Notulensi Rapat Koordinasi Penyusunan Kajian Pengembangan Dan Penyiapan Kewilayahan Investasi Di Wilayah BANGLOR (Rembang dan Blora) Pelaksanaan: Hari/Tanggal : Selasa, 26 juni 2018 Waktu : 09.00WIB selesai Tempat : Ruang Rapat Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah. Jl. Mgr. Soegioyopranoto No. 1 Semarang Acara : Rapat Koordinasi Penyusunan Kajian Pengembangan dan Penyiapan Kewilayahan Investasi di Wilayah Banglor Peserta: 1. Kepala Badan perncanaa Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah 2. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah 3. Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah 4. Kapala Dinas PSDA TARU Provinsi Jawa Tengah 5. Kepala Biro Infrastruktur dan sumber Daya alam SETDA Provinsi Jawa Tengah 6. Kepala DPMPTSP Kabupaten Rembang 7. Kepala BAPPEDA Kabupaten Rembang 8. Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Rembang 9. Ketua Kadin Kabupaten Rembang 10. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Rembang 11. Kepala DPMPTSP Kabupaten Blora 12. Kepala BAPPEDA Kabupaten Blora 13. Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Blora 14. Ketua Kadin Kabupaten Blora 15. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan tata Ruang Kabupaten Blora 16. Ketua Kadin Jawa Tengah 17. Kepala Bidang Promosi DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah 18. Kepala Bidang Pengolah Data dan informasi DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah 19. Tim Peneliti DPWK UNDIP
A. Pembukaan 1. Bapak Yusuf Setia Budi Perkembangan nilai investasi Provinsi Jawa Tengah adalah yang terendah dibandingkan seluruh provinsi yang ada di pulau Jawa pada tahun 2017. Industri di Jawa Tengah yang pertumbuhannya paling cepat ada di sektor tekstil, hal ini dikarenakan kita memiliki nilai kompetitif dalam tenaga kerja. Akantetapi kelemahan sektor ini adalah 90% bahan baku / hampir keseluruhan bahan baku yang digunakan untuk produksi adalah hasil import. Sehingga kita hanya sebagai pendukung di bidang produksi saja dan tidak ada daya tambah lainnya. Selain itu, sistemisasi industri juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja yang digunakan. Contohnya saja di Kota Salatiga, dimana industri tekstil disana membutuhkan -+6000 pekerja dan baru terpenuhi sekitar -+2000. Hal ini dikarenakan mereka hanya memanfaatkan sumber daya manusia lokal terbaik. Dalam skala industri lainnya yang lebih besar, Jawa Tengah bisa untuk membangun kawasan industri. Akantetapi yang menjadi pekerjaan rumah setelahnya adalah bagaimana kita nantinya mampu mengundang para investor untuk datang dan berinvestasi. Selain mengundang investor, kita juga bisa memanfaatkan sumber daya yang ada dalam suatu daerah. Seperti halnya memanfaatkan industri-industri kecil untuk melakukan dua strategi, yaitu sistem klasterisasi adalah menggabungkan kekuatan suatu jenis industri menjadi satu untuk menghadapi tantangan yang ada sehingga peningkatan daya saing akan bertambah dan sistem naik kelas yaitu memperbesar kapasitas dari industri kecil tersebut menjadi lebih besar lagi, agar mampu menjangkau pasar yang lebih luas lagi dari sebelumnya. Dalam melakukan hal tersebut, pemerintah biasanya akan menghadapi berbagai kendala, seperti infrastruktur yang buruk apakah mampu diatasi dan suplai air bersih yang akan mendukung proses produksi sehari-harinya.
B. Pemateri 1. Bapak Samsul Ma arif Provinsi Jawa Tengah, secara profil pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir tetap stagnan. Dengan sektor keuangan yang tetap naik ditengah stagnansi kondisi Jawa Tengah. Banglor (Rembang dan Blora) sebagai salah satu wilayah yang ada dalam wilayah Jawa Tengah memilki potensi yang cukup banyak untuk dikembangkan, dimanasektor yang dapat dikembangkan fokus pada pertumbuhan energi, pertanian dan jasa. Sedangkan pertumbuhan terbesar di dalam sektor jasa. Dalam laporan yang terhimpun, penanaman modal asing (PMA) dan dalam negeri (PMD) masih relatif sangat kecil dan ada kecenderungan untuk meningkat. Pertumbuhan ekonomi relatif tinggi di kecamatan Cepu dan Blora, keduanya didukung adanya blok Cepu dan sebagai pusat kota. Untuk angkanya berkisar di angka 5.0 keatas. Sedangkan di Rembang, pertumbuhan paling tinggi terdapat di dua kecamatan yaitu Rembang dan Lasem. Pertumbuhannya berkisar di angka 5.0 keatas. C. Masukan 1. Pak Suradi (Blora) : a) Sektor yang masih menjadi mayoritas adalah pertanian dan di bidang pertambangan juga sangat berkembang dikarenakan dampak dari keberadaan Blok Cepu. Sedangkan dalam industri yang lainnya masih tertinggal, seperti industri gula dan tekstil. b) Industri yang dapat dimaksimalkan keberadaannya adalah jati dan gembol, dimana kedua komoditas tersebut sudah menjadi langganan luar negeri. Akantetapi, permasalahan yang masih dihadapi adalah komoditas tersebut masih berskala kecil / industri rumahan, sehingga kita perlu mengembangkan jati untuk Industri Perkayuan. c) Ketersediaan air sangat terbatas dan kontur tanah yang kering.
2. Ibu Riana (Rembang) : a) Data pemateri yang sudah terpaut sangat jauh yaitu sekitar 4 tahun (data yang dipaparkan 2014 sementara ini a, yang ditakutkan banyak hal yang sudah berubah dari data dan keadaan yang ada saat ini. Sehingga pemerintah Blora akan mengupayakan update data yang ada. b) Prioritas sektor ekonomi yang akan dikembangkan di kecamatan Rembang dan Gunem adalah pertambangan dan perikanan. Untuk garam lokal, kedepan juga akan dimasukan kedalam program prioritas. Hal ini dikarenakan garam yang dihasilkan adalah yang terbaik di Indonesia. c) Di Rembang terdapat satu potensi yaitu mangga lokal yang ukurannya cukup besar dan jumlah yang banyak dalam sekali masa panen drngsn harga murah. Namun, belum masuk kedalam agroindustri drhingga diharapkan nantinya bisa dikembangkan menjadi agroindustri. 3. Bapak / Ibu (Rembang) : a) Potensi lainnya selain garam adalah sarana perahu di kecamatan Kragan, serta kerajinan jati yang sudah menembus pasar ekspor walaupun belum menggunakan bendera dan merk sendiri. 4. Bapak (DPMPTSP Blora) : a) Kaitannya posisi tempat pabrik semen di Rembang yang sangat dekat dengan Blora dan tidak banyak memberikan dampak positif bagi warga sekitar. Selain itu kabupaten Blora belum mempunyai peraturan daerah yang mengatur tentang penggalian tambang. Hal ini ditakutkan akan ada penggalian ilegal yang dilakukan oleh warga sekitar dan menimbulkan efek yang buruk terhadap daerah sekitar. Kabupaten Blora, dalam hal lain mempunyai potensi yang cukup baik. Utamanya dalam sektor pariwisata dengan nama Sayuran, kuliner, wisata religi hingga pembangunan beberapa pemandian. Akantetapi pengelolaan yang kurang profesional, mengakibatkan macetnya pengembangan sektor pariwisata tersebut, tanah tersedia 9/7 Ha.
b) Karena dekat dengan pabrik semen berharap ada usulan investasi untuk membangun hotel. Meskipun air diwilayah Sayuran tidak bisa melimpah, namun untuk kebutuhan hotel sepertinya cukup. c) Infrastruktur hotel yang menjadi usulan jaraknya 2,5 Km dari jalan pantura da 2,5 Km dari pabrik semen sebenarnya wilayah yang menjadi usulan dekat dengan pabrik semen namun, sampai saat ini karyawan pabrik semen kebanyakan masih tersebar dimana ada yang mengontrak di daerah Rembang. d) Di Blora belum ada Perda yang memuat tentang sektor pertambangan yang ditakutkan oleh masyarakat Blora adalah adanya penggalian untuk bahan baku pembuatan semen secara sembarangan. e) Kami juga memiliki area di Ngampel dan Polangan dimana disana belum ada Rest Area, diharapkan nantinya bisa dibangun Rest Area diwilayah tersebut. f) Untuk sektor Agrobisnis, diwilayah Blora belum mencukupi persyaratan untuk membangun industri, padahal harga tanah di Blora masih belum tinggi. 5. Bappeda Blora a. Seperti apa yang sudah dipaparkan dilihat bahwa indeks Blora masih miskin yang menjadi masalah adalah, kami wilayah luas tetapi sebagian besar masyarakat miskin berada diwilayah perhutani, panen jagung melimpah namun bingung akan dijual kemana karena jalan diarea tersebut rusak parah. b. Di Blora industri sapinya sebenarnya terbesar di Jawa Tengah, kai berharap diberikan saran dan solusi untuk pengolahannya harus seperti apa. c. Blora sendiri sedang merevisi Perda namun sampai saat ini belum disetujui pusat.
Tindaklanjut : Perlu penajaman hasil kajian khususnya potensi andalan yang dapat dikembangkan untuk wilayah banglor Data Sektor Industri dari Kabupaten Rembang dan Blora segera disusulkan Notulis : Joko Herwandono