BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TINDAKAN SUCTION DI RUANG ICU RSUD GAMBIRAN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2012 Desember

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA)

BAB I PENDAHULUAN. oleh kesadaran. Pusat pernafasan terletak dalam medulla oblongata dan pons

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah cross sectional (Sopiyudin, 2009). yang diteliti (Notoarmodjo, 2012). Populasi dibagi menjadi dua macam

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

penyakit,cedera,penyulit yang mengancam nyawaatau

BAB I PENDAHULUAN. Intensif Care Unit berkembang cepat sejak intensif care unit (Intensive Terapy

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

vaskularisasi pasien, apakah masih bagus vaskularisasinya atau sudah kolaps (Bertnus, (2009). Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

Sri Hartini 1, Edy Soesanto 2, Dera Alfiyanti 3. Perawat PICU/NICU RS Dokter Kariadi Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

BAB 4 METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

2. PERFUSI PARU - PARU

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN

PETUNJUK PENGISIAN KOESIONER

1) Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2) Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura sama dengan mikroorganisme yang ditemukan di sputum maupun aspirasi

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan komplikasi pada organ lainnya (Tabrani, 2008).

A.TINJAUAN TEORI a. Pengertian b. Indikasi

Skala Jawaban I. KUISIONER A : DATA DEMOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi Dada Terhadap Kejadian Ventilator Associated Pneumonia Di Unit Perawatan Intensif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Perawatan Ventilator

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan dasar. Fakta menunjukkan banyaknya pasien yang datang

BAB I PENDAHULUAN. ventilasi bagi pasien dengan gangguan fungsi respiratorik (Sundana,

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif merupakan suatu unit yang telah dirancang

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III ELABORASI TEMA

INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan yang

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

Oksigenasi dan Proses Keperawatan. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns Departemen Dasar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara 2009

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) SUCTION VIA ETT (ENDOTRACHEAL TUBE)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trakeostomi adalah prosedur pembedahan dengan memasang slang melalui sebuah lubang ke dalam trakea untuk mengatasi obstruksi jalan nafas bagian atau mempertahankan jalan nafas dengan cara menghisap sekret, atau untuk penggunaan ventilasi mekanik yang kontinu. Trakeostomi dapat digunakan sementara yaitu jangka pendek untuk masalah akut, atau jangka panjamg biasanya permanen dan slang dapat dilepas (Marelli,2008:228).. Indikasi dilakukannya trakeostomi di ICU diantara lain adalah mencegah obstruksi jalan nafas atas karena tumor dan pembedahan, untuk mencegah kerusakan laring di jalan nafas karena intubasi endotrakeal yang berkepanjangan, memudahkan akses ke jalan nafas dalam melakukan untuk pengisapan dan pengangkatan sekresi, untuk menjaga jalan napas yang stabil pada pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanis atau oksigenasi prolonged. (Carles,2010). Prosedur trakeostomi dari data yang diambil peneliti di ruang ICU RSUP Dr kariadi dari bulan Januari-April 2017 terdapat 15 pasien. Rata rata dilakukan trakeostomi karena penyapihan ventilator yang tidak adekuat. Alasan dilakukan trakeostomy di ruang ICU RSUP Dr kariadi yaitu pasien dengan gagal napas berat, cedera otak traumatis parah dan pasien yang lebih tua dengan penyakit peumonia, penyakit neurologi (stroke,miastenia gravis).salah satu proses mekanisme dilakukan trakeostomy dengan miastenia gravis terjadi kelumpuhan otot otot pernafasan setelah dilakukan pemasangan endotrakeal dengan respirasi ventilator mekanik selama 7 hari sulit untuk di weaning ventilator karena sulitnya melakukan batuk efektif sehingga sulit mengeluarkan sekret maka diputuskan

tindakan trakeostomy untuk memudahkan pengambilan sekret agar tidak terjadi obstruksi jalan nafas dan juga demi kenyaman pasien untuk mencegah kerusakan laring. Pengambilan sekret dengan cara suctioning saluran pernafasan merupakan salah satu intervensi yang dilakukan oleh perawat diruang internsif. Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri. Dari pengamatan peneliti, hampir 10% pasien yang dirawat ICU RSUP Dr. Kariadi terpasang ventilator dengan trakeostomi. Ventilator akan dihubungkan dengan trakeastomi yang dimasukkan ke trakea karena mereka mengalami permasalahan dengan pernafasan. Dengan terpasang trakeastomi dan ventilator tubuh pasien akan berespon mengeluarkan sekret sehingga perlu dibantu untuk mengeluarkan sekret agar tidak menghalangi jalan nafas dengan tindakan hisap lendir (suction). Pada pasien yang terpasang trakeostomy di icu seringnya disaturasi, pernafasan yang cepat dan bunyi ronchi di saluran nafas karena penumpukan sekret sehingga diperlukan ketrampilan dan kesigapan perawat yang jaga dalam melakukan suction.perlunya suctioning yang benar agar tidak terjadi menyumbat saluran pernafasan sehingga dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti hipoksemia, atelektasis dan pneumoni. Suction harus dilakukan dengan prosedur yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi luka spasme serta perdarahan jalan nafas. Setelah pasien yang terpasang trakeostomi dirawat intensif di ruang ICU dengan kondisi yang cukup stabil dan bisa nafas spontan tanpa menggunakan alat bantu pernafasan yaitu ventilasi mekanik,bisa dipindahkan ke ruang rawat inap berdasarkan kriteria keluar atas pertimbangan medis oleh DPJP ruang ICU dan tim yang merawat pasien, antara lain; penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak memperlukan terapi atau pemantauan intensif yang lebih lanjut (Pedoman Pelayanan Instalasi Care Unit RSUP Dr.

Kariadi:2016). Saat diruang rawat inap perlu dilakukan tindakan lanjutan suction pada trakeostomi oleh perawat,karena pasien belum bisa mengeluarkan lendir secara mandiri.untuk itu perlu dilakukan secara kontinyu suction oleh perawat ruangan agar tidak terjadi penumpukan sekret. Ruang rawat inap Paviliun RSUP Dr Kariadi lantai 4,5,6 yang akan digunakan untuk penelit dengan jumlah perawat seluruhnya 109 berdasarkan mapping tenga perawat per 1 Maret 2017 diperoleh data pendidikan S1 sebanyak 20% dan 70% masih D3,lama kerja 6-10 th sebanyak 57% dan 0-5 th sebanyak 53 %, pelatihan yang didapat yaitu pelatihan kritis, enil,btcls,acls masih 19 % dan pengalaman kerja perawat garuda ada yang rotasi dari ruangan poli, bedah, geriatri dan ruang rawat inap lainnya. Dari mapping perawat data di ruang garuda lat 4,5,6 sangat bervariasi dari sisi jenjang pendidikan, lama kerja, pengalaman dan masih sedikit yang mempunyai pelatihan kegawatdaruratan dan perwatan kritis yang disitu diajarkan bagaimana cara melakukan tindakan cepat dan sigap dalam mengatasi kepatenan jalan nafas terutama dalam penelitian ini tentang suction pada trakeostomi. dari hasil pelatihan diharapkan perwat mamou untuk melakukan prosedur suction pada trakeostomi secara benar. Berdasarkan studi pendahuluan di RSUP Dr. Kariadi, dari 10% pasien yang terpasang trakeostomi yang dipindahkan ke ruang rawat inap, 2% pasien kembali lagi diruang ICU dengan gejala klinis sesak dan disaturasi dikarenakan penumpukan sekret.setelah dilakukan suction diruang icu sesak teratasi dengan disertai peningkatan saturasi yang normal.tindakan suction dibutuhkan untuk menjaga kepatenan jalan nafas..pada dasarnya penerapan prosedur suction dengan standar yang sudah ditetapkan sangat diharapkan. Namun hal ini sering sekali diabaikan oleh tenaga perawat karena jarang membaca prosedur suction. Suatu tindakan suction yang salah akibat kateter yang tidak mencapai sekret, dapat menyebabkan perburukkan keadaan pasien karena terjadi plugmucus. Berdasarkan kejadian diatas maka peneliti melakukan survey awal pada 10 perwat di ruang rawat inap garuda lantai 4, 5, 6 tentang pengetahuan suction

pada trakeostomi disebutkan bahwa 20% berpengetahuan baik, 30 % berpengetahuan sedang dan 50% berpengetahuan kurang. Oleh karena itu perlu pengetahuan dan praktek yang benar dalam melakukan suction pada pasien yang terpasang trakeostomi agar tidak menimbulkan masalah dan komplikasi. Menurut Menurut Prayitno (2008), menjelaskan ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam melakukan tindakan hisap lendir sesuai prosedur. Menurut Nurmiyati, dkk (2013), menjelaskan ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang perawatan pasien terpasang ventilator dan sikap perawat terhadap tindakan suction di ICU. Menurut Putri (2015), menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pengatahuan perawat terhadap pelaksanaan tindakan suction di ruang ICU RSUD Gambiran Kediri. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan perawat tentang prosedur suction dengan praktek suction dengan praktek suction pada pasien yang terpasang trakeostomi diruang rawat inap Paviliun Garuda RSUP Dr Kariadi. B. Rumusan Masalah Meningkatnya pasien dengan trakeostomi yang dipindahkan ke ruang rawat inap memerlukan perawcatan lanjutan yaitu suction pada trakeostomi karena pasien belum bisa mengeluarkan secret secara mandiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk menjaga jalan nafas agar tetap paten. Dari 10 % pasien trakeostomi yang dipindahkan 2 % diataranya kembali lagi di ICU dengan keluhan sesak nafas dan disaturasi, setelah dilakukan suction di ruang ICU jalan nafas paten dengan ditandai peningkatan saturasi dan respirasi pasien normal. Dari survei pendahuluan pengetahuan perawat tentang suction pada trakeostomi yaitu didapatkan hasil pengetahuan pengetahuan perawat rawat inap paviliun garuda 20% berpengetahuan baik, 30 % berpengetahuan sedang dan 50% berpengetahuan kurang. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui, Apakah ada hubungan pengetahuan perawat tentang

prosedur suction dengan praktek suction pada pasien yang terpasang trakeastomi diruang rawat inap Paviliun Garuda RSUP Dr. Kariadi. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang prosedur suction dengan praktek suction pada pasien yang terpasang trakeostomi diruang rawat inap Paviliun Garuda RSUP Dr. Kariadi. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Menggambarkan karakteristik responden yang berkaitan dengan lama kerja, pengalaman, pelatihan, tingkat pendidikan. b. Menggambarkan skala pengetahuan perawat tentang prosedur suction pasien yang terpasang trakeostomi di ruang rawat inap Paviliun Garuda RSUP Dr. Kariadi c. Menggambarkan skala praktek tindakan suction oleh perawat pada pasien yang terpasang trakeostomi di ruang rawat inap Paviliun Garuda RSUP Dr. Kariadi. d. Menganalisa hubungan skala pengetahuan tentang prosedur dengan praktek suction pada pasien yang terpasang trakeostomi diruang rawat inap Paviliun Garuda RSUP Dr. Kariadi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Rumah sakit lebih menyadari akan arti pentingnya usaha pencegahan dan pengawasan terhadap mutu pelayanan dan melakukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang melakukan tindakan suction sesuai prosedur. 2. Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan dan mendapat informasi baru tentang prosedur

suction dan dapat menerapkan prosedur suction yang benar sehingga tindakan suction dapat dilakukan dengan benar. b. Memberi pengalaman dalam melakukan penelitian. c. Menjadikan data dasar untuk penelitian lebih lanjut. 3. Profesi Keperawatan a. Memberikan informasi tentang pelaksanaan tindakan suction yang benar. b. Sebagai input terhadap perkembangan pendidikan keperawatan dalam mendukung tercapainya pelayanan keperawatan yang professional dalam pelaksanaantindakansuction. E. Bidan Ilmu Penelitian yang dilakukan termasuk dalam bidang ilmu keperawatan kritis dan ilmu keperawatan medikal bedah. F. Keaslian Penelitian Berikut beberapa referensi penelitian terkait yang terdapat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Keaslian penelitian Peneliti Judul Penelitian Variable Metoda Hasil Budi P, 2008 Hubungan Tingkat Perawat Tentang Prosedur Suction Dengan Perilaku Perawat Dalam Melakukan Tindakan Suction Sesuai Prosedur di ICU Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang Variable bebas : Tingkat perawat Variable Terikat: Prosedur dan Perilaku tindakan suction Cross sectional Ada Hubungan Antara Tingkat Perawat Dengan Perilaku Perawat Dalam Melakukan Tindakan Suction Sesuai Prosedur di ICU Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang

Peneliti Judul Penelitian Variable Metoda Hasil Nurmiati, Darwin, Jumaini, 2013 Hubungan Antara Perawat Tentang Perawatan Pasien Dengan Ventilator Dan Sikap Perawat Terhadap Tindakan Suction Variable bebas : pengetahuan perawat Variable terikat : Perawatan pasien ventilator dan sikap tindakan suction Korelasi Ada Hubungan Antara Perawat Tentang Perawatan Pasien Dengan Ventilator Dan Sikap Perawat Terhadap Tindakan Suction Putri, K. 2015 Hubungan Perawat Terhadap Pelaksanaan Tindakan Suction di Ruang ICU RSUD Gambiran Kediri Variable bebas : pengetahuan perawat Variable terikat : pelaksanaan tindakan suction Cross sectional Terdapat Hubungan Yang Signifikan Antara Perawat Terhadap Pelaksanaan Tindakan Suction di Ruang ICU RSUD Gambiran Kediri Yuliastuti, E. 2018 Hubungan Perawat Tentang Prosedur Suction Drngan Praktek Suction Pada Pasien Yang Terpasang Trakeostomi Di Ruang Rawat Inap Paviliun Garuda Rsup Dr Kariadi Semarang Variable bebas: perawat tentang prosedur suction Variable terikat : Praktek suction pada pasien yang terpasang trakeostomi Korelasi Dilihat dari keaslian penelitian pada table diatas ada perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Perbedaan yaitu terletak pada objek dan

tempatnya yang diteliti sedangkan persamaannya penelitian ini terletak pada pengetahuan perawat tentang tindakan suction.