIATUN a019

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

23,3 50,0 26,7 100,0

GAMBARAN FAKTOR PASANGAN DAN FAKTOR KESEHATAN ASEPTOR KB SUNTIK DI WILAYAH KELURAHAN MEDONO KOTA PEKALONGAN

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB IMPLANT DI DESA BANJARANYAR KECAMATAN BALAPULANG KABUPATEN TEGAL

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

Transkripsi:

Gambaran Pengetahuan Dan Karakteristik Ibu Tentang Metode Operasi Wanita (Mow) Di Desa Mranggen Tengah Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung Evi puspianti Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo ABSTRAK Program Keluarga Berencana (KB) dilaksanakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi adalah kontrasepsi yang bersifat jangka panjang. Jumlah akseptor Kontrasepsi tubektomi di Indonesia masih sedikit yaitu 3,80%. Rendahnya pengunaan alat kontrasepsi tubektomi di sebabkan karena kurangnya pengetahuan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang metode operasi wanita di Desa Mranggen Tengah Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross section. Populasi yang di gunakan adalah 160 wanita usia subur di Desa Mranggen Tengah. Dan besar sampel sejumlah 115 responden dengan menggunakan rumus slovin. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random sampling. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh karakteristik responden dalam kategori cukup dalam pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi KB MOW yaitu sebanyak 56 responden (48,7%), kategori baik dalam pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi tubektomi yaitu sebanyak 26 responden (22,6%) dan kategori kurang dalam pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi tubektomi yaitu sebanyak 33 responden (28,7%). Saran diharapkan setelah dilakukan penelitian sebaiknya responden meningkatkan pengetahuan tentang tubektomi khususnya tentang efek samping tubektomi. Kata kunci : Pengetahuan dan karakteristik ibu tentang Metode Operasi Wanita. Jurnal Gizi dan Kesehatan 92

PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% hingga 2,49% per tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Peristiwa kelahiran dan kematian di suatu daerah menyebabkan berubahnya jumlah dan komposisi penduduk. Perkembangan penduduk saat ini mengalami peningkatan yang begitu pesat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia yaitu 234.693.997 jiwa, hal ini menjelaskan bahwa penduduk Indonesia mendekati penduduk Negara maju.¹ Adanya jumlah penduduk yang semakin besar dan semakin meningkat ini menimbulkan berbagai masalah, seperti kekurangan pangan dan gizi sehingga menyebabkan kesehatan masyarakat yang buruk, pendidikan rendah, kurangnya lapangan pekerjaan, tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi khususnya di negara berkembang. Tingginya laju pertumbuhan yang tidak diiringi peningkatan kualitas penduduk ini terus dilakukan upaya penanganan yaitu dengan program keluarga Berencana.² Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Salah satu bentuk pelayanan keluarga berencana dengan berbagai jenis alat kontrasepsi, antara lain pil, suntik, AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim), implant (susuk), kondom, vasektomi (MOP) dan tubektomi (MOW).¹ Tubektomi merupakan tindakan operasi dengan memotong atau mengikat bagian saluran yang dilalui sel telur, untuk mencegah agar tidak terjadi pembuahan (kebuntingan). Keuntungan dari tubektomi adalah sangat efektif, permanen, tidak mempengaruhi proses menyusui, baik bagi akseptor apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. Sedangkan kerugian dari tubektomi adalah harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi, akseptor dapat menyesal dikemudian hari, rasa sakit atau ketidak nyamanan dalam jangka pendek.³ Mitos yang berkembang sampai dimasyarakat adalah rendahnya penggunaan kontrasepsi tubektomi disebabkan karena sebagian besar orang menganggap setelah menggunakan tubektomi dapat mengurangi gairah dalam berhubungan seksual, sehingga perempuan mempunyai sikap negatif terhadap kontrasepsi tubektomi yang cenderung perempuan bersikap tidak setuju, atau tidak memihak terhadap kontrasepsi tubektomi. 4 Pengetahuan dapat mempengaruhi terhadap pemilihan alat kontrasepsi tubektomi. Banyak perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. 5 Data terakhir pada tahun 2012 menunjukkan jumlah peserta KB aktif di Indonesia sebanyak 28.290.960 akseptor. Dari jumlah KB aktif tersebut, yang menggunakan KB tubektomi sebanyak 1. 075.100 akseptor (3,80%) (BKKBN, 2013). Sedangkan berdasarkan laporan pengendalian lapangan kabupaten/kota pada Bulan Desember 2012, di Provinsi Jawa Tengah berhasil membina keluarga yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 4.201.900 akseptor dari jumlah PUS sebanyak 6.169.300 orang. Yang menggunakan Jurnal Gizi dan Kesehatan 93

kontrasepsi tubektomi sebanyak 254.170 akseptor (6,04%) (BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2013). Untuk data jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Temanggung Tahun 2012 diperoleh sebanyak 285.451 atau sebanyak 29,91% dari jumlah PUS yang ada sebanyak 954.441 akseptor, untuk pengguna tubektomi di Kabupaten ini sebanyak 1.551 akseptor (1,82%).² Data dari BKKBN Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa di Kecamatan Bansari memiliki presentase akseptor Tubektomi paling rendah sebanyak 2,9% sedangkan di kecamatan yang lain seperti Kecamatan Temanggung (5,5%), Kecamatan Tlogomulyo (6,1%), Kecamatan Kranggan (4,6%), Kecamatan Tembarak (4,5%), Kecamatan Selopampang (5,1%), Kecamatan Pringsurat(3,8%), Kecamatan Kaloran (4,3%), Kecamatan Parakan (5,8%), Kecamatan Keledung (9,3%), Kecamatan Kedu (6,7%), Kecamatan Bulu (5,3%), Kecamatan Kandangan (5,8%), Kecamatan Candiroto (8,2%), Kecamatan Bejen (9,7%), Kecamatan Jumo (4,9%), Kecamatan Gemawang (8,7%), Keacamatan Tretep (3,1%), Kecamatan Wonoboyo (4,6%), Kecamatan Ngandirejo (6,0%). Data dari Puskesmas Bansari tahun 2013 Desa Mranggen Tengah jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 158 orang, untuk pengguna tubektomi 1 akseptor. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Desa Mranggen Tengah Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung pada 17-28 juni 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur sebanyak 160 ibu. Metode pengambilan sampel yang digunakan simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 115 ibu. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari kuesioner dan wawancara terstruktur pada responden. Sedangkan data skunder diperoleh dari arsip kader desa yaitu daftar jumlah ibu wanita usia subur. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan kuesioner dan metode wawancara terstruktur. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Tabel 1 : Karakteristik Responden Variabel F (n=115) (%) Umur 20-35 >35 Paritas 2 3 4 Pendidik an SD SMP SMA PT 70 45 36 68 11 18 61 32 4 60,9 39,1 31,3 59,1 9,6 15,7 53,0 27,8 3,5 Dapat dilihat bahwa dari 115 responden, sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 70 orang (60,9%), sebagian banyak jumlah anak 3, yairu sejumlah 68 orang (59,1%) dan sebagian besar pendidikan SMP, yaitu sejumlah 61 orang (53,0%). Gambaran Pengetahuan Ibu tentang MOW Pengetahuan f (n=115) (%) Pengetahuan tentang MOW Kurang Cukup Baik 26 56 33 22,6 48,7 28,7 Dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang MOW sebagian besar dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 56 responden (48,7%). Jurnal Gizi dan Kesehatan 94

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, diapatkan yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang alat kontrasepsi Tubektomi yaitu sebanyak 33 responden (28,7%). Hal ini di karenakan banyak responden yang sudah mengetahui tentang indikasi tubektomi meliputi wanita ingin menunda kehamilan tidak boleh mengikuti KB steril (79,1%). Kontraindikasi tubektomi meliputi wanita yang hamil tidak boleh menggunakan KB steril (93,0), wanita yang mengalami pendarahan belum diketahui penyebabnya tidak boleh menggunakan KB steril (78,4%), wanita yang berumur lebih dari 25 tahun dan memiliki anak lebih dari 2 boleh menggunakan KB steril (84,3%). Macammacam kontrasepsi tubektomi meliputi KB steril dapat dilakukan dengan memasukan alat dari jalan lahir (77,4%). Keuntungan tubektomi meliputi KB steril tidak mempengaruhi proses menyusui (80,9%), KB steril merupakan KB permanen dibandingkan dengan cara KB yang lain (78,3%), tindakan KB steril menggunakan obat biuslocal (80,9%), KB steril tidak mempengaruhi fungsi seksual (81,7%). Dan keterbatasan tubektomi meliputi KB steril hanya bisa dilakukan oleh dokter yang terlatih (85,2%), setelah dilakukan tindakan KB steril tidak meninggalkan rasa sakit dalam jangka waktu yang lama (80,0%), wanita yang sudah menggunakan KB steril tidak dapat dikembalikan kembali kesuburanya (83,5%). Dikarenakan sumber informasi yang didapatkan responden lebih banyak dan jelas dari bidan, sehingga pengetahuan yang diterima lebih bisa dipahami serta dimengerti oleh responden terutama tentang alat kontrasepsi tubektomi. Tingginya pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi tubektomi disebabkan karena sebagian besar responden berumur 20-35 tahun. Sehingga semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usi ini.6 Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan pengetahuan responden paling banyak adalah responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebesar 56 responden (48,7%). Hal ini disebabkan karena responden sudah mengetahui tentang pengertian tubektomi meliputi tubektomi adalah cara KB steril bagi wanita (69,6%), steril pada perempuan disebut juga dengan menghentikan kesuburan (68,7%), Sterilisasi wanita mengakibatkan pasangan tidak akan mendapat keturunan lagi (71,3%). Syaratsyarat tubektomi meliputi Wanita yang ingin punya anak lagi tidak boleh menggunakan KB steril (67,8%), indikasi tubektomi meliputi Suami istri yang telah mempunyai anak lebih dari 2 dan mempunyai keluarga yang dikehendaki boleh menggunakan KB steril (65,2%). Keterbatasan tubektomi meliputi KB steril tidak melindungi dari penyakit Infeksi menular seksual (73,0%). Dan efek samping tubektomi meliputi wanita yang sudah menggunakan KB steril pola haid menjadi tidak teratur (75,5%), wanita yang tidak menginginkan anak lagi merasa puas setelah menggunakan KB steril (71,3%). Dilihat dari hasil penelitian paling banyak dalam pengetahuan cukup tentang tubektomi, sebagian dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan jumlah anak. Sebagian besar umur responden 20-35 tahun yaitu sebanyak 30 responden (40%). Karena usia masih cenderung muda jadi, informasi-informasi yang diketahui ibu belum banyak sehingga pengetahuan ibu masih sedikit. Seharusnya pada usia madya (20-35 tahun), individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua pengetahuan yang baik ini bisa diperoleh dari faktor usia responden yang sudah matang untuk menerima. Sesuai 6, usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan Jurnal Gizi dan Kesehatan 95

pola pikir seseorang bahwa semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik. Dilihat dari pendidikan paling banyak responden yang berpendidikan tamat SMP yaitu sebanyak 27 responden (44,2%). Karena sebagian besar di Desa tersebut memiliki perekonomian yang rendah yang mengakibatkan di Desa tersebut banyak yang berpendidikan menengah pertama sehingga hal ini sedikit banyak mempengaruhi pola pikir dan pengetahuan responden sehingga tidak ada kemauan, tidak ada rasa ketertarikan dan keinginan maupun kesenangan terhadap kontrasepsi tubektomi. Sesuai 6, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuannya akan semakin baik. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 7 Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. 8 Dilihat dari faktor jumlah anak responden paling banyak memiliki anak 3 yaitu sebanyak 30 responden (44,1%), semakin banyak jumlah anak yang dimiliki semakin sering pula ibu mengikuti posyandu. Ibu yang selalu rutin mengikuti posyandu dan yang sering berbincangbincang antara satu dengan yang lainnya, bertukar pendapat serta selalu mendengan informasi dari bidan salah satunya adalah tentang alat kontrasepsi tubektomi. Menurut 9, bahwa pengetahuan seseorang bisa dipengaruhi dari pendidikan informal salah satunya adalah dari kegiatan posyandu. Sehingga ibu dapat memperoleh pengetahuan tentang alat kontrasepsi tubektomi. Dilihat hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kurang sebanyak 22 responden (22,6%). Hal ini disebabkan karena responden belum mengetahui tentang efek samping tubektomi yaitu KB steril dapat mempengaruhi pendarahan yang banyak saat menstruasi (47,8%). Di karenakan pernyataan dari responden bahwa ibu tidak aktif dalam mencari informasi terutama dalam kegiatan informal seperti posyandu di Desa tersebut. Sesuai pernyataan 10, bahwa kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Dilihat dari hasil penelitian, sebagian besar responden yang mempunyai pendidikan menengah, mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang, hal ini dikarenakan semakin rendah tingkat pendidikan, maka semakin kurang pula pengetahuan yang dimilikinya sehingga kurangnya informasi dan pemahaman tentang kontrasepsi tubektomi serta sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat yang dapat mempengaruhi pengetahuan dari sikap dalam menerima informasi. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termaksud juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang tentang sesuatu hal yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar pengetahuan dan semakin mudah Jurnal Gizi dan Kesehatan 96

mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan seseorang, pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan dan pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah sumber informasi, dan media informasi baik media cetak, elektronik, human media yaitu bidan. 6 6. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 7. Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. SIMPULAN a. Umur responden paling banyak adalah 20-35 tahun sebanyak 70 responden (60,9%) dan paling sedikit berumur > 35 tahun yaitu 45 responden (39,1%) b. Pendidikan responden paling banyak adalah responden yang tamat SMP yaitu sebanyak 61 responden (53,0%) dan paling sedikit 4 responden (3,5%)dengan tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi. c. Jumlah anak responden paling banyak adalah 3 yaitu sebanyak 61 responden (53,0%) dan paling sedikit jumlah anak 4 sebanyak 9 responden (7,8%). d. Gambaran pengetahuan alat kontrasepsi tubektomi yaitu, 33 responden (28,7%) dalam kategori baik, sebanyak 56 responden (48,7%) dalam kategori cukup dan 26 responden (22,6%) dalam kategori kurang. DAFTAR PUSTAKA 1. Noviawati, Dyah Setya Arum dan Sujiyatini. (2011). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika. 2. BKKBN. 2010. Berencana Visi dan Misi Program Keluarga. Jakarta 3. Handayani, S. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. 4. Anggraini, Y dan Martini. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press. 5. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jurnal Gizi dan Kesehatan 97