BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. indeks waktu yang berurutan. Analisis deret waktu merupakan prosedur statistika

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

IV. METODE PENELITIAN

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN VALUE AT RISK HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN VOLATILITAS ARCH-GARCH DALAM KELOMPOK SAHAM LQ 45 ABSTRACT

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN MODEL ARCH/GARCH MODEL ARIMA DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PEMODELAN RETURN SAHAM PERBANKAN MENGGUNAKAN EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (EGARCH)

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) (Studi Kasus pada Return Kurs Rupiah terhadap Dollar Australia)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAMALAN VOLATILITAS MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY IN MEAN (GARCH-M)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Penerapan Metode ARCH/GARCH Dalam Peramalan Indeks Harga Saham Sektoral

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins

PEMODELAN RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (TGARCH)

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

BAB III PEMODELAN DATA IHSG DAN LAJU INFLASI INDONESIA MENGGUNAKAN VECTOR AUTOREGRESSIVE WITH EXOGENOUS VARIABLE (VARX)

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation

Metode Box - Jenkins (ARIMA)

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH TUGAS AKHIR

PERAMALAN HASIL PRODUKSI ALUMINIUM BATANGAN PADA PT INALUM DENGAN METODE ARIMA

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

Metode Deret Berkala Box Jenkins

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAMALAN DATA SAHAM S&P 500 INDEX MENGGUNAKAN MODEL TARCH

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

PENERAPAN METODE ARCH/GARCH PADA PEMODELAN HARGA PENUTUPAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE ELOK KHOIRUNNISA

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)

PENENTUAN VALUE AT RISK

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP

BAB II LANDASAN TEORI

PEMODELAN RETURN PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS. Keywords: Stocks, Portfolio, Return, Volatility, Asymmetric GARCH.

Disusun oleh : Nur Musrifah Rohmaningsih Skripsi. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Seasonal ARIMA adalah model ARIMA yang mengandung faktor musiman.

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetian Deret Waktu Suatu runtun waktu adalah serangkaian data pengamatan didasarkan atas indeks waktu yang berurutan. Analisis deret waktu merupakan prosedur statistika yang digunakan untuk meramalkan suatu keadaan yang akan datang. Perlu diingat di sini, bahwa peramalan ini bukan mengukur suatu di masa yang akan datang dengan hasil yang pasti, melainkan sekedar usaha mengurangi ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Adapun tujuan dari deret waktu itu sendiri adalah: a. Meramalkan kondisi di masa yang akan datang(forecasting) b. Mengetahui hubungan antara peubah c. Kepentingan kontrol (untuk mengetahui proses terkendali atau tidak). 2.2 Metode Box-Jenkins ARIMA (Autoregressif Integrated Moving Average) sering disebut juga metode deret berkala Box-Jenkins. Sedangkan model ARIMA merupakan model yang secara penuh mengabaikan variabel independen dalam membuat peramalan. ARIMA menggunakan nilai masa lalu dan sekarang dari variabel dependen ntuk menghasilkan peramalan yang akurat dan cocok digunakan jika observasi dari deret berkala saling berhubunagan satu sama lain. 7

8 Model Box-Jenkins ARIMA dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu : 1. Model Autoregressive (AR) Autoregressif adalah suatu bentuk persamaan regresi tapi bukan yang menghubungkan variabel tak bebas dengan variabel bebas, melainkan menghubungkan nilai-nilai sebelumnya dengan diri sendiri (masing-masing variabel) pada time lag (selang waktu) yang bermacam-macam. Jadi, suatu model AR dikatakan mengikuti proses AR jika lag-lag pada plot ACF menurun secara eksponensial dan banyaknya lag yang signifikan berbeda dengan nol pada plot PACF digunakan sebagai indikasi parameter p. Bentuk umum model Autoregressif dengan berordo ke p AR(p) atau model ARIMA (p,0,0) dinyatakan sebagai berikut : Z t = μ + 1 Z t 1 + 2 Z t 2 + + p Z t p + e t (2.1) (Makridakis.1999) Dengan : μ p e t Z t = nilai konstanta = parameter autoregressive ke-p = nilai kesalahan pada periode ke-t = nilai variabel Z pada periode ke-t 2. Model Moving Average (MA) Moving average atau rata-rata bergerak berarti nilai deret berkala pada waktu t dipengaruhi oleh unsur pada kesalahan pada saat ini dan (mungkin) unsur kesalahan pada masa lalu. Suatu deret berkala dikatakan mengikuti proses MA, jika lag-lag pada proses PACF menurun secara eksponensial dan banyaknya lag

9 yang signifikan berbeda dengan nol pada ACF digunakan sebagai indikasi besarnya parameter q. Bentuk umum model moving average ordo ke-q MA(q) atau ARIMA(0,0,q) dapat ditulis sebagai berikut : Z t = μ + e t θ 1 e t 1 θ 2 e t 2 θ q e t q (2.2) Dengan : (Makridakis. 1999) μ θ q e t q = nilai konstanta = parameter moving average ke q = nilai kesalahan pada periode ke t q 3. Model ARMA Suatu perluasan yang diperoleh dari model AR dan MA adalah model campuran ARMA. Bentuk umum untuk model ARMA(p,q) dapat ditulis sebagai berikut : p (B)Z t = μ + θ q (B)e t (2.3) Dengan : p (B) = (1 1 B.. p B p ) (2.4) θ q (B) = (1 θ 1 B.. θ q B q ) (2.5) Sementara itu, apabila nonstasioner ditambahkan pada proses campuran ARMA maka akan menjadi model umum ARIMA (p,d,q). Jika dilakukan proses pembedaan dengan ordo ke-d yakni Z d t = (1 B) d Z t sehingga Z 1, Z 2, menjadi deret berkala stasioner. Maka, model ARMA (p,q) dinamakan model

10 ARIMA(p,d,q). Suatu proses ARIMA dapat digambarkan dengan dimensi p,d,q dengan ; AR I MA : p = ordo dari proses autoregressive : d = ordo dari tingkat perbedaan (degree of differencing) : q = ordo dari proses moving average 2.3 Uji Stasioneritas Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa kebanyakan deret berkala bersifat nonstasioner. Suatu runtun waktu dikatakan stasioner jika tidak terdapat kecenderungan peningkatan atau penurunan pada data tersebut yang cukup panjang atau dengan kata lain, fluktuasi data berada disekitar suatu nilai rata-rata yang konstan, tidak tergantung pada waktu dan varians dari fluktuasi tersebut tetap konstan setiap waktu (Makridakis. 1999). Untuk mengecek kestasioneran data terdapat dua cara yaitu Box-Cox Transformation dan Deifferencing. a. Box-Cox Transformation Box-Cox Transformation adalah transformasi pangkat pada variable tak bebas, suatu deret waktu yang tidak stasioner dalam hal varian harus diubah menjadi data stasioner dengan melakukan Transformasi. Berikut adalah rumus matematis transformasi dan table beberapa nilai λ dengan transformasinya.

11 Tabel 2.1 Nilai λ beserta Transformasinya Nilai Estimasi λ Transformasi -1 1/Z t -0,5 1/ Z t 0 Ln Z t 0,5 Z t 1 Z t Sumber : Aswi, 2006 b. Differencing Apabila data yang diolah pada data deret berkala tidak stasioner dalam ratarata maka dapat diatasi dengan melakukan pembedaan (differencing). Differencing adalah menghitung peubah atau selisih nilai data pada suatu periode dengan nilai data pada periode sebelumnya. Jika differencing ordo masih belum menghasilkan data yang stasioner, maka dapat dilakukan differencing ordo kedua, dan seterusnya hingga diperoleh data yang stasioner. Menurut Makridakis (1999) notasi yang sangat bermanfaat dalam metode pembeda adalah operator shift mundur (backward shift) yang disimbolkan dengan B dan penggunaannya adalah sebagai berikut : BZ t = Z t 1 (2.6) Notasi B yang dipasangkan dengan Z t mempunyai pengaruh menggeser data suatu period ke belakang, dua penerapan B untuk Z t akan menggeser dua periode ke belakang sebagai berikut :

12 B(BZ t ) = B 2 Z t = Z t 2 (2.7) Apabila suatu deret berkala tidak stasioner maka data tersebut dapat dibuat lebih mendekati stasioner dengan melakukan pembedaan pertama dari deret data dan persamaannya adalah sebagai berikut : Z t = Z t Z t 1 (2.8) Menggunakan operator shift mundur dapat ditulis kembali menjadi : Z t = Z t BZ t = (1 B)Z t (2.9) Pembedaan pertama dinyatakan oleh (1 B). Sama halnya apabila pembedaan orde kedua (yaitu pembedaan pertama dari pembedaan pertama sebelumnya) harus dihitung, maka : Z t = Z t Z t 1 = (Z t Z t 1 ) (Z t 1 Z t 2 ) = Z t 2Z t 1 + Z t 2 ) = Z t 2BZ t 1 + B 2 Z t = (1 2B + B 2 )Z t = (1 B) 2 Z t (2.10) Tujuan menghitung pembedaan adalah untuk mencapai stasioneritas dan secara umum apabila terdapat terrdapat pembedaan ordo ke-d untuk mencapai stasioneritas ditulis sebagai berikut : Z d t = (1 B) d Z t (2.11)

13 2.4 Uji Akar Unit (Augmented Dickey-Fuller Test) Salah satu cara untuk mengukur kestasioneran dalam rataan yang sudah dijelaskan adalah dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller Test. Dickey dan Fuller menjelaskan hipotesis dari pengujian ini adalah: H 0 γ = 0 (Terdapat unit roots, data tidak stasioner dalam rataan) H 1 γ 0 (Terdapat unit roots, data stasioner dalam rataan) Dengan melihat nilai p-value, jika p-value < α 5% maka tolak H 0 yang artinya data sudah stasioner dalam rataan, dan jika p-value > α 5% maka kebalikannya. 2.5 Uji t hipotesis: Uji t ini digunakan untuk pengujian signifikansi parameter, dengan H 0 : parameter = 0 (parameter tidak signifikan tehadap model H 1 : parameter 0 (parameter signifikan terhadap model) Taraf signifikansi α Statistik Uji: t hitung = (Parameter Estimasi) SE (Parameter Estimasi) atau p value (2.12) Atau dengan p-value Kriteria uji: t hitung > t α=5%;n 1

14 Kesimpulan: Signigikan jika t hitung lebih besar dari t tabel 2.6 Uji Jarque-Bera Salah satu uji yang digunakan untuk menguji kenormalan sisaan pada data deret waktu adalah uji Jarque-Bera (Kabasarang, Setiawan, dan Susanto, 2012). Langkah selanjutnya adalah melihat apakah residual berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Jarque-Bera, dengan asumsi H 0 : α 1 = 0 (Residual berdistribusi normal) H 1 : α 1 0 (Residual tidak berdistribusi normal) Dengan melihat nilai p-value dengan asumsi jika nilai p-value < α yang berarti tolak H 0 (residual tidak berdistribusi normal). Uji Jarque-Bera dalam penelitian ini untuk menguji residual (sisaan) dari model tersbut apakan berdistribusi normal atau tidak 2.7 ARCH/GARCH Langkah dasar yang dilakukan dalam pemodelan ARCH/GARCH yaitu identifikasi model, estimasi parameter, verifikasi model, overfitting, dan penentuan model terbaik untuk peramalan. Identifikasi model untuk model ARCH adalah suatu model dimana varian residual ARIMA yang terjadi saat ini sangat bergantung dari residual periode lalu. Bentuk umum model ARCH adalah sebagai berikut: σ 2 2 2 2 t = a 0 + a 1 e t 1 + a 2 e t 2 + + a p e t 1 (2.13)

15 dimana σ t 2 adalah varian pada periode t, t = 1, 2,..., n, a 0 adalah konstanta, a i 2 adalah parameter ARCH ke i, i= 1, 2,..., p, e t 1 adalah residual pada periode t 1, i = 1, 2,..., p. Model GARCH adalah suatu model dimana varian residual ARIMA yang ter- jadi saat ini bergantung dari residual periode lalu dan varian residual periode lalu. Bentuk umum model GARCH(p,q) adalah sebagai berikut: σ 2 2 2 2 2 2 t = a 0 + a 1 e t 1 + a 2 e t 2 + + a p e t 1 + β 1 σ t 1 + + β q σ t q (2.14) dimana σ t 2 adalah varian pada periode t, t = 1, 2,..., n, a 0 adalah konstanta, a i 2 adalah parameter ARCH ke i, i= 1, 2,..., p, e t 1 adalah residual pada periode t 1, i = 1, 2,..., q. 2.8 Lagrange Multiplier Test (LM Test) Lagrange Multiplier Test merupakan salah satu uji yang digunakan untuk menguji apakah ragam dipengaruhi oleh kuadrat sisaan sebelumnya dan ragam sebelumnya pada model: σ 2 2 2 2 2 2 t = a 0 + a 1 e t 1 + a 2 e t 2 + + a p e t 1 + β 1 σ t 1 + + β q σ t q (2.15) H 0 a 1 = = a p dan β 1 = = β q (Tidak ada pengaruh dari kuadrat sisaan ragam sebelumnya) H 1 Paling sedikt ada satu p dan q dimana a p 0 ; β q 0 Statistik uji LM adalah LM = nr 2, dengan n merupakan jumlah observasi dan R 2 merupakan koefisien determinasi dari model regresi kuadrat sisaan yaitu, σ 2 2 2 2 2 2 t = a 0 + a 1 e t 1 + a 2 e t 2 + + a p e t 1 + β 1 σ t 1 + + β q σ t q (2.15)

16 Statistik uji LM ini mengikuti sebaran chi-kuadrat dengan derajat bebas yang merupakan ordo dari ARCH. H 0 akan ditolak jika statistik uji LM lebih besar dari nilai χ 2 (p) dengan taraf nyata α atau memilliki nilai-p yang lebih kecil daripada taraf nyata α. Pada uji Lm Test dalam penelelitian ini untuk emngatahui ada atau tidak adanya gejala heteroskedastisitas pada data yang akan di uji. 2.9 Uji Akaike Information Criterion (AIC) AIC digunakan untuk memilih model terbaik. Jika dua model dibandingkan, maka model dengan nilai AIC terkecil merupakan model yang lebih baik (Aprilia 2014). Rumusan AIC adalah sebagai berikut : AIC = (e 2k n ) ( e i 2 ) = n (e2k n ) ( SSE ) (2.16) n Dimana: SSE = Sum Square Error = e i 2 = (Z i Z i ) 2 K = Jumlah parameter dalam model n = Jumlah observasi 2.10 Volatilitas Volatilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa besar harga dapat meningkat dalam suatu periode waktu tertentu. Menutut Lo MS dalam (Farizah, 2017) Data deret waktu pada analisis keuangan biasanya memiliki ragam pengembalian harga saham yang tidak konstan pada tiap titik waktunya. Peubahpeubah pada dasar keuangan umumnya memiliki tiga karakteristik diantaranya

17 a. Sebaran dari data deret waktu keuangan seperti pengembalian harga saham pada waktu ke-t (Zt) yang memiliki suatu nilai yang lebih tinggi dibandingkan sebaran normal. b. Nilai dari (Zt) tidak memiliki autokorelasi yang tinggi, tetapi nilai dari (Z t ) 2 memiliki autokorelasi yang tinggi. c. Perubahan pada nilai (Zt) cenderung menyebar pada suatu titik. 2.11 Saham Sаhаm merupаkаn sаlаh sаtu bentuk investаsi yаng paling bаnyаk dipilih oleh para investor kаrenа memberikаn tingkаt keuntungаn yаng sangat menаrik. Menurut Tandelilin dalam (Rizanti, 2016), sаhаm merupаkаn surаt bukti kepemilikаn аtаs аset-аset perusаhааn yаng menerbitkаn sаhаm dengаn memiliki sаhаm suаtu perusаhааn, mаkа investor аkаn mempunyаi hаk terhаdаp pendаpаtаn dаn kekаyааn perusаhааn, setelаh dikurаngi dengаn pembаyаrаn semuа kewаjibаn perusаhааn Sаhаm dikelompokkаn berdasarkan jenis menjаdi duа yаitu sаhаm biаsа dаn sаhаm preferen. Sаhаm biаsа merupakan sаhаm yаng digunаkаn untuk menаrik dаnа dаri mаsyаrаkаt. Pemilik sаhаm berhak memiliki untuk mendаpаtkаn dividen, sepаnjаng perusаhааn tersebut memiliki keuntungаn pаdа likuidаsi perusаhааn. Dividen itu sendiri merupаkаn keuntungаn yаng didаpаt dаri investаsi sаhаm. Investor dihаrаpkаn untuk selalu mempertimbаngkаn kemungkinаn risiko yаng dаpаt terjаdi disаmping lаbа seperti tidаk memperoleh dividen, perusаhааn bаngkrut, sаhаm dikeluаrkаn dаri bursа аtаu dihentikаn sementаrа.

18 2.12 Investasi Menurut Reilly dalam (Farizah, 2017), investasi adalah suatu keterikatan sejumlah dana pada satu periode tertentu untuk mendapatkan pendapatan atau hasil yang diharapkan di masa yang akan datang sebagai bentuk penanaman modal dengan memperoleh penghasilan di dalam perusahaan dengan tujuan agar kekayaan perusahaan tersebut bertambah. Jadi, Investаsi merupаkаn suatu kegiаtаn yаng dilаkukаn dengаn cаrа menаnаmkаn sejumlаh dаnа dalam jаngkа pаnjаng diberbаgаi аset dengаn hаrаpаn menperoleh lаbа dimаsа yаng аkаn dаtаng. Jika memutuskan untuk berinvestasi maka secara otomatis harus siap menerima segala risiko kemungkinan akibat dari keputusan tersebut bukan hanya keuntungan semata yang diharapkan. Keuntungan yang diharapkan oleh investor yang dilakukan oleh aktivitas investasi, dapat berbentuk keuntungan modal yang berinvestasi pada saham serta investor bisa saja mendapatkan kemungkinan memperoleh divinden. Keuntungan modal yang dimaksud adalah keuntungan yang diperoleh karena harga jual lebih tinggi daripada harga beli. Jika ada keuntungan modal pasti ada kerugian modal, kerugian modal terjadi karena harga jual lebih rendah dibandingkan dengan harga beli. 2.13 Pasar Modal Pаsаr modаl dаpаt dikаtаkаn sebаgаi pаsаr аbstrаk kаrenа yаng diperjuаl belikаn аdаlаh dаnа-dаnа jаngkа pаnjаng yаitu dаnа yаng keterkаitаnnyа dаlаm investаsi lebih dаri sаtu tаhun (Rizanti, 2016). Pаsаr modаl аdаlаh pаsаr yаng menjuаl berbаgаi alat intrumen keuаngаn dalam jаngkа pаnjаng. Pаsаr modаl itu

19 sendirim merupаkаn tempаt bertemunyа pаrа investor dengаn pihаk yаng sedаng membutuhkаn dаnа. Tanpa adanya pasar modal, maka akses penyaluran dana tersebut kurang efisien (Khoirunnisa, 2014). Pаsаr modаl jugа memberikаn kemungkinаn seorаng investor mendаpаtkаn imbаlаn yang menguntungkan. Instrumen pаsаr modаl umumnyа dikenаl sebаgаi sekuritаs аtаu efek. Jika tidak adanya pasar modal maka akses penyaluran dana tersbut kurang efisien, karena perusahaan harus menanggung sendiri atas modalnya yang terus bertambah seiring dengan berkembangnya perusahaan dan pada akhirnya akan mengganggu kegiatan perekonomian perusahaan itu sendiri. Jadi, melalui mekanisme yang di miliki pasar modal dana yang tersedia dapat di alokasikan kepada pihak yang paling produktif yang dapat menggunakan dana tersebut, itu adalah salah satu fungsi dari pasar modal sebagai pengalokasi dana.