Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan



dokumen-dokumen yang mirip
BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

Latar Belakang Pembelajaran Terpadu

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan usia dini (Early childhood education) adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KURIKULUM Pengertian Fungsi Dan Tujuan Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN BERHITUNG MENGGUNAKAN PAPAN TELUR DI TK AISYIYAH 7 DURI NOVA ROZI A ABSTRAK

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Opini Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan Soegeng Santoso *) Abstrak Pendidikan anak pada usia dini menentukan perkembangan kepribadian dan fisiknya di kemudian hari. Oleh karena itu untuk keseimbangan dan keutuhan perkembangan pribadi anak, perlu diperhatikan dan diberdayakan semua kemampuan yang dimilikinya. Dengan menunjuk pada berbagai teori psikologi, tulisan ini membahas bagaimana permainan dipergunakan secara optimal untuk membuat anak menjadi sehat, cerdas dan berhasil. Kata kunci: Anak usia dini, perkembangan kepribadian, permainan Early childhood education plays an important role in a character and physical development in the future. This article discusses how game can be utilized as an effective technique in developing all potentials possessed by the child to be healthy, intelligent and successful in his/her life. Referring to a number of psychological theories, the article emphasizes the urgent need to consider and develop multiple intelligence every body has. P Pendahuluan endidikan berlangsung sejak anak lahir bahkan secara tidak langsung proses pendidikan dimulai ketika anak masih berada dalam kandungan ibu. Pendidik yang pertama kali memberikan pengaruh terhadap anak adalah ibu dan bapak di lingkungan keluarga. Pendidik ini sangat menentukan proses pembentukan pribadi anak. Jadi pengaruh yang berasal dari orang tua itu merupakan pengaruh atau bimbingan yang utama. Oleh karena itu orang tua wajib memberikan teladan yang baik, positif dan bersifat mendidik. Pendidikan yang tidak langsung terhadap bayi dalam kandungan berwujud kedisiplinan, ketenangan, kesehatan, ketentraman, dan pemberian makanan yang bergizi bagi ibu yang hamil. Setelah lahir, orang tua wajib menyongsongnya dengan penuh kasih sayang dan perhatian yang optimal. Terdapat tiga sifat yang wajib dilakukan oleh pendidikan yaitu pembiasaan, keteladanan, dan pembelajaran (Fuad Hassan, 2004). Kalau ketiganya sudah dilaksanakan mudah-mudahan anak mampu tumbuh dan berkembang secara maksimal. Anak mempunyai sifat suka bergerak kalau tidak, berarti terdapat sesuatu yang tidak wajar, misalnya kecewa, sakit, capek dan, kurang gizi, tentu tidak kelihatan ceria. Anak yang tumbuh selalu dikaitkan dengan fisik. Misalnya tubuh kecil berubah menjadi besar, yang lemah menjadi kuat. Anak yang berkembang dikaitkan dengan psikis. Misalnya penakut menjadi pemberani, diam lalu menjadi banyak bicara, bertanya sesuatu atau periang. Anak mulai bertindak dengan pikiran dan perasaan yang tadinya secara spontanitas. *) Guru Besar Universitas Negeri Jakarta 93

Optimalisasi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978) pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) sebenarnya memiliki makna yang berbeda, tetapi antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan menunjukkan arti perubahan kuantitatif, pertambahan dalam ukuran dan struktur. Sejalan dengan pertumbuhan otak anak, dia memiliki kapasitas belajar lebih besar untuk belajar, mengingat, dan bernalar. Perkembangan dapat didefinisikan sebagai kemajuan terurut berkesinambungan, perubahan-perubahan koheren (menyatu). Kemajuan artinya perubahan itu berlanjut ke arah depan. Terurut dan koheren, artinya terdapat relasi tertentu antara perubahan yang sedang terjadi dan apa yang dilalui atau berikutnya. Berkembang, yaitu menunjukkan perubahan kuantitatif dan kualitatif berikutnya (Elisabeth B. Hurlock, 1978). Pertumbuhan dan perkembangan anak pada umumnya amat bergantung dari genetik dan pengasuhan ibunya masing-masing. Pengasuhan anak yang optimal akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan berkembangannya. Contoh sebagai berikut : Pada tahun pertama, anak-anak kebanyakan telah mulai belajar berjalan. Jika pada usia dini ini dilatih berbagai kecakapan motorik secara terus menerus maka perkembangan kemampuan anak akan berlangsung cepat. Pada tahun kedua perkembangannya, anakanak kebanyakan telah dapat atau setidaknya telah belajar berjalan. Sebagian anak bahkan telah mampu berlari-lari dari halamannya sendiri menuju ke halaman tetangganya dan menelusuri lorong-lorong di sekitarnya. Mereka berlatih dengan berbagai kecakapan motorik, dan secara terus menerus ingin menunjukkan keterampilannya itu kepada orang tuanya dan orang lain yang menyaksikannya. Pada tahun ketiga, perilaku anak akan tampak sedikit perubahan yang berbeda. Watak tantrumnya (merengek) belum sepenuhnya hilang, kemanjaan usia dua tahunan dapat berakhir pada tahun keempat, tetapi perilaku senang rewel kebanyakan telah ditinggalkan. Setiap minggu menghasilkan ungkapan katakata baru dan cara baru dalam memanjat, melonjak dan meloncat. Anak-anak mulai mampu menguasai dan mengendalikan anggota badannya guna melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan sebelumnya. Kita dapat melihat perubahan tindakan anak pada saat usia menginjak tahun prasekolah, dia belajar bagaimana menulis, mengambar, dan bagaimana memainkan permainan dengan berbagai alat permainan seperti bola, kelereng, dan sebagainya. Mereka juga membuat tentang keterampilan baru yang dapat dilakukan dan pertumbuhan diri. Misalkan ada seorang anak berkata : Saya sudah tidak lagi kecil, ya bukan? Anak-anak ini memang benar. Mereka bukan lagi bayi kecil, masa bayi kecilnya sudah berlalu. Pada usia empat tahun, mereka telah menjadi lebih berpetualangan, mengeksplorasi dunianya dengan senang, bangga, dan terus menerus. Pada usia lima tahun, mereka adalah anak yang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri, dalam arti telah mampu mengkoordinasi motorik dengan baik. Anak-anak pada usia ini bahkan senang bertindak yang dapat mengejutkan orang tuanya atau pengasuhnya dengan perilaku yang mengkhawatirkan, misalnya sering menapaki anak tangga dan bangunan-bangunan lain yang menanjak bahkan sembarangan objek yang dapat dinaiki. Piaget menegaskan bahwa bentuk tertinggi kecerdasan logis dapat ditelusuri hingga ke asalnya ke dalam tubuh. Sebab mulai dari pertama kehidupan, tubuh bayi dengan aktif meneliti dunia dan membangun kerangka dasar yang berfungsi sebagai fondasi semua pikiran berikutnya. Kemampuan awal ini mempersiapkan jalan untuk perkembangan berikutnya di tengah-tengah masa kanak-kanak ketika anak-anak bisa secara internal mewakili berbagai benda dari sudut pandang yang berbeda-beda. Perawatan Kesehatan Anak Usia Dini Perawatan kesehatan pada anak usia dini dapat diawali dari pemberian makanan yang sehat. Dahulu Departemen Kesehatan membuat moto yang berbunyi empat sehat lima sempurna, karena waktu itu sebagian besar penduduk Indonesia belum makan kenyang, penuh gizi dan lengkap dengan buah-buahan. Setelah Indonesia merdeka sebagian rakyat sudah 94

kecukupan bahkan ada yang kelebihan rejeki akibatnya makan tidak terkendali. Akhirnya mereka sakit antara lain jantung, hati, stroke dan kelebihan gizi, kegemukan, lalu mereka ikut senam untuk melangsingkan tubuh anjuran berolah raga (tiada hari tanpa olah raga, mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olah raga). Kecuali itu terdapat anjuran penganekaragaman makanan. Lalu muncul moto kesehatan yang baru berbunyi gizi seimbang, antara lain nasehatnya adalah makan makanan yang bergizi dan bermacammacam supaya seimbang antara protein, lemak, nabati, zat besi, makanan berserat, banyak makan buah-buahan dan lain-lain. Minum kopi, teh, cokelat ada yang mengkategorikan sebagai bahan kenikmatan. Lalu timbul anjuran minumlah air mineral (air putih) antara lain aqua yang dinilai sebagai minuman yang paling aman dan menyehatkan tubuh. Semula dirasakan janggal mengapa air putih saja d i j u a l. Kenyataannya di masyarakat sekarang baik di kota besar maupun kota kecil air putih sudah merupakan kebutuhan orang. Bahkan di desa pun sudah dikonsumsi, biarpun di lingkungannya terdapat sumur. Di kota air putih dijual literan atau kalengan, di pegunungan yang langka air dikirim dari kota. Makanan yang diberikan kepada anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal haruslah makan bergizi meliputi : (a) bahan makanan pokok, (b) bahan makanan lauk pauk, (c) bahan makanan sayuran, (d) susu dan telur. Makanan ini diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia dini anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi dalam jumlah yang besar. Jika anak diberikan makanan yang bergizi mereka akan sehat dan selanjutnya akan Mendidik sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat penting, sebab kesesuaian dalam mendidik anak akan mempengaruhi perkembangannya di masa yang akan datang. bergerak, bermain, berwajah ceria, cakap dan tersenyum, sehingga anak mampu tumbuh dan berkembang secara optimal serta menjadi anak yang memiliki kepribadian utuh. Mendidik Anak Sesuai Potensi yang Dimiliki Mendidik sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat penting, sebab kesesuaian dalam mendidik anak akan mempengaruhi perkembangannya di masa yang akan datang. Konsep kesesuaian itu memiliki dua dimensi yaitu kesesuaian dengan umur dan kesesuaian dengan individu masing-masing. Dari diri anak terdapat pola umum yang diprediksi menyangkut perkembangan dan perubahan yang terjadi pada anak selama sembilan tahun permulaan kehidupannya. Perubahan ini terjadi pada seluruh area perkembangan fisik, emosional, sosial dan kognitif (Bredekamp, 1992). Atas dasar itulah dapat dikatakan bahwa anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal jika lingkungan memberikan suasana yang aman, menyenangkan dan penuh kasih sayang sehingga meningkatkan perkembangan fisik, emosional, sosial dan kognitifnya. Kecerdasan Howard Gardner dalam bukunya yang berjudul Multiple Intellegences (MI) menegaskan bahwa kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur: (1) kecerdasan logika matematika, (2) kecerdasan bahasa, (3) kecerdasan musikal, (4) kecerdasan visual spasial, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal, dan (8) kecerdasan naturalis. Melalui konsepnya mengenai multiple intellegences atau kecerdasan jamak ini, Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan, 95

dimana seolah-olah kecerdasan hanya terbatas pada apa yang diukur oleh beberapa tes intelegensi yang sempit saja, atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan ataupun ujian di sekolah belaka. Teori Gardner ini kemudian dikembangkan dan juga dilengkapi oleh para ahli lain, di antaranya adalah Daniel Goleman melalui bukunya yang terkenal, Emotional Intellegence atau Kecerdasan Emosional. Thomas Amstrong (Seven Kinds of Smart / 7 jenis kecerdasan ) juga mengembangkan MI yang meliputi : (1) kecerdasan linguistic (mengolah kata), (2) kecerdasan logis matematis ( mengolah angka dan logika), (3) kecerdasan spatial ( berpikir dalam gambar), (4) kecerdasan musikal (menyerap, menghargai dan menciptakan irama dan melodi), (5) kecerdasan kinestetik (kecerdasan dalam diri sendiri), (6) kecerdasan antar pribadi (kecerdasan dalam diri sendiri), (7) kecerdasan intra pribadi. Dari kedelapan kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner di atas, Goleman mencoba memberi tekanan pada aspek kecerdasan interpersonal atau kecerdasan antarpribadi. Inti sari kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan hasrat keinginan orang lain. Namun, menurut Gardner, kecerdasan antarpribadi ini lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman, sementara faktor emosi atau perasaan kurang diperhatikan. Padahal, menurut Goleman, faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antarpribadi ini. Selanjutnya Sternberg dan Salovey, sebagaimana diungkapkan oleh Goleman, disebutkan adanya lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional. Lima wilayah tersebut adalah : 1. Kemampuan mengendalikan emosi, merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional. 2. Kemampuan mengelola emosi, merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara salah. 3. Kemampuan memotivasi diri, adalah kemampuan memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. 4. Kemampuan mengenali emosi orang lain, adalah kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang Permainan hendaknya mempunyai nilai yang bermacam-macam sehingga mengembangkan seluruh aspek kepribadian atau potensi anak. lain sehingga orang lain akan merasa senang dan dimengerti perasaannya. Kemampuan ini sering pula disebut sebagai kemampuan berempati, m a m p u menangkap pesan nonverbal dari orang lain. 5. Kemampuan membina hubungan, adalah kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul, dan menjadi lebih populer. Hal yang hampir senada juga dikemukakan oleh Robert Coles dalam bukunya yang berjudul The Moral Intellegence of Children bahwa di samping IQ (Intellegence Quotient) ada suatu jenis kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan moral yang juga memegang peranan amat penting bagi kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Hal ini ditandai dengan kemampuan seorang anak untuk dapat menghargai dirinya sendiri dan orang lain, memahami perasaan terdalam orang di sekelilingnya, dan mengikuti aturan yang berlaku, yang semuanya ini merupakan kunci keberhasilan bagi seorang anak di masa depan. 96

Permainan Salah satu sifat anak yang paling terlihat adalah senang bermain, oleh karena itu jika anak tidak mau bermain tentu ada sebabnya. Mungkin ia kecewa, marah, lapar, kurang gizi, sakit atau sebab lain yang tidak diketahui pendidik. Berbagai permainan perlu disediakan baik untuk perkembangan kemampuan motorik halus atau perkembangan motorik kasar. Permainan dapat disediakan di kelas atau di luar kelas. Permainan hendaknya mempunyai nilai yang bermacammacam sehingga mengembangkan seluruh aspek kepribadian atau potensi anak. Permainan yang berhubungan dengan kemampuan motorik halus dapat dilakukan dalam ruangan, sedang perkembangan kemampuan motorik kasar banyak dilakukan di luar ruangan. Hal ini sesuai dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara (Perguruan Taman Siswa) dan pandangan R. Tagore (Shantiniketan, India). Tujuannya adalah potensi tadi dapat berkembang secara optimal, terampil mengenal cinta dan melestarikan lingkungan yang berwujud flora, fauna dan alam secara menyeluruh. Mendidik Anak Usia Dini Agar Cerdas Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan tentang anak usia dini adalah anak yang berusia 0 6 tahun, oleh karena itu pada usia dini perlu diberi pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan yang baik. Pada usia ini anak suka meniru, seluruh aspek kepribadiannya akan tumbuh dan berkembang secara alamiah oleh karena itu perlu rangsangan dari orang tua dan pendidik pada umumnya. Apalagi kalau anak itu kreatif, perlu mendapat dorongan. Mendidik anak agar cerdas, kreatif dan terampil harus dimulai sejak usia dini. Anak yang cerdas menurut Ki Hadjar Dewantara (1962) perlu diawali di Taman Anak (sekarang Taman Kanak-Kanak/masa wiraga) dengan : (a) permainan dan olah raga dengan nyanyian anak-anak dan tari, (b) nyanyian rakyat, menggambar corak dan warna, (c) cerita yang berwujud dongeng, mitologis dan historis dihubungkan dengan pelajaran bahasa dan lagu, (d) pelajaran mengenal keadaan tempat keliling (lingkungan) anak selaku persediaan (persiapan) pelajaran ilmu alam, ilmu kodrat, ilmu bumi dan ilmu negeri (kemasyarakatan dan kenasionalan). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebaiknya telah memperkenalkan pendidikan pada abad ini yang berpandangan pada multikulturisme (Tilaar, 2004). Menurut penulis pendidikan multikulturisme melalui permainan misalnya, bermacam-macam adat daerah di seluruh Indonesia dapat diberikan pada anak usia dini walaupun sifatnya sangat sederhana, praktis dan dapat dilakukan oleh anak. Contohnya anak-anak mengenakan pakaian adat, mengenalkan berbagai nyanyian daerah, menikmati macam-macam jenis makanan, adanya berbagai permainan, adat kebiasaan teman yang berasal dari daerah dan perbedaan suku bangsa di Indonesia. Tentu saja penyajiannya harus mudah, inovatif, menarik dan sesuai dengan perkembangan anak. Kalau hal ini ditanamkan pada anak secara terus menerus anak akan melakukan sesuatu berdasarkan pembiasaan, belum pengertian sebab pendidikan itu akan berhasil melalui pembiasaan, keteladanan, dan pembelajaran (Fuad Hassan, 2004). Hal ini didukung oleh pandangan M.J. Langeveld yang mengatakan bahwa proses pendidikan melalui pembiasaan dan dengan tatap muka. Keteladanan dari pendidik penting sekali, baik orang tua, guru dan pemimpin masyarakat (Trisentra System Ki Hadjar Dewantara, 1962). Pembelajaran meliputi mendidik dan mengajar yang dilakukan oleh guru. Jadi selain mencerdaskan manusia juga diimbangi dengan pembentukan moral, sebab kemampuan intelektual menghasilkan kemakmuran yang modernisasi sedang gerakan moral bertujuan membangun komunitas yang cerdas dan beradab. Untuk gerakan moral ini diperlukan agama dan kehidupan global (Tilaar, 2004). Pada anak usia dini khususnya taman kanak-kanak diberikan pendidikan yang berkaitan dengan : (a) perkembangan daya cipta dan daya pikir, (b) pengembangan bahasa, (c) pengembangan perilaku dan keterampilan, (d) pengembangan jasmani dan, (e) pengembangan moral, emosional, sosial, dan disiplin. Berbagai jenis pengembangan ini dibuat beberapa butir tema kegiatan berdasarkan Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar (GBPKB). Para guru dituntut kreatif dalam menyusun kegiatan (Soegeng, 2000). Kegiatan ini tidak berbeda jauh dengan pandangan Ghulam Farid Malik yang 97

mengatakan kegiatan pada Taman Penitipan Anak (TPA) : 1. Umur 1 sampai 2 tahun, antara lain : memanjat, mengerti beberapa kata, memberikan mainan, asyik bermain, minum, belajar menggunakan sendok, melempar bola, tahu nama keluarga, mencoba meloncat dan bermain dengan air dan pasir. 2. Umur 3 sampai 4 tahun, antara lain: bermain dengan anak lain, bermain dengan jarinya, bermain bergiliran, menghitung benda sampai tiga benda, bermain mencocok gambar, menyebutkan umurnya dengan jari, mampu menyelesaikan puzzel sederhana dan memiliki humor. 3. Umur 5 sampai 6 tahun, antara lain : mengadu, bermain dengan makanannya, butuh pengakuan orang dewasa, senang menolong, mengenal konsep waktu samarsamar, belajar menggunting, menempel dan menggambar. 4. Umur 7 sampai 8 tahun, antara lain : mulai mengeluh dan berdebat, kritis dengan saudaranya, menentang orang tuanya, mencari perhatian guru, mengulangi bahasa kasar yang didengarnya dan memiliki humor. Dengan adanya jenis kegiatan yang disenangi oleh anak tersebut maka permainan yang disediakan oleh sekolah perlu disesuaikan. Demikian pula pendidik yang yang memberikan kegiatan wajib mengetahui dan mampu melaksanakannya. Sejak tahun 1946 ketika Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dijabat oleh Menteri Soewandi, Indonesia telah memiliki dasar pendidikan dan pengajaran yang dijadikan pedoman bagi guru yang memuat sifatsifat kemanusiaan dan kewarganegaraan sebagai dasar pengajaran dan pendidikan yang berintikan Pancasila. Sifat yang diutamakan sebagai dasar pendidikan adalah : 1. Perasaan bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Perasaan cinta kepada alam. 3. Perasaan cinta kepada negara. 4. Perasaan cinta dan hormat kepada ibu dan bapak. 5. Perasaan cinta kepada bangsa. 6. Perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut pembawaan dan kekuatannya. 7. Keyakinan bahwa orang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga dan masyarakat. 8. Keyakinan bahwa orang hidup dalam masyarakat harus tunduk pada tata tertib. 9. Keyakinan bahwa manusia itu sama karyanya, sebab itu berhubungan sesama anggota masyarakat harus bersifat hormat menghormati, berdasarkan rasa keadilan dengan berpegang teguh atas karya diri sendiri. 10. Keyakinan bahwa negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja, tahu pada kewajibannya, jujur dalam pikiran dan tindakannya (Soegarda Poerbakawatja, 1970). Jika diterapkan dengan baik, ketentuan itu akan menghasilkan manusia yang utuh dan berkepribadian. Penutup Anak sejak lahir telah memiliki potensi yang berbeda satu sama lain, oleh karena itu perlu diberi dorongan, bimbingan dan pengaruh positif agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam pemberian pengaruh ini pendidik perlu mengetahui masa perkembangan anak. Pengaruh yang diberikan kepada anak sebaiknya dihubungkan dengan berbagai kecerdasan yang dimiliki anak, supaya nanti dapat menghasilkan manusia yang berkepribadian utuh. Anak adalah subyek yang harus diperhatikan, diberi kebebasan untuk tumbuh dan kembang sendiri berdasarkan apa adanya, tugas pendidik adalah mempengaruhi karena itu perlu pembiasaan, keteladanan, dan pembelajaran. Pemberian kegiatan pada anak perlu disesuaikan dengan kematangan dan perkembangan anak, sehingga nanti dapat menjadi anak yang sehat, cerdas dan ceria. Beberapa pandangan di atas dapat dijadikan acuan untuk mendidik anak usia dini agar menjadi anak yang sehat dan cerdas melalui bermain. 98

Daftar Pustaka Amstrong, Thomas. (2002). The seven kinds of smart. Jakarta. Gramedia Cooles, Robert. (1997). The moral intellegence of children. New York : Random House, Inc. Dewantara, Ki Hadjar. 1962. Karya Ki Hadjar Dewantara. Yogjakarta : Taman Siswa Gardner, Howard. (1995). Multiple intellegences. New York : Basic Book Harper Collins Publ. Inc. Ghulam Farid Malik. (2002). Peranan daycare/ tempat penitipan anak, sebagai penganti orang tua disaat bekerja. Jakarta (Paper) Goleman, Daniel. (1995). Emotional intellegence. New York : Bantam Books Poerbakawatja, Soegarda. (1970). Pendidikan dalam alam Indonesia Merdeka. Jakarta: Gunung Agung Santoso, Soegeng. (2000). Problematika pendidikan dan cara pemecahannya. Jakarta: Kteasi Pena Gading Tilaar, H.A. R. 2004. Multikulturalisme. Jakarta: Lembaga Manajemen Universitas Negeri Jakarta. (2002). Pendidikan anak usia dini. Jakarta : Citra Pendidikan. (2002). Setiap anak cerdas (Panduan membantu anak belajar dengan memanfaatkan multiple Intellegence-nya diterjemahkan dari discovering and encauraging your child s multiple Intellegences). Jakarta: PT. Gramedia 99