BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebab berdirinya negara atau kota. 1 Ketergantungan kepada orang

dokumen-dokumen yang mirip
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA.

HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pancasila Idiologi dan Identitas Nasional. D.H.Syahrial/PPKn

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

R. Herlambang P. Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 109/PUU-XIV/2016 Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

R U J U K A N UNDANG UNDANG DASAR 1945 DALAM PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRODUK HUKUM KETETAPAN MPR SETELAH PERUBAHAN UUD Drs Munif Rochmawanto, SH,MH,MM. Abstrak

UU 8/1990, AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA. Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 8 TAHUN 1990 (8/1990) Tanggal : 13 OKTOBER 1990 (JAKARTA)

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

PANCASILA PANCASILA DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG POLITIK, HUKUM, SOSIAL BUDAYA, DAN PERTAHANAN KEAMANAN. Nurohma, S.IP, M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang (UU) tehadap Undang-Undang Dasar (UUD). Kewenangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

Ringkasan Putusan.

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat pokok pikiran yang meliputi suasana dari

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

KUASA HUKUM Veri Junaidi, S.H., M.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Agustus 2014.

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


BAB I PENDAHULUAN. Norma hukum yang berlaku di Indonesia berada dalam sistem berlapis dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 12 TAHUN 2007 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

KEADILAN SOSIAL BAGI SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kekuasaan yang berfungsi

SISTEM PEMBAGIAN KEKUASAAN. 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan b. Kelas /Semester : X / Gasal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara yang lebih demokratis, berjalannya mekanisme cheks and

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PUTUSAN.

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA

BAB I PENDAHULUAN. 1945) Pasal 1 ayat (2) menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XII/2014 Pengisian Pimpinan DPRD

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

Macam-macam konstitusi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH : RANTI SUDERLY

Ringkasan Putusan.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 51/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

BAB II MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI BAGIAN DARI KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA. A. Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman Sebelum Perubahan UUD 1945

PANCASILA DEMOKRASI PANCASILA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Plato, negara terbentuk karena tidak adanya kebebasan individu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan ketergantungan kepada orang lain merupakan sebab berdirinya negara atau kota. 1 Ketergantungan kepada orang lain ini menimbulkan adanyahak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh tiap orang dalam pemenuhan haknya. Dalam bukunya Ilmu perundang-undangan Marida Farida menjelaskan bahwa, hal ini menjadi norma atau suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya dengan sesama ataupun dalam lingkungannya. 2 Dalam teori tentang hakekat negara, diketahui bahwa terdapat keadaan dimana minoritas memegang kekuasan atas mayoritas. Dalam hal ini, bahwa kekuasaan penyelenggara negara tidak dipegang oleh keseluruhan warga negara namun terdapat beberapa golongan sebagai perwujudan warga negara yang memegang kendali atas penyelenggaran negara. Menurut Soehino, hakekat kekuasaan negara dapat dilihat dari 3 (tiga) hal yatiu; Pertama tentang sumber kekuasan yang ada dalam negara, kedua tentang kekuasaan tertinggi atau pemegang kedaulatan dalam negara, ketiga tentang pengesahan atau 1 Ali Abdul. 2010. Filsafat Politik Antara Barat dan Islam. Bandung. Penerbit Pustaka Setia. Halaman 28 2 Maria Farida. 2007. Ilmu perundang-undangan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. Halaman 18 1

bagaimana kekuasaan organisasi negara tersebut dapat diakuitentang sumber kekuasaan, tentang pemegang kekuasaan, dan tentang pengesahan kekuasaan. 3 Montesquieu 4 dalam bukunya the spirit of laws membagi kekuasaan dalam tiga cabang yaitu kekuasaan legislative, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Menurutnya ketiga jenis kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain, baik mengenai tugas (fungsi) maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakan. Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu oleh karena disinilah letak kemerdekaan individu dan hak asasi manusia itu dijamin dan dipertaruhkan. Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang, kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggara undang-undang (tetapi oleh Montesquieu diutamakan tindakan dibidang politik luar negeri), sedangkan kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan mengadili atas penyelenggara undangundang. Dalam ketatanegaraan Indonesia, pasal 20 ayat 1 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya disebut DPR) memegang kekuasaan membentuk undangundang, didampingi Presiden sebagaimana penjelasan pasal 5 ayat 2 Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjtunya disebut UUD NRI Tahun 1945) bahwa Presiden berhak mengajukan rancangan 152 3 Soehino. 2005. Ilmu Nrgara. Yogyakarta. Penerbit Liberty. Halaman 150 4 Miriam Budiardjo. 1977.Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta. Penerbit Gramedia. Halaman 2

undang-undang kepada DPR, Presiden juga dapat menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Sehubungan dengan itu, dalam pasal 7 ayat 1 undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, ketetapan majelis permusyarawatan rakyat (selanjutnya disebut TAP MPR) berada di bawah UUD NRI Tahun 1945, dan yang dimaksud dengan TAP MPR adalah ketetapan majelispermusyawaratan rakyat sementara dan ketetapan majelis permusyawaratan rakyat yang masihberlaku sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 4 TAP MPR Nomor: 1/MPR/2003 tentang peninjauan terhadap materi dan statushukum ketetapan majelis permusyawaratan rakyat sementara dan ketetapan majelispermusyawaratan rakyat tahun 1960 sampai dengan tahun 2002, tanggal 7 agustus 2003. Dengan demikian eksistensi TAP MPR Sementara Nomor XXV/MPRS/1966 tahun 1966 masih berlaku dan dianggap sah menurut hukum. TAP MPR Sementara Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966 menegaskan bahwa; 1. Menerima baik dan menguatkan kebijaksanaan Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata RepublikIndonesia/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, berupa pembubaran Partai Komunis Indonesia, termasuk semua bagian organisasinya dari tingkat pusat sampai kedaerah beserta semua organisasi yang seazas/berlindung/bernaung dibawahnya dan pernyataan sebagai organisasi terlarang diseluruh wilayah kekuasaan Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia, yang dituangkan dalam Keputusannya tanggal 12 Maret 1966 No. 1/3/1966, dan meningkatkan kebijaksanaan tersebut diatas menjadi Ketetapan MPRS. 2. Setiap kegiatan di Indonesia untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajarankomunisme/marxisme-leninisme dalam segala bentuk 3

dan manifestasinya, dan penggunaansegala macamaparatur serta media bagi penyebaran atau pengembangan faham atau ajaran tersebut, dilarang. 3. Khususnya mengenai kegiatan mempelajari secara ilmiah, seperti pada Universitas-universitas, fahamkomunisme/marxisme-leninisme dalam rangka mengamankan Pancasila, dapat dilakukan secara terpimpin,dengan ketentuan, bahwa pemerintah dan DPR-Gotong Royong, diharuskan mengadakan perundang-undangan untukpengamanan. Menurut Thamrin Amal Tomagola dalam kesaksiannya sebagai saksi ahli pada persidangan Mahkamah Konstitusi perkara nomor 011-017/PUU-I/2003, menjelaskan bahwa paham, ideology, agama, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan gagasan itu tidak bisa dilarang-larang, apalagi dilarang dengan kekuatan fisik, karena gagasan itu hidup dalam, dan dan berumah dalam benak orang. 5 Selanjutnya ditegaskan dalam pasal 28I ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 bahwa hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Kemudian dalam pasal 28J ayat 1 UUD NRI Tahun 1945, Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pasal 28J ayat 2 UUD NRI Tahun 1945, dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin 5 Putusan Pengadilan Mahakamah Konstitusi Nomor 011-017/PUU-I/2003 4

pengakuan serta penghormatan untuk menjamin hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Sunoto berpendapat bahwa idealisme adalah merupakan aliran kepercayaan yang mengajarkan bahwa kenyataan adalah ide. 6 Komunisme adalah bagian dari idealisme karena merupakan bagian tataran ide manusia. Ide manusia didapat dari hasil penginderaan manusia, Menurut Plato, manusia terdiri atas badan jiwa. Sebelum sampai ke dunia fisik dan terperangkap dalam badan, jiwa manusia terlebih dahulu hidup dunia Idea. 7 Sehingga, realitas hanyalah penggambaran kembali indera manusia dari dunia idea. Berbeda dengan Plato, Aristoteles mengartikan bahwa, badan dan jiwa adalah suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Masing-masing bukanlah substansi yang berdiri sendiri melainkan menyatu sebagai suatu substansi. Sehingga manusia memperoleh pengetahuan dari alam semesta merupakan proses inderawi yang kemudian diolah menjadi ide. 8 Apabila dicermati lebih mendalam, jika idealisme lahir dari kegiatan berfikir, maka faham atau ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme adalah merupakan bagian dari idealisme. Sehinggga peraturan perundang-undangan dibawah UUD NRI tahun 1945 harusnya tidak boleh menfikan hak 6 Sunoto. 1987. Mengenal Filsafat Pancasila Pendekatan Melalui Metafisika, Logika danetika. Yogyakarta. Penerbit Hanindita. Halaman 23. 7 Bagus Takwin. 2003. Akar-akar Ideologi.Yogyakarta. Penerbit Jalasutra. Halaman 9. 8 Ibid. Halaman 12. 5

kemerdekaan pikiran dan hati nurani sebagai bagian dari hak yang tidak dikurangi dalam keadaan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 28I ayat 1 UUD NRI Tahun 1945. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, maka penulis mengakaji secara kritis KORELASI ANTARA PASAL 28I UUD NRI TAHUN 1945 KHUSUSNYA TENTANG HAK KEMERDEKAAN PIKIRAN DAN HATI NURANI DENGAN TAP MPR SEMENTARA NOMOR XXV/MPRS/1966 TAHUN 1966 TENTANG LARANGAN FAHAM ATAU AJARAN KOMUNIS/MARXISME-LENINISME. B. Perumusan Masalah Dengan melihat dinamika ketatanegaran Indonesia terutama berkaitan dengan munculnya pengaturan tentang adanya pelarangan idealisme dalam peraturan perundang-undangan, maka sangat urgen untuk dilakukan sebuah pengakajian mengenai apakah : substansi TAP MPR Sementara Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia, pernyataan sebagai organisasi terlarang diseluruh wilayah negara Republik Indonesia bagi partai komunis Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran Komunis/Marxisme- Leninisme, selaras dengan pasal 28I ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 khususnya tentang hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani sebagai hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. 6

C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan memahami substansi TAP MPR Sementara Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia, pernyataan sebagai organisasi terlarang diseluruh wilayah negara Republik Indonesia bagi partai komunis Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme, selaras dengan pasal 28I ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 khususnya tentang hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani sebagai hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mafaat untuk kepentingankepentingan sebagai berikut; 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih pemikiran bagi pengembangan keilmuan ketatanegaraan khususnya pengetahuan tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Sebagai wawasan pengetahuan dan wacana keilmuan pengetahuan hukum terkait dengan Komunisme dal TAP MPR Sementara Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966. 7

b. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat memberi informasi dan penambahan pengetahuan bagi masyarakat mengenai Komunisme dalam TAP MPR Sementara Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966. c. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan menjadi sumber rujukan atas penyelenggaraan pemerintahan khususnya tentang pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai bentuk dari dasar filosofi negara membuat hukum atas hak-hak warga negara. 3. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dibidang disiplin hukum, ilmu hukum, dan hukum ketatanegaraan, dalam sebuah analisis mengenai Komunisme dalam TAP MPR Sementara Nomor XXV/MPRS/1966. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi keseleruhan kehidupan bangsa atas upaya penulis dalam menjalankan amanat pembukaan UUD NRI Tahun 1945 ( mencerdaskan kehidupan bangsa, ), 9 sebagai bahan informasi khususnya tentang pengakajian mengenai pelarangan idealisme dalam peraturan perundang-undangan khususnya tentang TAP MPR Sementara Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966. 9 Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 8

F. Metode Penelitian Sebagian penelitian hukum yang melihat norma hukum sebagai norma dalam masyarakat,dalam penelitian ini penulis menggunakan motode pendekatan yuridis normatif,dengan menganalisis masalah berdasarkan hukum positif Indonesia,peraturan perundang-undangan, selain itu penulis melakukan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual. Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrindoktrin yang berkembang dalam ilmu hukum,yaitu dengan mempelajari perundang-undangan serta doktrin-doktrin dalam ilmu hukum sesuai permasalahan yang diangkat. Dalam rangka untuk memperoleh data yang valid terkait permasalahan yang dikemukakan oleh penulis,maka penulis memerlukan suatu metode penulisan hukum meliputi: 1. Metode pendekatan. Sebagai penelitian hukum yang melihat norma hukum sebagai norma dalam masyarakat,dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,dengan menganalisis masalah berdasarkan hukum positif Indonesia, peraturan perundang undngan,selain itu penulis melakukan penelitian hukum dengan pendekatan konseptual. Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum,yaitu dengan mempelajari perundang-undangan serta doktrin-doktrin dalam ilmu hukum sesuai permsalahan yang diangkat. 9

2. Jenis bahan hukum Data-data yang ada dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut; a. Bahan Hukum Primer Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif atau peraturan perundang-undangan serta mengkaji permasalahan yang terkait dengan Ketetapan Majelis Permusyarawatan Rakyat Sementara Nomor XXV/MPRS/1966Tahun 1966, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum pelengkap yang diperoleh dari literatur, laporan-laporan, dokumen-dokumen, buku, majalah, buletin, peraturan perundang-undangan, maupun beritaberita sajian media cetak yang berkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas. 3. Pengumpulan Bahan hukum Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka,peneliti mencari bahan bahan hukum yang sesuai dengan masalah dan berdasarkan pendekatan yang digunakan. 4. Analisis Bahan Hukum Analisis data di dalam penelitian ini, dilakukan secara deskriptif kualitatif yakni pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin 10

dan pasal-pasal didalam undang-undang. Kemudian membuat sistematika dari data-data tersebut sehingga akan menghasilkan hipotesa adanya ketidakselarasan antara UUD NRI Tahun 1945 denga TAP MPR Sementara Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukan dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antar jenis data. Selanjutnya semua data diseleksi dan diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya dan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud. G. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam 4 bab dan masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar mempermudah pemahamannya. Adapaun sistematika penulisannya sebagai berikut: I. BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. II. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis akan memaparkan landasan konsep, teori, atau kajian teori, berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, meliputi: pertama, teori Demokrasi, dalam hal ini dipaparkan secara teoritis negara dan hakekat kekuasaan negara. Kedua, teori Negara Hukum, dalam hal ini akan dipaparkan mengenai gagasan teoritis 11

negara yang dibangun atas hukum. Ketiga, teori Hak Asasi Manusia. Dalam hal ini membahas bagaimana negara mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia. Keempat, tinjauan umum faham atau ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme. Kelima, Kedudukan TAP MPR dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. III. BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan tengtang gambaran mengenai pembahasan dari rumusan masalah yang diangkat, yaitu mengenai latar belakang lahirnya pembatasan faham atau ajaran Komunis/Marxisme- Leninisme di Indonesia, kemudian korelasi pasal 28I UUD NRI Tahun 1945 khususnya tentang Hak Kemerdekaan Pikiran dan Hati Nurani sebagai Hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun terhadap TAP MPR Sementara nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang Diseluruh Wilayah Negara Republik Indonesia Bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan atau Mengembangkan faham atau ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme di Indonesia. IV. BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana berisi kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran penulis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi fokus 12

kajian serta berisikan saran dan rekomendasi penulis sehingga diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi semua pihak. 13