BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

Mekanisme Pembekuan Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Keadaan fisiologik menunjukan darah selalu berada

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

makalah pembekuan darah

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang

PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disiapkan dari fresh frozen plasma (FFP) dengan mencairkannya secara

Review Sistem Hematology

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

1. SEL DARAH : ERITROSIT, LEUKOSIT, TROMBOSIT 2. PLASMA DARAH : CAIRAN DARAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan apheresis baik pada donor darah maupun untuk terapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem vaskuler darah. Sistem Sistem sirkulasi: sirkulasi: Sistem vaskuler darah. System vaskuler limfe System vaskuler limfe. Sistem vaskuler darah

PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH (Metode CPC Photometric)

Ilmu Pengetahuan Alam

Lampiran 1 Rancangan penelitian

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

CONTOH SOAL BIOLOGI S2LC 2018

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Indra G. Munthe, SpOG

PEMERIKSAAN KADAR TOTAL PROTEIN

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keterkendalian Gula Darah Pada Penderita Diabetes Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat kompleks,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah (Dewoto, 2007). dengan demikian dapat menghentikan perdarahan (Tan, 2007).

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

BAB I PENDAHULUAN. ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2000 jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata

LISNA UNITA, DRG.M.KES DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diperiksa adalah fungsi agregasi. (Wirawan R, 2006).

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

Tubuh manusia mempunyai kemampuan

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

BAB I PENDAHULUAN. Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam ruang vaskuler, karena perannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian mengantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah (Desmawati, 2013). Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian terdiri dari air (92%), 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme, gas pernafasan, enzim, hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-garam organik. Protein-protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen, prothrombin dan protein esensial untuk koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid dan gamma globulin juga mengandung antibodi (immunoglobulin) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme (Desmawati, 2013). B. Hemostasis Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah pendarahan. Bila terdapat luka pada pembuluh darah, akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah yang dapat mengurangi aliran darah ke pembuluh darah. 5

Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit sehingga perdarahan dapat dihentikan (Setiabudy, 2009). Proses hemostasis tersebut terjadi tiga reaksi yang terlibat diantaranya reaksi vaskuler berupa vasokonstriksi pembuluh darah, reaksi seluler yaitu pembentukan sumbat trombosit dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah faktor ekstravaskuler, yaitu jaringan ikat sekitar pembuluh darah dan keadaan otot (Setiabudy, 2009). Menurut A.V.Hoffbrand, J.E.Pettit, dan P.A.H. Moss (2012) tiga reaksi dalam proses hemostasis yaitu : 1. Vasokonstriksi pembuluh darah Vasokonstriksi segera pada pembuluh darah yang terluka dan konstriksi reflex pada arteri kecil dan arteriol disekitarnya menyebabkan perlambatan awal aliran darah ke daerah perlukaan. Jika terdapat kerusakan yang luas, reaksi vaskular ini mencegah keluarnya darah. Aliran darah yang berkurang memungkinkan aktivasi kontak pada trombosit dan faktor koagulasi. Zat amine yang dilepaskan selama pembentukan fibrin, juga mempunyai aktivitas vasokonstriksi. 2. Reaksi seluler yaitu pembentukan sumbat trombosit Setelah timbul kerusakan pada lapisan endotel, terjadi pelekatan awal trombosit pada jaringan ikat. Kolagen dan trombin yang dihasilkan pada lokasi 6

cedera menyebabkan trombosit melepaskan isi granularnya dan mengaktifkan sintesis prostaglandin. Agregasi trombosit yang berkelanjutan menyebabkan membesarnya sumbat hemostasis yang segera menutupi daerah jaringan ikat. 3. Reaksi biokimiawi pembentukan fibrin Setelah terjadi cedera vaskular, aktivasi faktor jaringan mengaktifkan faktor VII untuk mengawali kaskade koagulasi. Agregasi trombosit dan reaksi pelepasan mempercepat proses koagulasi dengan cara menyediakan fosfolipid membran yang berlimpah. Trombin yang dihasilkan pada daerah cedera, mengubah fibrinogen plasma yang terlarut menjadi fibrin, memperkuat agregasi dan sekresi trombosit dan mengaktifkan faktor XI dan XIII serta kofaktor V dan VIII. C. Mekanisme Pembekuan Darah (Koagulasi) Mekanisme pembekuan darah berlangsung secara bertahap sedemikian rupa sehingga salah satu faktor koagulasi diubah menjadi aktif diakhiri dengan pembentukan fibrin (bekuan) (Desmawati, 2013). Faktor koagulasi atau faktor pembekuan darah adalah protein yang terdapat dalam darah (plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi. Proses pembekuan darah bertujuan untuk mengatasi vascular injury sehingga tidak terjadi pendarahan berlebihan, tetapi proses pembekuan darah ini dilokalisir pada daerah injury (Bakta, 2013). Menurut Desmawati (2013) tiga jalur yang dilalui untuk menjadi fibrin : 1. Jalur intrinsik Jalur ini mulai setelah kontak dengan permukaan tertentu, menyebabkan XII XIII ini terjadi karena kontak dan kolagen dan substansi dinding menurun. Pendarahan yang rusak karena luka XIIa akan mengubah tiga jenis enzim yaitu : 7

Prekalikrein XI Proaktifatur plasminogen (sistem fibrinolitik) Aktivasi XII merupakan awal dari proses pembekuan darah sekaligus awal dari aktifasi sistem fibrinolitik dan komplemen. Prekalikrein diubah menjadi kalikrein yang kemudian memecah High Molecular Weigth Kinninogen (HMWK) menjadi frakmen polipeptida vaso aktif yang bersifat vasodilatasi pembekuan darah menurun tekanan darah, mengikat permeabilitas kapiler dan merangsang faktor kemotaktik. Sebaliknya khalisein menunjukkan umpan balik (+) terhadap XII mengaktifkan XII XIIa. XIIa mengubah XI XIa dan reaksi ini memerlukan HMWK selanjutnya XIa mengaktifkan IX IXa dengan bantuan Ca pada tahap bereaksinya Xia bersama XIII dan Ca dan PF 3 (platelet faktor 3) faktor trombo mengaktifkan X-Xa. 2. Jalur ekstrinsik Suatu lipoprotein yang dilepas dari jaringan yang rusak disebut dengan faktor jaringan trombopla jaringan. Faktor ini mengaktifkan VII VIIa dengan bantuan Ca VII. Ini merupakan serisi protease kuat yang mampu mengaktifkan X-Xa adanya kalikrein dapat meningkatkan fungsi VIIa. Adanya dugaan bahwa VIIa dapat mengaktifkan X Xa secara tidak langsung (indirek) yang lebih dulu mengaktifkan X, selanjutnya proses koagulasi berlanjut menjadi jalur bersama. 3. Jalur bersama Setelah X-Xa, Xa berinteraksi dengan PF 3, Ca dan cofaktor V mengaktifkan II IIa (prothrombin-thrombin) II (thrombin) mengubah I (fibrinogen) jadi Ia (fibrin=bekuan). Thrombin IIa juga merupakan serisi protease 8

kuat. Jumlah thrombin yang dihasilkan oleh 1 ml plasma bila dilepaskan sekaligus mampu membekukan seluruh darah dalam sirkulasi. Disamping mengubah fibrinogen fibrin, thrombin juga meningkatkan reaksi pelepasan trombosit dan aktivasi V, VII, dan XIII pada akhirnya proses koagulasi thrombin mengubah fibrinogen fibrin yang mulanya monomer secara spontan menjadi fibrin pollimer yang sifatnya irreversibel. D. Faktor Pembekuan Faktor pembekuan menurut Ronald A.Sacher (2012) yaitu : Faktor I (fibrinogen) adalah suatu glikoprotein 340 kilodalton (kd) dan terdiri dari tiga pasang rantai polipeptida. Zat ini disentesis di hati memiliki waktu paruh sekitar 3,5 sampai 4 hari. Kadar fibrinogen meningkat pada stress hemostatik, dan juga pada stress nonspesifik seperti peradangan, kehamilan, dan penyakit autoimun. Konsentrasi normal dalam plasma adalah 150 sampai 400 mg/dl. Faktor II (prothrombin) adalah suatu glikoprotein dengan berat molekul 70.000 dalton. Zat ini berkaitan erat dengan faktor VII, IX, dan X. Bersamasama membentuk faktor dependen-vitamin K. Keempatnya dibentuk di hati dan memerlukan vitamin K larut lemak untuk sinstesisnya. Keempat faktor hati ini stabil terhadap panas dan mempertahankan potensinya di darah atau plasma yang telah disimpan. Prothrombin memiliki waktu paruh 0,5 sampai 3 hari. Faktor III (faktor jaringan atau tromboplastin jaringan). Zat ini merupakan suatu glikoprotein dengan berat molekul 44 kd yang berikatan erat dengan fosfolipid. Gen untuk faktor jaringan terletak di kromosom 1. Jaringan 9

yang paling aktif adalah otak, paru, dan plasenta, tetapi semua jaringan memiliki aktivitas pendorong terbentuknya bekuan ini. Faktor IV atau kalsium terionisasi, penting untuk pengaktifan faktor IX, faktor X untuk konversi prothrombin menjadi thrombin oleh Xa, dan untuk polimerisasi monomer fibrin. Harus terdapat 2,5 mg/dl kalsium sebelum dapat terjadi koagulasi in vivo atau in vitro. Hipokalsemia tidak pernah menyebabkan gangguan perdarahan klinis karena gangguan saraf hemodinamik, serta aritmia jantung, timbul jauh sebelum terjadi gangguan pembekuan. Antikoagulan, misalnya sitrat, oksalat, dan ethylenediaminetetraacetate (EDTA) menyebabkan kelasi kalsium dan antikoagulasi darah dengan menghambat penyediaan kalsium untuk koagulasi. Faktor V adalah protein rantai tunggal berat molekul 300 kd yang disintesis di hati dan megakariosit. Gen yang mengkode faktor V juga terletak di kromosom 1. Struktur gen faktor V memperlihatkan banyak kemiripan dengan faktor VIII, dan keduanya adalah faktor koagulasi yang labil. Aktivitasnya cepat menghilang apabila darah atau plasma yang diberi antikoagulan disimpan dalam keadaan cair. Aktivitas juga cepat hilang dari sirkulasi darah dan memiliki waktu paruh hanya 15 sampai 25 jam. Faktor V juga merupakan ko-faktor penting pada kemampuan protein C aktif (activated protein C, APC) untuk berfungsi sebagai antikoagulan fisiologik. Mutasi yang mengenai arginin 506 menjadi gutamin (faktor V Leiden) diperkirakan menjadi penyebab hampir 40% kasus trombofilia idiopatik dan herediter. Dengan demikian, faktor V adalah prokoagulan sekaligus antikoagulan yang penting. Istilah faktor VI tidak digunakan. 10

Faktor VII adalah glikoprotein rantai tunggal dengan berat molekul 50 kd. Faktor VII memiliki waktu paruh paling singkat dari semua faktor koagulasi (5 jam) dan merupakan salah satu faktor hati yang dependen vitamin K. Sekuens asam aminonya sangat mirip dengan faktor-faktor dependen vitamin K lainnya. Faktor ini paling cepat menurun setelah pemberian antagonis vitamin K seperti antikoagulan oral. Faktor VIII (faktor antihemofilik) adalah suatu molekul besar berat molekul 330 kd yang memiliki beberapa fungsi fisiologik. Aktivitas prokoagulan berada di molekul ini, yang tersusun menjadi sebuah rantai berat dengan berat molekul 200 kd dan sebuah rantai ringan 80 kd, yaitu fragmen berberat molekul rendah yang ditentukan oleh sebuah gen di kromosom X. Faktor ini mampu menormalkan waktu pembekuan pada pasien hemofilia A. Pria yang kromosom X-nya mengandung gen VIII defektif akan menderita hemofilia A. Faktor ini dahulu disebut sebagai VIII:C. Faktor VIII adalah salah satu dari beberapa protein pembekuan yang tidak seluruhnya disintesis di hati, dan zat ini tampaknya juga disintesis oleh sel endotel semua jaringan. Faktor VIII memiliki waktu paruh biologis yang singkat, yaitu sekitar 12 jam dan menghilang cukup cepat dari plasma yang disimpan di lemari pendingin. Faktor von Willebrand (vwf) adalah faktor yang memperbaiki gangguan waktu perdarahan pada penyakit von Willebrand. vwf dan faktor VIII adalah dua protein berbeda yang beredar sebagai satu kompleks dalam plasma. vwf berfungsi mengangkut dan menstabilkan faktor VIII. Ekspresi antigenik vwf disebut vwf:ag. Sifat lain vwf yang mendorong agregasi trombosit dengan keberadaan antibiotik ristosetin disebut kofaktor ristosetin atau aktifitas vwf 11

(dahulu disebut sebagai VIII:RCO ). Kelainan kuantitatif dan kualitatif vwf seperti yang dijumpai pada penyakit von Willebrand diwariskan secara otosom. vwf disintesis oleh sel endotel dan pada kenyataannya disimpan di sel-sel di dalam apa yang dinamakan sebagai badan Weibel-Pelade. vwf beredar dalam plasma dalam konfigurasi multimerik. Faktor IX atau faktor Christmas, komponen tromboplastin plasma adalah faktor hati dependen-vitamin K yang lain. Penyakit hemofilia B, atau penyakit Christmas, sangat mirip dengan defisiensi faktor VIII (hemofilia A) dalam aspek klinis dan laboratorium umum. Faktor ini memiliki waktu paruh fisiologis sekitar 24 jam, tetapi tetap berada dalam konsentrasi tinggi dalam plasma cair yang disimpan. Faktor ini juga terdapat di serum. Berat molekul protein diperkirakan antara 56 sampai 110 kd. Faktor X (58,8 kd), yang disebut juga sebagai faktor Stuart atau faktor Stuart-Power, adalah faktor hati dependen-vitamin K yang lain. Faktor ini merupakan protein kunci untuk masuk ke jalur bersama. Gen untuk faktor X terletak di kromosom 13. Defisiensi kongenital terisolasi dapat terjadi, walaupun jarang, dan menyebabkan perdarahan yang cukup berat. Penyakit ini juga dapat timbul sebagai defisiensi didapat pada beberapa kasus amiloidosis. Faktor ini memiliki waktu paruh biologis sekitar 40 jam. Faktor XI adalah suatu glikoprotein 143 kd yang disintesis di hati dan beredar dalam plasma dalam bentuk terikat (kompleks) dengan HMWK. Namun faktor XI tidak berkurang pada penyakit hati, dan tidak dependen vitamin K. Faktor ini stabil dalam darah atau plasma yang disimpan dan terdapat di serum. Defisiensi terisolasi terjadi sebagi suatu sifat resesif autosomal, terutama pada 12

orang keturunan Yahudi Ashkenazi, yang frekuensi gennya adalah 1 dari 8. Gen untuk faktor XI terletak di kromosom 4. Setelah defisiensi faktor VIII dan IX, defisiensi faktor XI adalah defisiensi kongenital tersering berikutnya, tetapi diatesis perdarahan yang terjadi relatif ringan. Waktu paruh biologis adalah sekitar 2 hari. Faktor XII, yang sering disebut sebagai faktor Hageman, adalah suatu globulin beta rantai tunggal yang memiliki berat molekul sekitar 76 kd. Faktor ini tampaknya merupakan salah satu penghubung dengan jalur-jalur fisiologis lain, termasuk pengaktifan kontak pembekuan, pengaktifan jalur kini, pengaktifan komplemen, dan pengaktifan fibrinolisis. Faktor ini diaktifkan in vitro melalui kontak dengan permukaan bermuatan negatif (misal, kaca) dan in vivo oleh berbagai komponen sel seperti asam lemak, serebrosida, jaringan seperti kulit, dan endotoksin. Kemampuannya mengaktifkan faktor XI juga diperkuat oleh dua faktor lain, faktor Fletcher dan HMWK. Defisiensi faktor Hageman secara paradoks tidak berkaitan dengan masalah hemostatik yang bermakna, tetapi cenderung berkaitan dengan gangguan trombotik. Waktu paruh faktor Hageman adalah 60 sampai 70 jam. Faktor XIII, yang juga disebut faktor stabilisasi fibrin (FSF), menstabilkan perubahan monomer fibrin menjadi polimer fibrin dan bekuan yang stabil. Pada kenyataannya, faktor ini ikut serta dalam pembentukan sejumlah ikatan antarmolekul stabilitator antara protein-protein plasma dan protein matriks ekstrasel. Faktor ini tampaknya disintesis di hati dan megakariosit, dan lebih dari separuh faktor darah XIII terdapat di trombosit. Sisanya beredar dalam ikatan dengan fibrinogen. Faktor XIII memiliki waktu paruh biologik yang lama (5 13

sampai 10 hari), tetapi menghilang saat plasma diubah menjadi serum. Defisiensi faktor XIII menyebabkan kecendrungan perdarahan, perlambatan penyembuhan luka, dan abortus spontan rekuren. E. Prothrombin Time (PT) PT adalah uji koagulasi yang paling sering dilakukan. Reagen untuk PT adalah tromboplastin jaringan dan kalsium terionisasi. Reagen-reagen ini akan menggantikan faktor jaringan untuk mengaktifkan faktor X dengan keberadaan faktor VII tanpa trombosit atau prokoagulan jalur intrinsik apabila ditambahakan ke plasma yang mengandung sitrat. Untuk mendapatkan hasil PT yang normal, plasma harus mengandung paling sedikit 100 mg/dl fibrinogen dan kadar faktor VII, X,V, dan prothrombin yang memadai (Ronald A.Sacher, 2012). Pemanjangan PT sebagai temuan tersendiri dengan aptt normalnya terjadi hanya pada defisiensi faktor VII. Pemanjangan PT dan aptt dapat terjadi karena berbagai sebab, termasuk defisiensi faktor koagulasi multiple, terapi antikoagulan oral, penyakit hati, defisiensi vitamin K, dan defisiensi faktor-faktor jalur bersama (Ronald A.Sacher, 2012). Nilai PT bergantung pada jenis reagen yang digunakan sehingga memperlihatkan variasi antar laboratorium yang lebar. International Normalized Ratio (INR) yang membandingkan reagen tromboplastin lokal terhadap suatu International Reagent. Dengan demikian, setiap reagen memiliki nilai relatif International Sensitivity Index (ISI) dalam kaitannya dengan reagen standar yang memiliki nilai ISI 1,0. Dengan demikian, nilai PT yang dikoreksi untuk rasio ini akan menghasilkan INR yang dinormalkan diseluruh laboratorium, tanpa bergantung pada variabilitas reagen yang digunakan. INR mudah diaplikasikan 14

untuk menstandarisasi intensitas antikoagulan tanpa bergantung pada variasi diberbagai laboratorium. Dengan demikian, INR hanya bermanfaat dalam peresepan antikoagulan oral dan tidak memiliki makna pada pasien yang waktu prothrombinnya memanjang karena penyebab selain pemakaian antikoagulan (misal, penyakit hati, malabsorpsi, atau defisiensi vitamin K). INR dihitung dengan rumus : INR = PT Pasien PT (rerata kontrol ) ISI Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII, X, V, prothrombin, fibrinogen. Selain itu juga dapat dipakai untuk memantau efek antikoagulan oral karena golongan obat tersebut tersebut menghambat pembentukan faktor pembekuan prothrombin, VII, IX dan X. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila kedalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37 C, ditambahkan reagen tromboplastin jaringan dan ion kalsium (Setiabudy, 2009). Hasil pemeriksaan ini dipengaruhi oleh kepekaan tromboplasin yang dipakai dan oleh teknik pemeriksaan. Karena pemeriksaan ini selalu harus dilakukan duplo dan disertai kontrol dengan plasma normal. Jika hasil PT memanjang maka penyebabnya mungkin kekurangan faktor-faktor pembekuan di jalur ekstrinsik dan bersama atau adanya inhibitor (Setiabudy, 2009). F. Activated Parsial Thromboplastin Time (aptt) Uji ini dilakukan pada sampel darah yang telah diberi sitrat. Plasma dikeluarkan dan diletakkan di tabung sampel, tempat zat itu direkalsifikasi, dan ditambahkan suatu reagen yang mengandung faktor aktif permukaan seperti 15

kaolin dan fosfolipid. Kaolin meningkatkan kecepatan pengaktifan kontak, fospolipid membentuk permukaan pada mana reaksi substrat enzim koagulasi dapat berlangsung dan kalsium menggantikan kalsium yang dikelasi oleh sitrat. Waktu yang diperlukan untuk membentuk suatu bekuan adalah waktu tromboplastin parsial (aptt). aptt yang diaktifkan dalam keadaan normal bervariasi dari 28 sampai 40 detik. Uji ini dapat dilakukan secara manual, tetapi lebih sering dievaluasi dengan menggunakan instrument otomatis yang mengeluarkan reagen yang bersangkutan. aptt menilai jalur koagulasi intrinsik dan jalur koagulasi bersama. Uji ini mengukur adanya faktor-faktor VIII, IX, XI, dan XII, yang semuanya harus ada dalam kadar memadai agar hasil uji normal. Faktor X dan V, prothrombin dan fibrinogen juga harus ada. Faktor VII tidak diperlukan untuk aptt karena uji ini melewatkan jalur ekstrinsik. aptt lebih sensitif dalam mendeteksi defisiensi minor jalur bersama daripada waktu prothrombin. Sebagai patokan, kadar faktor dibawah 30% normal akan memperpanjang aptt (Ronald A.Sacher, 2012). Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila kedalam plasma ditambahkan reagen tromboplastin parsial dan activator serta ion kalsium pada suhu 37 C. Reagen tromboplastin parsial adalah fosfolipid sebagai pengganti platelet faktor 3 (Setiabudy, 2009). G. Waktu Pembekuan Trombin Uji waktu pembekuan trombin mengukur waktu yang diperlukan oleh sampel darah yang diberi sitrat untuk membeku setelah ditambahakan kalsium dan sejumlah tertentu trombin. Dengan demikian uji ini mengevaluasi interaksi thrombin-fibrinogen, yaitu bahwa uji ini melewatkan baik jalur ekstrinsik maupun 16

intrinsik dan menilai tahap-tahap akhir jalur bersama. Karena itu, waktu thrombin mungkin memanjang apabila defisiensi fibrinogen atau apabila terdapat antikoagulan dalam darah yang aktif dan mengintervensi kerja thrombin, seperti heparin (Ronald A.Sacher, 2012). H. Antikoagulan Antikoagulan merupakan zat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau menghambat terbentuknya thrombin yang diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Antikoagulan dan sampel darah harus dicampur dengan segera dan dengan cara yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya pembekuan (Nugraha, 2015). Jenis antikoagulan yang dipakai untuk pemeriksaan PT adalah natrium sitrat atau trisodium citrate dihidrat yang memiliki rumus kimia Na 3 C 6 H 5 O 7. Natrium sitrat menghambat koagulasi dengan cara mengendapkan ion kalsium, sehingga menjadi bentuk yang tidak aktif (Nugraha, 2015). Konsentrasi sitrat yang direkomendasikan International Committee for Standardization in Hematology (ICSH) dan International Society for Thrombosisi and Haemostasis (ISTH) adalah 0.105-0.109 M (biasanya 3.2%) dengan rasio 9 volume darah dengan 1 volume antikoagulan, sehingga penting untuk mengisi tabung sedikitnya 90% dari kapasitas tabung atau mencapai batas yang terdapat pada tabung untuk tercapainya rasio antar volume darah dan antikoagulan tersebut selain itu tabung juga harus dicampur merata dengan dibolak balik perlahan sebanyak 5-6 kali dan jangan dikocok supaya darah dengan antikoagulan menjadi homogen (Favaloro, Adcock Funk, and Lippi, 2012). 17