BOOK CHAPTER. Batik Jawa Barat I: Filososfi, Nilai, dan Kearifan Lokal

dokumen-dokumen yang mirip
BUKU AJAR HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL

HUKUM ADAT DAN KEARIFAN LOKAL

Muhamad Amirulloh, et.al

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

HUKUM TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SEBAGAI HUKUM POSITIF DI INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT GLOBAL

KHASIAT ANTIANGIOGENESIS KANKER DALAM KULIT MANGGIS. (Garcinia mangostana Linn.)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

Konsep, Kajian dan Kebijakan

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEREMPUAN LAWEYAN DALAM INDUSTRI BATIK DI SURAKARTA

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut mata pencaharian, tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat

2015 PEWARISAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN PENGRAJIN BATIK DI KELURAHAN PAOMAN, INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

TOPONIMI JAWA BARAT. (Berdasarkan Cerita Rakyat) DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

I. PENDAHULUAN. kerajinan batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BATIK DAN INDUSTRI KREATIF: SEBUAH PROSES KREATIFITAS MANUSIA DALAM KAJIAN STUDI HUMANIORA. Irmayanti Meliono

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

KARYA ILMIAH BATIK SEBAGAI BISNIS USAHA MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BENTIK FORAMINIFERA SEBARAN PADA RECENT SEDIMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB II MENGENAL BATIK TULIS TASIKMALAYA. mengenai pengertian batik. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. baik dibanding dengan tahun lalu. Kondisi ini tidak lepas dari pembangunan

UJI KOMPETENSI SEMESTER II

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

Transkripsi:

BOOK CHAPTER Batik Jawa Barat I: Filososfi, Nilai, dan Kearifan Lokal Disusun oleh: Tajudin Nur Susi Machdalena Ypsi Soeria Soemantri Agus Nero Sofyan Nany Ismail Lia Maulia Indrayani Nani Sunarni Ekaning Krisnawati

BOOK CHAPTER Batik Jawa Barat I: Filososfi, Nilai, dan Kearifan Lokal Copyright @2018, Tajudin Nur, dkk. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau meperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit. Cetakan ke-1, Januari 2018 Diterbitkan oleh Unpad Press Gedung Rektorat Unpad Jatinangor, Lantai IV Jln. Ir. Soekarno KM 21 Bandung 45363 Telp. (022) 84288867/ 84288812 Fax: (022) 84288896 e-mail: press@unpad.ac.id /press@unpad.ac.id http://press.unpad.ac.id Anggota IKAPI dan APPTI ISBN 978-602-439-268-0 PENELAAH: Penyunting: Desainer Sampul: Perpustakaan Nasional: Katalag Dalam Terbitan (KDT) Tajudin Nur, dkk. Batik Jawa Barat I: Filososfi, Nilai, dan Kearifan Lokal Tajudin Nur, dkk; Penyunting, --Cet. 1 Bandung; Unpad Press; 2018 118h.; 24,2 cm ISBN 978-602-439-268-0 I. Judul II. Tajudin Nur, dkk.

KATA PENGANTAR Batik merupakan warisan leluhur yang kaya akan nilai budaya dan sarat seni yang harus dijaga, dilestarikan, serta dikembangkan sebagai aset negara melalui karya jari-jari tangan anak bangsa. Adalah suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia memiliki tradisi pakaian yang bernama "BATIK" dengan motifnya yang sangat beragam dan artistik. Motif batik adalah kerangka gambar pada batik berupa perpaduan antara garis, bentuk, dan isen (motif minor sebagai pelengkap motif utama) yang menjadi satu kesatuan mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif sebuah batik dibentuk oleh beberapa unsur motif khas dan menjadi penanda dari nama sebuah motif batik. Batik sebagai salah satu ikon budaya bangsa yang sudah diakui oleh badan dunia UNESCO sampai saat ini motif-motifnya belum terpetakan secara komprehensif. Pemetaan motif-motif batik dewasa ini menjadi penting karena (1) motif batik mencerminkan budaya bangsa yang sarat makna, (2) motif batik sering dipakai untuk menunjukkan status seseorang atau untuk menunjukkan dari daerah mana seseorang berasal, (3) motif batik menjadi simbol kebanggaan daerah, dan (4) filosofi batik yang terukir dalam motif-motifnya sudah banyak dilupakan orang. Book chapter yang berjudul Batik Jawa Barat 1: Filososfi, Nilai dan Kearifan Lokal ini berisi kumpulan artikel-artikel ilmiah dengan fokus utama memetakan motif-motif batik serta mendeskripsikan ciri khas batik dari masing-masing daerah yang ada di Jawa Barat. Daerahdaerah yang dikaji mencakup wilayah timur Jawa Barat atau dikenal dengan wilayah Priangan Timur. Wilayah ini meliputi kota Cirebon, Indramayu, Majalengka, Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut. Selain itu, artikel-artikel yang terkandung di dalam book chapter ini juga v

mengungkap makna yang terkandung dalam motif-motif batik dan berusaha mengangkat kekhasan motif batik di daerah-daerah tersebut sebagai keunggulan lokal. Model penelitian yang digunakan pada setiap artikel adalah etnografi yakni usaha menguraikan budaya tertentu (budaya batik) secara holistik, baik aspek budaya spiritual maupun aspek budaya materialnya. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semiotika, yaitu pendekatan dengan menguraikan asal-usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan. Pendekatan sejarah juga digunakan untuk mengungkap kronologis sejarah perkembangan batik di Jawa Barat sejak batik hanya dikenakan oleh kalangan keraton hingga dewasa ini. juga mengungkap makna yang terkandung dalam motif-motif batik dan berusaha mengangkat kekhasan motif batik di daerah-daerah tersebut sebagai keunggulan lokal. Jatinangor, 22 Januari 2018 Penulis, Tim ALG Prof. Tajudin Nur vi

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................... i DAFTAR ISI.......................................... iii Akulturasi Budaya Dalam Seni Batik Cirebon Tajudin Nur.............................................. 1 Perjalanan Batik Tasikmalaya Agus Nero Soyfan.......................................... 23 Mega Mendung" Sebagai Ikon Motif Batik Cirebon Susi Machdalena............................................ 38 Batik Pesisir Indramayu: Identifikasi Tema Dan Filosofi Ypsi Soeria Soemantri.................................... 48 Nilai-Nilai Fungsional Batik dalam Masyarakat Priangan Timur Nani Sunarni............................................... 61 Makna Motif Batik dalam Kehidupan Masyarakat Majalengka Nany Ismail................................................. 73 Batik Ciamis Dulu dan Kini Lia Maulia Indrayani....................................... 85 Menelusuri Kelahiran Bakal Batik Pangandaran Ekaning Krisnawati....................................... 96 vii

viii

AKULTURASI BUDAYA DALAM SENI BATIK CIREBON Tajudin Nur tajudin.nur@unpad.ac.id 1. Pengantar Cirebon merupakan tempat pertemuan berbagai budaya (melting pot) antara lain budaya masyarakat Sunda, Jawa, Cina, Hindu, dan Arab. Cirebon mempunyai empat keraton yang semuanya berdekatan di dalam kota, yakni Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon. Arsitekturnya juga merupakan gabungan dari unsur kebudayaan Islam, Cina, dan Belanda. Perpaduan berbagai budaya di Cirebon juga tercermin dalam seni kerajinan batik sebagai warisan leluhur orang Cirebon. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turuntemurun, sehingga beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga tertentu (keraton). Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. Batik Cirebon merupakan ragam batik khas Cirebon yang merupakan salah satu dari empat sentra industri batik di Jawa Barat yang masih ada hingga sekarang. Tiga sentra industri batik lainnya adalah Indramayu, Tasikmalaya, dan Garut. Meskipun demikian, Cirebon merupakan sentra batik tertua yang memberikan pengaruh terhadap ragam pola batik di sentra-sentra industri batik lain di Jawa Barat. Motif batik Cirebon yang paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif megamendung. Oleh karena hanya ada di Cirebon dan menjadi masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata akan mendaftarkan motif megamendung ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai 1