BAHAN AJAR BUILDING LEARNING COMMITMENT

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

Pengajaran Andragogi: Praktisi or Widyaiswara?

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

MENGELOLA PROGRAM PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Prinsip Belajar Orang Dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB IV PENUTUP (Studi Penelitian: Penilaian Sasaran Kerja Pegawai dan Perilaku Kerja

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi

TESIS. Oleh Oleh : Edy Pramono NIM : P

MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA, URGENSI DAN UPAYANYA

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

02FEB. Kewirausahaan I. Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 3, Edisi Oktober 2012 (ISSN : ) MEMBANGUN KERJA SAMA TIM (KELOMPOK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sesuai dengan tuntutan kebutuhan. untuk menanggulanginya, baik dari pihak pemerintah maupun pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, maka berkaitan dengan kinerja guru diperlukan adanya totalitas dan

Kewirausahaan I. Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DEFINISI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi

OLEH: MUFIDA NOFIANA K

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN DAN MASA KERJA TERHADAP KEDISIPLINAN KARYAWAN DI SMK MUHAMADIYAH SURAKARTA

implikasi dan mengajukan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman belajarnya. Hasil belajar memepunyai peranan penting dalam

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

Pencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri

BAB I PENDAHULUAN. Guru di dalam kelas dihadapkan pada sejumlah siswa yang mempunyai latar

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran atau proses belajar mengajar adalah interaksi siswa dengan

TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. industri. Perusahaan-perusahaan yang punya modal besar berusaha untuk segera

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk memberikan arah semua. kegiatan pendidikan didalam kesatuan pendidikan yang ada di negara kita.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari perasaan jenuh dan malas dalam belajar. bermain ketika belajar dikelas, siswa terlihat jenuh dan mengantuk, serta

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Modul 10. POD dan Metode Pelatihan Partisipatif

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ;

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEPEMIMPINAN DAN KERJASAMA TIM

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang

Transkripsi:

BAHAN AJAR BUILDING LEARNING COMMITMENT Oleh Yuni Prasetyo Budi Ilmawan, SIP., M.Sc., M.Ec.Dev Ka Sub Bid Program Diklat Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan A. PENDAHULUAN Keberhasilan sebuah proses pelatihan antara lain ditentukan oleh interaksi yang baik antara peserta dengan fasilitator. Semangat yang kuat untuk belajar dari peserta pelatihan dan didukung kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dari fasilitator merupakan kombinasi yang mutlak diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal dari sebuah pelatihan. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan peserta setelah proses pelatihan. Sebaliknya ketidakmampuan peserta memahami dengan baik materi dalam bentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan merupakan indikator kurang berhasilnya proses pelatihan. Salah satu penyebab ketidakberhasilan pembelajaran dalam pelatihan adalah metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran dan andragogi belum diterapkan secara maksimal. Materi ini membahas secara sederhana tentang konsep pembelajaran orang dewasa dan konsep dasar membangun komitmen dalam pembelajaran. Bahan ajar ini disusun dengan tujuan agar peserta pelatihan mampu memahami konsep dasar pembelajaran orang dewasa dan konsep dasar serta pentingnya membangun komitmen dalam pembelajaran. Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif agar semua pihak memperoleh manfaat secara maksimal dari proses pembelajaran.

B. PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI) Pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta pelatihan agar dapat belajar dengan baik. Di dalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta pelatihan dengan fasilitator dan sumber belajar pada suatu lingkungan kelas. Secara etimologi, andragogi berasal dari bahasa latin andros yang berarti orang dewasa dan agagos yang berarti memimpin atau melayani. Knowles (Sudjana, 2005; 62) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar. Orang dewasa disini tidak hanya didefinisikan secara ukuran biologis, namun lebih kepada segi sosial dan psikologisnya. Oleh karenanya andragogi disebut juga pelibatan orang dewasa dalam pembelajaran. Hakekat orang dewasa merupakan pribadi mandiri yang memiliki identitas diri. Oleh karena itu belajar bisa dikatakan sebagai bagian dari proses untuk mencapai aktualisasi diri. Orang dewasa akan cenderung memilih kegiatan belajar yang dapat segera diaplikasikan, baik pengetahuan maupun ketrampilan yang dipelajari. Bagi orang dewasa, pendidikan pada hakekatnya adalah proses peningkatan kemampuan untuk menanggulangi masalah kehidupan yang dialami sekarang. Menurut Knowles, ada empat asumsi utama yang membedakan antara andragogi dengan pembelajaran untuk anak-anak (pedagogi): a. Orang dewasa membutuhkan kebebasan yang lebih bersifat mengarahkan diri. b. Orang dewasa mengumpulkan pengalaman. c. Orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka hadapi dan dianggap relevan. d. Orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah. Ketepatan pendidikan dalam pembelajaran untuk orang dewasa sangat penting. Pembelajaran untuk orang dewasa harus lebih menekankan pada aspek untuk membantu dan membimbing menemukan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Oleh karena itu, agar pembelajaran untuk orang dewasa dapat berhasil secara maksimal, maka harus memperhatikan ketertarikan peserta terhadap materi yang disampaikan, kesesuaian materi dengan kebutuhan peserta, serta kesamaan tingkat pengalaman antara fasilitator dengan peserta. Penyiapan materi harus mempertimbangkan sejauh mana materi dapat berperan dalam menciptakan situasi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran pun harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa baik secara teori maupun praktek. Metode pembelajaran harus berpusat pada masalah, menuntut dan mendorong peserta untuk aktif, mendorong peserta mengemukakan pengalaman sehari-hari, menumbuhkan kerjasama, dan lebih bersifat pemberian pengalaman bukan penyerapan materi semata. Oleh karena itu materi dalam pembelajaran andragogi dapat dirumuskan secara bersama antara fasilitator dan peserta dan lebih mengutamakan kerja berkelompok. Belajar yang terbaik bagi orang dewasa adalah dengan pengalaman, mempelajari hal yang praktis, serta memecahkan hal-hal yang ditemui sehari-hari. Dalam pembelajaran andragogi, ketertarikan peserta dalam memilih dan mempelajari bahan ajar merupakan manifestasi dari perilaku belajar peserta dalam pelatihan. C. MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PEMBELAJARAN Sebagaimana disampaikan diatas, bahwa pembelajaran andragogi lebih mengedepankan bekerja dalam kelompok, maka komitmen menjadi unsur mutlak dalam pelaksanaan pembelajaran bagi orang dewasa. Komitmen merupakan suatu janji yang diucapkan seseorang pada diri sendiri dan orang lain yang harus tercermin dalam tindakan atau tingkah laku yang bersangkutan sebagai bentuk pengakuan seutuhnya. Building learning commitment yang diterjemahkan sebagai membangun komitmen dalam pembelajaran bertujuan untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan untuk belajar dan bekerja sama, saling menghargai, dan toleransi. Orang dewasa hendaknya memiliki komitmen terhadap belajar. Komitmen belajar diartikan sebagai janji atau kesanggupan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu dalam proses belajar, misalnya belajar dengan disiplin dan sungguh-sungguh serta tidak melakukan perbuatan yang merugikan selama pembelajaran. Peran building learning commitment dalam pelatihan bertujuan mencairkan suasana, mengenal kekuatan dan kelemahan pribadi dan juga kekuatan dan kelemahan orang lain. Pembelajaran akan mencapai hasil maksimal apabila suasana pembelajaran menyenangkan. Suasana pelatihan yang menyenangkan hanya akan tercipta apabila peserta pelatihan mengetahui potensi yang dimiliki, mau menerima keterbatasan, saling berkomunikasi dan saling bertukar pengalaman. Komitmen dalam pembelajaran akan tercapai apabila antar peserta pelatihan telah tumbuh rasa saling percaya, ada sikap keterbukaan, bertanggungjawab dan tumbuh rasa saling ketergantungan antar peserta. Setiap peserta pelatihan hendaknya memiliki komitmen tertentu dalam proses pembelajaran yang bisa memberikan ikatan secara sungguh-sungguh. Membangun komitmen merupakan suatu hal yang tidak boleh ditinggalkan. Building learning commitment dapat dilakukan dengan model permainan berkelompok untuk saling mengenal diri sendiri dan orang lain, merumuskan komitmen belajar dalam tim serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. D. PENUTUP Pada hakekatnya setiap manusia dibekali kemampuan untuk belajar, berkembang, dan maju. Proses belajar ini dimulai sejak anak-anak hingga dewasa secara terus menerus. Belajar merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil pengalaman atau latihan. Proses belajar ini dapat dilakukan dalam suatu lingkungan kelas yang disebut pembelajaran. Oleh karena itu dikenal adanya metode pembelajaran untuk anak-anak (pedagogi) dan metode pembelajaran untuk orang dewasa (andragogi). Pelatihan untuk pegawai negeri sipil adalah pelatihan untuk orang dewasa, oleh karenanya proses dan metodenya pun harus disesuaikan dengan karakteristik orang dewasa. Sebaliknya sebagai konsekuensi pembelajaran untuk orang dewasa, maka harus

dibentuk sebuah komitmen yang harus ditaati oleh setiap peserta agar pembelajaran memberikan manfaat secara maksimal. Proses membangun komitmen ini dibentuk dalam building learning commitment. Building learning commitment merupakan upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan karena hanya dengan pembelajaran yang menyenangkanlah tujuan pembelajaran akan tercapai.