Pengaruh Penambahan Plastik High Density Polyetilene (HDPE) dalam Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

NASKAH SEMINAR INTISARI

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

PERBANDINGAN PENGARUH PENAMBAHAN PLASTIK HIGH DENSITY POLYETILENE (HDPE) DALAM LASTON-WC DAN LATASTON-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

Pengaruh Penambahan Parutan Karet Ban Gradasi Tipe 2 terhadap Parameter Marshall pada Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course SENTOT HARDWIYONO

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA CAMPURAN LASTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL (105M)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE MENGGUNAKAN PENGIKAT SEMARBUT TIPE II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

Karakteristik Campuran AC-WC dengan Penambahan Limbah Plastik Low Density Polyethylene (LDPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH STEEL SLAG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR UKURAN 1 / 2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ALAMI LATEKS (GETAH KARET) TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS - WC)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH STEEL SLAG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR UKURAN ½ DAN 3/8 PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET_WEARING COURSE (HRS_WC)

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA BAHAN TAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE ( FIBER PLASTIC BENESER ) PADA CAMPURAN ASPAL BETON TUGAS AKHIR

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB III LANDASAN TEORI

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Anita Rahmawati 1. Jalan Lingkar Selatan, Bantul 55183, Yogyakarta Indonesia. Alamat korespondensi:

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA VOL. 16, NO. 2, 117-123, NOVEMBER 2013 117 Pengaruh Penambahan Plastik High Density Polyetilene (HDPE) dalam Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC) terhadap Parameter Marshall, Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Effect of High-Density Polyethylene (HDPE) Addition in Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC) Mixture on Marshall Parameters, Compression Strength and Split Tensile Strength PEPI NEGA AKMUS ABSTRACT In this study, plastics High-Density Polyethylene (HDPE) were used as an additional ingredient of asphalt for HRS-WC mixtures by using a variation of the plastic content of 0%, 2%, 4%, 6% to the asphalt weight. Bitumen content obtained from the optimum bitumen content of 7.5%. The purpose of this research is to examine and to compare the Marshall characteristics, compressive strength and split tensile of HRS-WC mixture. The results showed that the addition of HDPE plastic provide a significant influence on the marshall characteristic, split tensile strength and compressive strength. Asphalt stability with the addition of HDPE by 2%, 4% and 6% compliant with the specifications of marshall stability results respectively amounted to 2589.40 kg, 2257.13 kg and 2385.16 kg. Keywords : HDPE, Marshall test, tensile strength, compression strength. PENDAHULUAN Cuaca di Indonesia yang tidak menentu menyebabkan kerusakan pada perkerasan jalan, diantaranya berupa alur, gelombang dan naiknya aspal ke permukaan. Hal ini disebabkan karena suhu permukaan jalan lebih tinggi daripada titik lembek aspal yang digunakan. Untuk lebih meningkatkan mutu aspal, saat ini ada bermacam-macam bahan tambah yang bisa digunakan, salah satunya adalah polimer plastik High Density Polyetilene (HDPE). HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE diharapkan dapat memberikan daya tahan aspal terhadap suhu tinggi, meningkatkan penetrasi aspal dan meningkatkan kinerja aspal beton. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan membandingkan karakteristik Marshall, kuat tekan normal dan kuat tarik belah pada campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC) dengan menggunakan plastik HDPE sebagai bahan campuran pada aspal, dengan menggunakan variasi kadar plastik 0%, 2%, 4%, 6% dari berat aspal. Parameter penting yang ditentukan dalam pengujian Marshall adalah beban maksimum yang dapat dipikul oleh benda uji sebelum hancur atau yang biasa disebut Marshall flow, serta turunan dari keduanya yang merupakan perbandingan antara Marshall stability dengan Marshall flow yang disebut Marshall Quotient, yang merupakan nilai kekakuan berkembang (pseudo stiffness), yang menunjukkan ketahanan campuran terhadap deformasi permanent. Pengujian kuat tekan normal dimodelkan sebagai pemberian gaya vertikal yang mampu diterima oleh lapis perkerasan. Dari pengujian kuat tekan normal akan didapatkan data berupa beban maksimum, tegangan dan regangan. Tegangan dan regangan akan digunakan untuk memperoleh nilai modulus pada lapis perkerasan. Menurut Anonim (2002) pengujian kuat tarik belah digunakan untuk mengevaluasi ketahanan geser dari komponen struktur yang terbuat dari beton yang menggunakan agregat

118 P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 ringan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kuat tarik belah yang dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan geser dari lapis perkerasan seperti pada beton, karena untuk aspal biasanya digunakan pengujian Marshall yang bertujuan untuk mengetahui stabilitas dari perkerasan. 1. Tahap persiapan METODE PENELITIAN Tahapan Penelitian Persiapan bahan meliputi kegiatan pengadaan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain agregat kasar, agregat halus, aspal dan plastik High Density Polyetilene (HDPE). Agregat kasar dan halus didapatkan dari toko material, sedangkan HDPE didapatkan dari pabrik plastik di Solo, Jawa Tengah. Alat-alat yang digunakan untuk pengujian agregat kasar, agregat halus, aspal dan biji plastik, serta alat uji Marshall harus dalam kondisi bersih, baik dan terkalibrasi. 2. Pengujian bahan Bahan-bahan yang digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian sesuai dengan metode pengujian yang digunakan. Pengujian plastik HDPE meliputi berat jenis, suhu, dan kehilangan berat. 3. Perencanaan campuran Gradasi agregat yang digunakan untuk campuran HRS-WC diambil dari gradasi tengah spesifikasi HRS-WC (Anonim, 2010). Kadar aspal yang digunakan berdasarkan nilai kadar aspal optimum sebanyak 7,5% dari total campuran agregat. Plastik HDPE sebanyak 2%, 4% dan 6% dari berat total Aspal. 4. Pembuatan benda uji Untuk setiap variasi kadar HDPE dibuat dua (2) benda uji. Langkah-langkah pembuatan benda uji adalah sebagai berikut: a. Biji plastik HDPE dipanaskan secara terpisah sebanyak 2%, 4% dan 6% dari berat aspal dan dipanaskan hingga mencair minimal 15 menit. b. Aspal dicampur dengan plastik HDPE yang telah mencair dan diaduk hingga homogen. c. Agregat dipanaskan sampai dengan suhu 160 o C. d. Aspal dicampur dengan agregat kemudian diaduk sampai agregat terselimuti oleh aspal. e. Setelah itu dimasukkan ke dalam mold hingga suhunya mencapai 140 o. f. Mold diletakkan pada alas penumbuk kemudian sisi atas mold dikunci. Setelah itu ditumbuk sebanyak 2x75 kali pukulan. g. Sampel dikeluarkan dari mold dengan menggunakkan ejector, lalu diberi nomor sampel. 5. Pengujian sampel a. Sampel dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. b. Pada masing-masing benda uji diberi tanda pengenal. c. Tinggi dan diameter benda uji diukur dengan ketelitian 0,1 mm. d. Sampel ditimbang. e. Sampel direndam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang. f. Sampel ditimbang dalam air untuk mendapatkan isi. g. Sampel ditimbang pada kondisi kering permukaan jenuh. 6. Pengujian benda uji dengan menggunakan alat uji Marshall. Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan : a. proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 kn (5000 lbf), untuk mengukur nilai stabilitas. b. flow-meter, untuk mengukur kelelehan plastis atau flow 7. Pengujian benda uji dengan menggunakan alat uji kuat tekan normal dan kuat tarik belah dengan mengacu pada Anonim (2002). Pengujian ini, dimensi benda uji diukur berupa data tinggi serta luasan dalam satuan mm. Setelah itu benda uji diinput ke mesin uji dan diletakkan sesuai dengan proporsinya kemudian benda uji diberikan beban. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga tempat, yakni untuk pengujian biji plastik dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Dan Pangan, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Institut Pertanian (Instiper), pengujian

STABILITAS (KG) P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 119 agregat dan aspal dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Jalan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, serta pengujian Marshall dilakukan di Laboratorium Transportasi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Presentasi Hasil Data yang diperoleh dari hasil pengujian Marshall yang menjadi dasar perhitungan adalah stabilitas, flow, VIM, VMA, VFA dan QM. Nilai stabilitas, flow dan QM didapatkan dari pengujian menggunakan alat uji Marshall, sedangkan, VIM, VMA dan VFA ditentukan melalui penimbangan benda uji dan perhitungan (berat kering, berat kering permukaan dan berat dalam air). Dari hasil analisis pengujian kuat tarik belah akan dibuatkan grafik hubungan antara variasi kadar plastik HDPE dengan kuat tarik belah dan untuk hasil pengujian kuat tekan akan dibuatkan grafik hubungan antara kadar plastik HDPE dengan kuat tekan. 1. Stabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai stabilitas merupakan ukuran kemampuan campuran untuk memikul beban lalulintas sampai terjadi kelelehan plastis. Stabilitas perkerasan yang terlalu tinggi dengan nilai flow yang terlalu rendah menyebabkan lapisan keras terlalu kaku sehingga mudah mengalami retak-retak pada saat menerima beban. Sebaliknya akibat stabilitas yang rendah, lapis keras akan mudah mengalami rutting oleh beban lalu lintas ataupun distorsi akibat perubahan subgrade. Hasil pengujian ditampilkan pada Gambar 1. Dari nilai stabilitas mengalami peningkatan sampai batas optimum pada kadar plastik 4,1%. Selanjutnya penambahan kadar plastik akan membuat semakin berkurangnya proporsi agregat dalam campuran dan semakin besar rongga antar agregat yang terisi oleh aspal yang mengakibatkan film aspal semakin tebal, sehingga mengakibatkan berkurangnya internal friction dan turunnya nilai stabilitas. Nilai stabilitas tertinggi menggunakan 2% HDPE sebesar 2542,50 kg, sedangkan nilai terendah menggunakan 0% HDPE sebesar 1879,00 kg. Menurut Anonim (2010), persyaratan minimal nilai stabilitas sebesar 800 kg, sehingga semua campuran tersebut memenuhi syarat minimal untuk stabilitas. 2. Void In the Mix (VIM) Nilai VIM menunjukkan persentase banyaknya rongga dalam suatu campuran. Nilai VIM berpengaruh terhadap durabilitas, dimana semakin besar nilai VIM menunjukkan campuran bersifat porous. Proses ini mengakibatkan udara dan air mudah masuk ke dalam lapis perkerasan sehingga berakibat meningkatnya proses oksidasi yang dapat mempercepat penuaan aspal/keras, cracking, dan stripping (lepasnya ikatan antara agregat dan aspal). Dari Gambar 2 terlihat bahwa penambahan plastik HDPE dalam campuran HRS-WC mampu memperbaiki sifat aspal dalam mengisi rongga-rongga dalam campuran. Semakin banyak penggunaan polimer plastik HDPE sebagai bahan tambah aspal mengakibatkan ikatan-ikatan aspal dalam campuran menjadi semakin kuat dan seluruh agregat yang diselimuti aspal dapat mengisi ruang dalam campuran lebih baik, sehingga jumlah persentase rongga dalam campuran semakin kecil. Nilai VIM terus meningkat sampai batas optimum yaitu pada kadar 3,5 % HDPE. Selanjutnya semakin bertambahnya kadar plastik yang digunakan nilai VIM menurun tetapi masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh SNI 2010 revisi 2, yaitu 3-6 %. 3300 2800 2300 1800 1300 ST ABILITAS (KG) y = -337344x 2 + 25524x + 1951 R² = 0,3406 800 stabilitas Nilai minimum stabilitas GAMBAR 1. Nilai stabilitas untuk masing-masing campuran

VMA (%) VIM (%) 120 P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 VIM (%) 2.00 y = -1516,1x 2 + 107,75x + 3,1424 R² = 0,5737 1.00 VIM GAMBAR 2. Nilai VIM untuk masing-masing campuran VMA (%) 20 19 18 17 16 y = -806,08x 2 + 50,993x + 18,132 R² = 0,3007 15 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% VMA GAMBAR 3. Nilai VMA untuk masing-masing campuran 3. Void in the Mineral Aggregate (VMA) VMA merupakan persentase rongga yang ada diantara butir agregat dalam campuran beton aspal yang dinyatakan dalam %. Nilai VMA atau yang lebih dikenal dengan rongga dalam agregat merupakan salah satu parameter penting dalam rancangan campuran aspal, karena pengaruhnya terhadap ketahanan dari campuran aspal. Dari Gambar 3 terlihat bahwa penambahan HDPE pada campuran HRS-WC cenderung mengalami peningkatan sampai batas optimum yang didapat pada kadar 3.3% HDPE. Semakin bertambahnya kadar HDPE akan mengalami penurunan yang disebabkan karena rongga antar agregat yang mengecil. Hal ini disebabkan karena berat jenis campuran yang meningkat serta campuran aspal dan plastik yang semakin mengental, sehingga menurunkan nilai VMA. Nilai VMA tertinggi terjadi pada campuran HRS-WC menggunakan 2% HDPE sebesar 19,08%, sedangkan nilai VMA terendah terjadi pada campuran HDPE 0% sebesar 18,05%. Menurut SNI 2010 (revisi 2), hasil VMA yang diperoleh memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yakni sebesar 18%. 4. Void Filled with Asphalt (VFA) Nilai VFA sangat dipengaruhi oleh penggunaan jumlah kadar aspal. Nilai VFA yang besar berarti semakin banyak rongga udara yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara akan semakin tinggi tetapi dengan nilai VFA yang terlalu tinggi akan menyebabkan lapis keras mudah mengalami bleeding. Dari Gambar 4 diketahui bahwa semakin bertambahnya kadar HDPE yang digunakan maka semakin tinggi nilai VFA. Nilai VFA tertinggi terjadi pada campuran menggunakan 4% HDPE sebesar 83,90%, sedangkan nilai VFA terendah terjadi pada campuran menggunakan 2% HDPE sebesar 73,17%. Semua benda uji memenuhi spesifikasi minimum yang disyaratkan SNI 2010 (revisi 2) yaitu sebesar 68 mm. Hal ini menunjukkan pada campuran plastik HDPE dapat menghalangi aspal dalam mengisi rongga-rongga yang ada karena disebabkan mengentalnya aspal bila dicampurkan dengan plastik.

FLOW (%) VFA (%) P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 121 5. Kelelehan (flow) Kelelehan menunjukkan besarnya deformasi dari campuran akibat beban yang bekerja pada perkerasan. Nilai kelelehan tertinggi terjadi pada HRS-WC dengan campuran 6% HDPE yakni sebesar 3,15mm, sedangkan nilai kelelehan terendah terjadi pada campuran HRS-WC menggunakan 4% HDPE yakni sebesar 2,6mm. Sesuai persyaratan yang ditetapkan SNI 2010 (revisi 2), maka nilai terendah tidak boleh lebih kecil dari 3mm. Campuran dengan nilai flow lebih kecil dari 2 mm mengakibatkan campuran menjadi kaku sehingga perkerasan mudah menjadi retak. Hasil pengujian kelelehan pada campuran aspal tersebut yang memenuhi syarat pada kadar plastik 6% (Gambar 5). 6. Marshall Quotient MQ dihitung sebagai rasio dari stabilitas terhadap kelelehan yang digunakan sebagai indikator kekakuan campuran. Semakin tinggi nilai MQ suatu campuran, maka semakin kaku, akan mengakibatkan mudahnya terjadi retakan. Sebaliknya jika nilai MQ terlalu kecil menunjukkan terlalu plastis yang berakibat mudah mengalami deformasi. Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai MQ meningkat sampai nilai optimum yang didapat pada kadar HDPE 3%. Kemudian seiring bertambahnya kadar HDPE nilai MQ mengalami penurunan akibat stabilitas yang rendah disertai dengan flow yang tinggi, maka perkerasan menjadi plastis sehingga mudah mengalami deformasi. Menurut Anonim (2010), untuk berbagai variasi penggunaan HDPE memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu lebih dari 250 kg/mm. VFA (%) 88.00 84.00 80.00 76.00 72.00 68.00 64.00 y = -284,42x 2 + 34,428x + 77,287 R² = 0,0072 60.00 VFA GAMBAR 4. Nilai VFA untuk masing-masing campuran FLOW (MM) 4.0 3.0 2.0 1.0 y = 468,75x 2-26,875x + 3,0375 R² = 0,2266 Flow 0.0 GAMBAR 5. Nilai kelelehan untuk masing-masing campuran

MODULUS BAHAN UJI (MPA) KUAT TEKAN (MPA) QM (KG/MM) 122 P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 QM (KG/MM) 1450 1250 1050 850 650 450 y = -184276x 2 + 10998x + 753.21 R² = 0.1965 250 MQ GAMBAR 6. Nilai Quotient Marshall (QM) untuk masing-masing campuran Kadar HDPE (%) TABEL 1. Nilai Kuat Tarik Belah dan Nilai Kuat Tekan Normal Kuat Tarik Belah (KPa) Kuat Tekan (MPa) Modulus Elastisitas (KPa) Modulus Pengujian (MPa) 0 1210,7 11,7 153,97 15,41 2 1075,1 12,3 143,68 14,00 4 1126,2 12,2 147,59 13,05 6 1444,1 13,5 164,35 20,87 15.0 14.0 13.0 12.0 11.0 0 2 4 6 GAMBAR 7. Hubungan antara Kadar HDPE dengan Kuat Tarik Belah 170 165 160 155 150 145 140 0 1 2 3 4 5 6 GAMBAR 8. Hubungan antara Kadar HDPE dengan Modulus elastisitas

P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 123 7. Modulus Nilai modulus didapat dari perbandingan antara tegangan dan regangan yang dihasilkan dari pengujian kuat tarik belah. Tabel 1 menunjukkan nilai kuat tarik belah mengalami kenaikan hingga penambahan kadar 6% HDPE dengan nilai sebesar 1444,1 KPa dan diperoleh nilai modulus sebesar 20,87 MPa. Dari hasil penelitian belum didapatkan nilai optimum dari kuat tarik belah. Hal ini dikarenakan kurangnya variasi kadar HDPE sehingga yang didapatkan hanya nilai tertinggi saja. Pada penelitian ini, hasil dari nilai kuat tekan digunakan untuk mengetahui kemampuan lapisan perkerasan tersebut untuk menahan beban vertikal yang diberikan oleh mesin uji kuat tekan. Semakin banyak kadar HDPE digunakan dalam campuran, semakin tinggi nilai kuat tekannya. Sebagai contoh untuk beban yang diberikan secara vertikal berada pada campuran 6% kadar HDPE dari berat aspal dengan nilai kuat tekan sebesar 13,5 MPa. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kuat tekan campuran tanpa menggunakan HDPE. Nilai terus meningkat seiring bertambahnya kadar HDPE yang digunakan dalam campuran. Nilai modulus bahan uji yang merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan yang dihasilkan dari pengujian kuat tekan, didapat nilai yang tertinggi dicapai pada campuran 6% penambahan kadar High density polyetilene (HDPE) dari berat aspal dengan nilai sebesar 164,35 MPa. Sedangkan nilai modulus terendah dicapai pada campuran 2% High density polyetilene (HDPE) dari aspal normal yakni sebesar 143,68 MPa. KESIMPULAN 1. Nilai stabilitas untuk seluruh campuran aspal modifikasi polimer 2%, 4% dan 6% memenuhi spesifikasi nilai stabilitas campuran HRS-WC, yaitu sebesar minimum 800 kg. Nilai stabilitas mencapai optimum pada kadar plastik 4,1%. 2. Nilai VIM untuk seluruh campuran aspal dengan penambahan kadar palstik HDPE sebesar 2%, 4% dan 6%, memenuhi persyaratan sebesar 3-6%. Nilai VIM mencapai optimum pada kadar plastik 3,5% 3. Nilai-nilai VMA dengan penambahan plastik HDPE pada campuran HRS WC menghasilkan nilai yang memenuhi persyaratan spesifikasi, minimum 18%. Nilai VMA mempunyai optimum pada kadar plastik 3,3% 4. Nilai VFA untuk semua campuran aspal dengan kadar plastik HDPE memenuhi persyaratan sepesifikasi yaitu minimum 68%, nilai VFA mencapai optimum pada kadar pastik 4%. 5. Hasil pengujian kelelehan pada seluruh campuran aspal yang memenuhi syarat adalah pada kadar plastik 6%. 6. Nilai MQ untuk seluruh campuran aspal dengan penambahan HDPE memenuhi persyaratan, yaitu minimal 250 kg/mm. MQ mencapai nilai optimum pada kadar HDPE 3% 7. Nilai modulus yang didapatkan dari hasil pengujian kuat tarik dan kuat tekan normal sangatlah kecil. Nilai modulus elastisitas pada perkerasan jalan berkisar antara 1000-1500 MPa, sehingga nilai modulus dari hasil pengujian kuat tarik belah dan kuat tekan normal tidak bisa dikatakan modulus elastisitas tetapi disebut modulus bahan uji. DAFTAR PUSTAKA Anonim (1989). SNI 03-1737-1989, Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Untuk Jalan Raya, Pusjatan-Balitbang PU. Anonim (2002). SNI 03-2491-2002, Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton, Pustran-Balitbang PU. Anonim (2010). Spesifikasi Umum 2010 (revisi 2), Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. PENULIS: Pepi Nega Akmus Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul 55183.