Gambaran Pengetahuan Dan Karakteristik Ibu Tentang Metode Operasi Wanita (Mow) Di Desa Mranggen Tengah Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung Evi puspianti Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo ABSTRAK Program Keluarga Berencana (KB) dilaksanakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi adalah kontrasepsi yang bersifat jangka panjang. Jumlah akseptor Kontrasepsi tubektomi di Indonesia masih sedikit yaitu 3,80%. Rendahnya pengunaan alat kontrasepsi tubektomi di sebabkan karena kurangnya pengetahuan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang metode operasi wanita di Desa Mranggen Tengah Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross section. Populasi yang di gunakan adalah 160 wanita usia subur di Desa Mranggen Tengah. Dan besar sampel sejumlah 115 responden dengan menggunakan rumus slovin. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random sampling. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh karakteristik responden dalam kategori cukup dalam pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi KB MOW yaitu sebanyak 56 responden (48,7%), kategori baik dalam pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi tubektomi yaitu sebanyak 26 responden (22,6%) dan kategori kurang dalam pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi tubektomi yaitu sebanyak 33 responden (28,7%). Saran diharapkan setelah dilakukan penelitian sebaiknya responden meningkatkan pengetahuan tentang tubektomi khususnya tentang efek samping tubektomi. Kata kunci : Pengetahuan dan karakteristik ibu tentang Metode Operasi Wanita. Jurnal Gizi dan Kesehatan 92
PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% hingga 2,49% per tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Peristiwa kelahiran dan kematian di suatu daerah menyebabkan berubahnya jumlah dan komposisi penduduk. Perkembangan penduduk saat ini mengalami peningkatan yang begitu pesat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia yaitu 234.693.997 jiwa, hal ini menjelaskan bahwa penduduk Indonesia mendekati penduduk Negara maju.¹ Adanya jumlah penduduk yang semakin besar dan semakin meningkat ini menimbulkan berbagai masalah, seperti kekurangan pangan dan gizi sehingga menyebabkan kesehatan masyarakat yang buruk, pendidikan rendah, kurangnya lapangan pekerjaan, tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi khususnya di negara berkembang. Tingginya laju pertumbuhan yang tidak diiringi peningkatan kualitas penduduk ini terus dilakukan upaya penanganan yaitu dengan program keluarga Berencana.² Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Salah satu bentuk pelayanan keluarga berencana dengan berbagai jenis alat kontrasepsi, antara lain pil, suntik, AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim), implant (susuk), kondom, vasektomi (MOP) dan tubektomi (MOW).¹ Tubektomi merupakan tindakan operasi dengan memotong atau mengikat bagian saluran yang dilalui sel telur, untuk mencegah agar tidak terjadi pembuahan (kebuntingan). Keuntungan dari tubektomi adalah sangat efektif, permanen, tidak mempengaruhi proses menyusui, baik bagi akseptor apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. Sedangkan kerugian dari tubektomi adalah harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi, akseptor dapat menyesal dikemudian hari, rasa sakit atau ketidak nyamanan dalam jangka pendek.³ Mitos yang berkembang sampai dimasyarakat adalah rendahnya penggunaan kontrasepsi tubektomi disebabkan karena sebagian besar orang menganggap setelah menggunakan tubektomi dapat mengurangi gairah dalam berhubungan seksual, sehingga perempuan mempunyai sikap negatif terhadap kontrasepsi tubektomi yang cenderung perempuan bersikap tidak setuju, atau tidak memihak terhadap kontrasepsi tubektomi. 4 Pengetahuan dapat mempengaruhi terhadap pemilihan alat kontrasepsi tubektomi. Banyak perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. 5 Data terakhir pada tahun 2012 menunjukkan jumlah peserta KB aktif di Indonesia sebanyak 28.290.960 akseptor. Dari jumlah KB aktif tersebut, yang menggunakan KB tubektomi sebanyak 1. 075.100 akseptor (3,80%) (BKKBN, 2013). Sedangkan berdasarkan laporan pengendalian lapangan kabupaten/kota pada Bulan Desember 2012, di Provinsi Jawa Tengah berhasil membina keluarga yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 4.201.900 akseptor dari jumlah PUS sebanyak 6.169.300 orang. Yang menggunakan Jurnal Gizi dan Kesehatan 93
kontrasepsi tubektomi sebanyak 254.170 akseptor (6,04%) (BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2013). Untuk data jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Temanggung Tahun 2012 diperoleh sebanyak 285.451 atau sebanyak 29,91% dari jumlah PUS yang ada sebanyak 954.441 akseptor, untuk pengguna tubektomi di Kabupaten ini sebanyak 1.551 akseptor (1,82%).² Data dari BKKBN Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa di Kecamatan Bansari memiliki presentase akseptor Tubektomi paling rendah sebanyak 2,9% sedangkan di kecamatan yang lain seperti Kecamatan Temanggung (5,5%), Kecamatan Tlogomulyo (6,1%), Kecamatan Kranggan (4,6%), Kecamatan Tembarak (4,5%), Kecamatan Selopampang (5,1%), Kecamatan Pringsurat(3,8%), Kecamatan Kaloran (4,3%), Kecamatan Parakan (5,8%), Kecamatan Keledung (9,3%), Kecamatan Kedu (6,7%), Kecamatan Bulu (5,3%), Kecamatan Kandangan (5,8%), Kecamatan Candiroto (8,2%), Kecamatan Bejen (9,7%), Kecamatan Jumo (4,9%), Kecamatan Gemawang (8,7%), Keacamatan Tretep (3,1%), Kecamatan Wonoboyo (4,6%), Kecamatan Ngandirejo (6,0%). Data dari Puskesmas Bansari tahun 2013 Desa Mranggen Tengah jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 158 orang, untuk pengguna tubektomi 1 akseptor. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Desa Mranggen Tengah Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung pada 17-28 juni 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur sebanyak 160 ibu. Metode pengambilan sampel yang digunakan simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 115 ibu. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari kuesioner dan wawancara terstruktur pada responden. Sedangkan data skunder diperoleh dari arsip kader desa yaitu daftar jumlah ibu wanita usia subur. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan kuesioner dan metode wawancara terstruktur. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Tabel 1 : Karakteristik Responden Variabel F (n=115) (%) Umur 20-35 >35 Paritas 2 3 4 Pendidik an SD SMP SMA PT 70 45 36 68 11 18 61 32 4 60,9 39,1 31,3 59,1 9,6 15,7 53,0 27,8 3,5 Dapat dilihat bahwa dari 115 responden, sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 70 orang (60,9%), sebagian banyak jumlah anak 3, yairu sejumlah 68 orang (59,1%) dan sebagian besar pendidikan SMP, yaitu sejumlah 61 orang (53,0%). Gambaran Pengetahuan Ibu tentang MOW Pengetahuan f (n=115) (%) Pengetahuan tentang MOW Kurang Cukup Baik 26 56 33 22,6 48,7 28,7 Dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang MOW sebagian besar dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 56 responden (48,7%). Jurnal Gizi dan Kesehatan 94
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, diapatkan yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang alat kontrasepsi Tubektomi yaitu sebanyak 33 responden (28,7%). Hal ini di karenakan banyak responden yang sudah mengetahui tentang indikasi tubektomi meliputi wanita ingin menunda kehamilan tidak boleh mengikuti KB steril (79,1%). Kontraindikasi tubektomi meliputi wanita yang hamil tidak boleh menggunakan KB steril (93,0), wanita yang mengalami pendarahan belum diketahui penyebabnya tidak boleh menggunakan KB steril (78,4%), wanita yang berumur lebih dari 25 tahun dan memiliki anak lebih dari 2 boleh menggunakan KB steril (84,3%). Macammacam kontrasepsi tubektomi meliputi KB steril dapat dilakukan dengan memasukan alat dari jalan lahir (77,4%). Keuntungan tubektomi meliputi KB steril tidak mempengaruhi proses menyusui (80,9%), KB steril merupakan KB permanen dibandingkan dengan cara KB yang lain (78,3%), tindakan KB steril menggunakan obat biuslocal (80,9%), KB steril tidak mempengaruhi fungsi seksual (81,7%). Dan keterbatasan tubektomi meliputi KB steril hanya bisa dilakukan oleh dokter yang terlatih (85,2%), setelah dilakukan tindakan KB steril tidak meninggalkan rasa sakit dalam jangka waktu yang lama (80,0%), wanita yang sudah menggunakan KB steril tidak dapat dikembalikan kembali kesuburanya (83,5%). Dikarenakan sumber informasi yang didapatkan responden lebih banyak dan jelas dari bidan, sehingga pengetahuan yang diterima lebih bisa dipahami serta dimengerti oleh responden terutama tentang alat kontrasepsi tubektomi. Tingginya pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi tubektomi disebabkan karena sebagian besar responden berumur 20-35 tahun. Sehingga semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usi ini.6 Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan pengetahuan responden paling banyak adalah responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebesar 56 responden (48,7%). Hal ini disebabkan karena responden sudah mengetahui tentang pengertian tubektomi meliputi tubektomi adalah cara KB steril bagi wanita (69,6%), steril pada perempuan disebut juga dengan menghentikan kesuburan (68,7%), Sterilisasi wanita mengakibatkan pasangan tidak akan mendapat keturunan lagi (71,3%). Syaratsyarat tubektomi meliputi Wanita yang ingin punya anak lagi tidak boleh menggunakan KB steril (67,8%), indikasi tubektomi meliputi Suami istri yang telah mempunyai anak lebih dari 2 dan mempunyai keluarga yang dikehendaki boleh menggunakan KB steril (65,2%). Keterbatasan tubektomi meliputi KB steril tidak melindungi dari penyakit Infeksi menular seksual (73,0%). Dan efek samping tubektomi meliputi wanita yang sudah menggunakan KB steril pola haid menjadi tidak teratur (75,5%), wanita yang tidak menginginkan anak lagi merasa puas setelah menggunakan KB steril (71,3%). Dilihat dari hasil penelitian paling banyak dalam pengetahuan cukup tentang tubektomi, sebagian dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan jumlah anak. Sebagian besar umur responden 20-35 tahun yaitu sebanyak 30 responden (40%). Karena usia masih cenderung muda jadi, informasi-informasi yang diketahui ibu belum banyak sehingga pengetahuan ibu masih sedikit. Seharusnya pada usia madya (20-35 tahun), individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua pengetahuan yang baik ini bisa diperoleh dari faktor usia responden yang sudah matang untuk menerima. Sesuai 6, usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan Jurnal Gizi dan Kesehatan 95
pola pikir seseorang bahwa semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik. Dilihat dari pendidikan paling banyak responden yang berpendidikan tamat SMP yaitu sebanyak 27 responden (44,2%). Karena sebagian besar di Desa tersebut memiliki perekonomian yang rendah yang mengakibatkan di Desa tersebut banyak yang berpendidikan menengah pertama sehingga hal ini sedikit banyak mempengaruhi pola pikir dan pengetahuan responden sehingga tidak ada kemauan, tidak ada rasa ketertarikan dan keinginan maupun kesenangan terhadap kontrasepsi tubektomi. Sesuai 6, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuannya akan semakin baik. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 7 Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. 8 Dilihat dari faktor jumlah anak responden paling banyak memiliki anak 3 yaitu sebanyak 30 responden (44,1%), semakin banyak jumlah anak yang dimiliki semakin sering pula ibu mengikuti posyandu. Ibu yang selalu rutin mengikuti posyandu dan yang sering berbincangbincang antara satu dengan yang lainnya, bertukar pendapat serta selalu mendengan informasi dari bidan salah satunya adalah tentang alat kontrasepsi tubektomi. Menurut 9, bahwa pengetahuan seseorang bisa dipengaruhi dari pendidikan informal salah satunya adalah dari kegiatan posyandu. Sehingga ibu dapat memperoleh pengetahuan tentang alat kontrasepsi tubektomi. Dilihat hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kurang sebanyak 22 responden (22,6%). Hal ini disebabkan karena responden belum mengetahui tentang efek samping tubektomi yaitu KB steril dapat mempengaruhi pendarahan yang banyak saat menstruasi (47,8%). Di karenakan pernyataan dari responden bahwa ibu tidak aktif dalam mencari informasi terutama dalam kegiatan informal seperti posyandu di Desa tersebut. Sesuai pernyataan 10, bahwa kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Dilihat dari hasil penelitian, sebagian besar responden yang mempunyai pendidikan menengah, mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang, hal ini dikarenakan semakin rendah tingkat pendidikan, maka semakin kurang pula pengetahuan yang dimilikinya sehingga kurangnya informasi dan pemahaman tentang kontrasepsi tubektomi serta sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat yang dapat mempengaruhi pengetahuan dari sikap dalam menerima informasi. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termaksud juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang tentang sesuatu hal yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar pengetahuan dan semakin mudah Jurnal Gizi dan Kesehatan 96
mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan seseorang, pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan dan pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah sumber informasi, dan media informasi baik media cetak, elektronik, human media yaitu bidan. 6 6. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 7. Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. SIMPULAN a. Umur responden paling banyak adalah 20-35 tahun sebanyak 70 responden (60,9%) dan paling sedikit berumur > 35 tahun yaitu 45 responden (39,1%) b. Pendidikan responden paling banyak adalah responden yang tamat SMP yaitu sebanyak 61 responden (53,0%) dan paling sedikit 4 responden (3,5%)dengan tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi. c. Jumlah anak responden paling banyak adalah 3 yaitu sebanyak 61 responden (53,0%) dan paling sedikit jumlah anak 4 sebanyak 9 responden (7,8%). d. Gambaran pengetahuan alat kontrasepsi tubektomi yaitu, 33 responden (28,7%) dalam kategori baik, sebanyak 56 responden (48,7%) dalam kategori cukup dan 26 responden (22,6%) dalam kategori kurang. DAFTAR PUSTAKA 1. Noviawati, Dyah Setya Arum dan Sujiyatini. (2011). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika. 2. BKKBN. 2010. Berencana Visi dan Misi Program Keluarga. Jakarta 3. Handayani, S. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. 4. Anggraini, Y dan Martini. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press. 5. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jurnal Gizi dan Kesehatan 97