BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dekade terakhir jumlah penderita obesitas di seluruh dunia meningkat dengan drastis hingga menempatkan masalah gizi ini menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius tidak hanya oleh pemerintah tapi juga perorangan. WHO pada tahun 2000 membuat definisi baku dari obesitas dan menyatakan kondisi ini sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Adanya penimbunan jaringan lemak di dalam tubuh akan mengakibatkan kadar lemak darah, berat badan dan lingkar perut meningkat. Penimbunan lemak di dalam tubuh terutama terjadi di bagian bahu, perut dan paha (Freitag, 2010). Lemak darah yang terdiri dari Kolesterol dan Trigliserida sebagai cadangan energi yang apabila tidak di metabolisme akan di simpan dalam jaringan tubuh yang disebut jaringan adiposa. Demikian pula halnya dengan laju asupan karbohidrat yang cukup tinggi dan tidak sebanding dengan energi yang diperlukan tubuh maka karbohidrat akan berlebih yang akhirnya diubah menjadi lemak. Lemak yang menumpuk di dalam jaringan terutama di daerah perut akan membuat tubuh seseorang tampak tidak menarik serta aktifitas tubuh sehari-hari menjadi terganggu (Freitag, 2010). 1
2 Penentuan obesitas umum dilakukan berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) yang diciptakan pada abad 19 oleh ahli statistik dari belgia bernama Adolphe Quetelet. IMT dihitung dari berat badan dalam kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat, sedang obesitas sentral berdasarkan LP (Lingkar Perut). Saat ini kriteria utama obesitas menurut WHO adalah IMT, yang mungkin kurang tepat bagi populasi Asia. Hal ini tampak dari meningkatnya penyakit degeneratif terkait dengan obesitas sentral pada populasi Asia dengan IMT rendah. Menurut laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia tahun 2001 dan tahun 2004 terjadi peningkatan prevalensi overweight (IMT 25-30) dari 11,1 % menjadi 15,5 % dan obesitas (IMT > 30), dari 2,4 % menjadi 3,4%. Peningkatan terjadi juga pada proporsi penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab kematian utama dari tahun 1985 sampai 2004 berturut-turut 9,7 %, 16,4 %, 19,8 % dan 26,3 %. Obesitas merupakan salah faktor risiko sindrom metabolik yang akan mendorong terjadinya gangguan kardiovaskuler (Soetiarto, dkk., 2010). Definisi operasional yang digunakan dalam analisis adalah sesuai dengan regio Asia-Pasifik berdasarkan faktor risiko dan risiko penyakit yang menyertainya. Di Asia cut off untuk overweight 23,0 kg/m 2, Obesitas 25,0 kg/m 2 berarti lebih rendah dari kriteria WHO. Demikian juga obesitas sentral menurut populasi Asia jika Lingkar Perut > 90 cm pada laki-laki dan Lingkar Perut > 80 cm pada perempuan (Soetiarto, dkk., 2010).
3 Bila lingkar perut membesar dan mengalami kegemukan akibat berat badan yang melebihi ideal maka risiko terjadinya penyakit juga semakin tinggi seperti: diabetes, kenaikan tekanan darah, trombosis vena, perlemakan hati, dll (Hani, 2010). Kegemukan atau obesitas dan dislipidemia juga merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk salah satu faktor risiko utama penyakit jantung koroner (PJK). Lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat, sehingga aliran darah pada pembuluh darah koroner yang fungsinya memberi 0 2 ke jantung menjadi berkurang. Kurangnya 0 2 akan menyebabkan otot jantung menjadi lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan kematian (Bahri, 2004). Kejadian dislipidemia di Indonesia semakin meningkat. Penelitian Monitoring Trends and Determinants of Cardiovascular Disease (MONICA) di Jakarta Tahun 1993 dengan batasan kadar kolesterol > 250 mg/dl terdapat hiperkolesterol 13,4 % untuk wanita dan 11,4 % pada pria. Dari survei Dinkesprop Jawa Tengah Tahun 2006 dengan jumlah responden 6000 orang usia 25-65 Tahun di dapat 25,9 % pada wanita dan 26,1 % pada pria dengan hiperkolesterolemia (Anwar, 2004).
4 Banyak usaha atau metode yang dilakukan untuk mengurangi lemak tubuh oleh masyarakat seperti sedot lemak, akupunktur, bekam, latihan kardio, latihan kekuatan/ latihan fisik, diet ketat, totok perut dan masih banyak lagi metode yang lainnya. Metode terakhir inilah yang kami pilih karena tidak memerlukan persiapan khusus, prosesnya sederhana, waktu yang dibutuhkan tidak lama serta harganya relatif terjangkau oleh masyarakat. Apabila status gizi seseorang lebih atau obes maka perlu dilakukan terapi secara rutin namun apabila status gizi seseorang sudah normal maka terapi dapat dihentikan (Freitag, 2010). Klinik Totok Perut merupakan salah satu klinik yang menjual jasanya untuk membantu menurunkan lemak di dalam tubuh dan membantu mengecilkan lingkar perut supaya kelihatan lebih indah dan menarik. Dalam metode totok perut ini, therapis akan melakukan pemijatan di bagian depan perut dan belakang perut. Selain itu energi panas yang disalurkan dari pemijatan dengan menggunakan teknik pernapasan mempercepat peluruhan lemak, membakar lemak dalam tubuh. Penotokan ini juga dilakukan untuk melancarkan proses metabolisme tubuh. Proses metabolisme membutuhkan energi, maka lemak yang ada dalam tubuh dirubah menjadi energi. Semakin meningkat metabolisme tubuh maka semakin banyak pula energi yang dibutuhkan. Tidak hanya itu, metode ini juga mengurangi nafsu makan dan merangsang keluarnya kotoran dalam tubuh, yang akan dikeluarkan lewat keringat ataupun saat buang air besar dan kecil (Ruli, 2010).
5 Berdasarkan laporan bulanan di Klinik Totok Perut Jl. Sendang Raya, Wonodri-Semarang pada bulan Agustus bulan Nopember 2010 terdapat sebanyak 815 orang yang datang ke klinik tersebut untuk dilakukan terapi. Sedangkan kunjungan pasien pada bulan Desember 2010 bulan Maret 2011 menunjukkan peningkatan yaitu sebanyak 926 orang (Ruli, 2010). Terapi ini dimulai dengan melakukan pijatan di titik-titik syaraf tertentu/ titik meridian (Jaringan energi yang tersebar di dalam tubuh) kemudian dilanjutkan pemijatan perut bagian depan maupun belakang agar proses pembakaran lemak dapat cepat terjadi (Kartika., 2010). Metode totok perut sudah menjamur di mana-mama, hampir semua kotakota besar di Pulau Jawa sudah ada klinik terapi ini. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh terapi ini terhadap kadar lemak darah, IMT serta lingkar perut sesudah terapi. Berdasarkan latar belakang di atas mendorong peneliti untuk mengambil penelitian dengan judul Pengaruh Terapi Totok Perut terhadap IMT, Lingkar Perut Dan Profil Lipid,, Pasien di klinik Totok Perut diukur variabel yang ada kemudian diambil darahnya untuk di periksa di laboratorium klinik RSUD RAA Soewondo Pati. B. Perumusan Masalah Apakah ada perbedaan/perubahan IMT, lingkar perut dan profil lipid pasien antara keadaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi totok perut?
6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan menganalisa apakah ada pengaruh terapi totok perut terhadap responden. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kharakteristik responden (umur dan jenis kelamin). b. Menguji perbedaan rata-rata IMT antara sebelum dan sesudah terapi totok perut. c. Menguji perbedaan rata-rata lingkar perut antara sebelum dan sesudah terapi totok perut. d. Menguji perbedaan rata-rata kadar total kolesterol antara sebelum dan e. Menguji perbedaan rata-rata kadar trigliserida antara sebelum dan f. Menguji perbedaan rata-rata kadar HDL kolesterol antara sebelum dan g. Menguji perbedaan rata-rata kadar LDL kolesterol antara sebelum dan D. Originalitas Penelitian Sampai saat ini peneliti belum pernah menemukan suatu penelitian yang berkaitan dengan pengaruh terapi totok perut terhadap profil lipid, IMT dan lingkar perut atau penelitian sejenisnya.
7 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Petugas Kesehatan Sebagai masukan dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular terutama kadar lipid darah. 2. Bagi Masyarakat Memberikan masukan dan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya terapi totok perut. 3. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Menyediakan informasi bagi civitas akademik yang ingin memperdalam pengetahuan tentang proses terapi totok perut dan mekanismenya terkait dengan profil lipid, IMT dan lingkar perut. 4. Bagi Peneliti Mengetahui lebih banyak tentang proses, pengaruh/manfaat dan kebenaran terapi totok perut.