ISSN 2442-5427 Jurnal Ilmiah Educater Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 9-15 ANALISIS PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SETELAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH Abdul Rosyid 1, Muhammad Noor 2, Desy Widyastuti 3 1 STKIP Muhammadiyah Kuningan, Jl. Moertasiah Soepomo No. 28 Kuningan 45511 2 STKIP Muhammadiyah Kuningan, Jl. Moertasiah Soepomo No. 28 Kuningan 45511 3 STKIP Muhammadiyah Kuningan, Jl. Moertasiah Soepomo No. 28 Kuningan 45511 Email: adromath_dosen@upmk.ac.id Abstract This paper is purposed further the improvement of students' mathematical cognitive abilities after obtained cooperative learning Make A Match type. The study defined as the ability of the cognitive language of mathematics around students who learn cooperative language. The research method used is the nonequivalent control group design. The experimental group is the group treated the learning by using the cooperative learning model Make A Match type while the control group received treatment in the learning by using conventional learning. Increasing of students' mathematical cognitive abilities were obtained from N-gain data. Data analysis techniques used are Normality Test, Homogeneity Test, t test of two independent samples, and t test of one sample. From the data obtained from the research results obtained average N-gain experimental group 0.76 while average N-gain control group 0,51. Based on the analysis, it can be concluded that improving students' mathematical cognitive abilities that produce cooperative learning model Make A Match type is better than the improvement of students cognitive abilities who get conventional learning. Furthermore, improvement of students' mathematical cognitive abilities that produce cooperative learning model Make A Match type is on high category. Keywords: Mathematical Cognitive Ability, Cooperative Learning Model Make A Match type Abstrak Tulisan ini bertujuan menelaah lebih jauh peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa setelah memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Telaah yang dimaksud meliputi membandingkan peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, selanjutnya menguji kategori peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa pada kategori peningkatan tinggi, sedang, atau rendah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan dalam pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sedangkan kelompok kontrol mendapat perlakuan dalam pembelajarannya dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan kognitif matemaika siswa diperoleh dari data N-gain. Teknik analisis data yang digunakan meliputi Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji t dua sampel independen, serta Uji t satu sampel. Dari data hasil penelitian diperoleh rata-rata N-gain kelompok eksperimen 0,76 sedangkan rata-rata N- gain kelompok kontrol 0,51. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih baik daripada peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selanjutnya peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berada pada kategori tinggi. Kata Kunci: Kemampuan Kognitif Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match How to Cite: Rosyid, Abdul, dkk. (2018). Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif Matematika Siswa Kelas V SD Setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match. Jurnal Ilmiah Educater, 4 (1), 2442-5427 (9-15). I. PENDAHULUAN Pentingnya hasil belajar adalah untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Suatu proses belajar dikatakan berhasil apabila tujuan dari pembelajaran dapat dicapai. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran tersebut, 9
Rosyid, Abdul, dkk. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif Matematika Siswa Kelas V SD Setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match 10 maka dilakukan tes pada setiap siswa. Indikator utama hasil belajar siswa salah satunya adalah ketercapaian daya serap terhadap pembelajaran yang dilakukan. Pengukuran dari ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM). Menurut Winkel, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Purwanto, 2016). Selanjutnya menurut Bloom, hasil belajar dapat dikelompokkan dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana hingga dalam hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah hingga dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkret hingga dengan hal yang abstrak (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015). Pengembangan pembelajaran matematika dalam konteks pemahaman taksonomi Bloom sangat penting untuk dilakukan. Taksonomi Bloom di gagas oleh Benjamin S. Bloom (1913-1999), membagi ranah kognitif menjadi 6 jenjang. Jenjang 1 sampai dengan 3 digolongkan sebagai keterampilan berfikir dasar (basic thinking skill), sedangkan jenjang 4 sampai dengan 6 jenjang, dari mulai yang paling dasar ketingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan keterampilan berfikir yang dimiliki siswa SD tergolong masih dasar sehingga dalam kemampuan kognitifnya siswa SD tergolong pada jenjang 1 sampai dengan 3 (pengetahuan, pemahaman dan penerapan). Tujuan pendidikan pada ranah kognitif tersebut berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian dan penerapan. Oleh karena itu, tulisan ini terfokus pada domain kognitif jenjang pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Hasil penelitian Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) tahun 2015 menyatakan bahwa dalam skala internasional, Indonesia masih menempati urutan bawah, siswa sekolah dasar Indonesia menempati peringkat 45 dari 50 negara dengan skor matematika 397 (Mulliss dkk, 2015). Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya kualitas prestasi matematika siswa sekolah dasar di Indonesia. Selanjutnya berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri Garawangi sebesar 70, sedangkan KKM pada mata pelajaran Matematika sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa berada sama dengan nilai rata-rata KKM. Hasil observasi dan wawancara di sekolah tersebut diperoleh temuan bahwa dalam proses pembelajaran muncul permasalahan yaitu dalam menerangkan materi hanya menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa tidak sepenuhnya memahami materi yang disampaikan oleh guru dan siswa merasa bosan. Dengan penggunaan pembelajaran konvensional juga membuat siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang menjadikan siswa tidak tertarik mengikuti pembelajaran matematika. Banyaknya hitungan dalam matematika menjadikan mata pelajaran ini dianggap sulit, sehingga siswa kurang menyukai pelajaran matematika. Selain itu, pembelajaran di kelas yang kurang dinamis menjadikan proses pembelajaran kurang menarik minat belajar siswa sehingga apa yang diharapkan belum bisa dicapai dengan baik. Agar pembelajaran lebih menarik siswa dan membuat aktif maka guru harus terampil mendesain pembelajaran salah satunya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match saat
11 Jurnal Ilmiah Educater, Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 9-15 pembelajaran yang akan melibatkan siswa dan proses pembelajaran lebih menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yaitu model pembelajaran mencari pasangan dimana siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran. Menurut Shoimin (2014) model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan model pembelajaran yang dikembangkan Loma Curran. Ciri utama model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Menurut Isjoni, selain teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia, keunggulan lain teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Shoimin, 2014). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match maka pembelajaran akan lebih menyenangkan, selain itu meningkatkan kerjasama siswa. Tidak hanya itu model ini melatih kecepatan siswa dalam menemukan jawaban. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match juga akan menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan sebagai objek belajar. Langkahlangkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menurut Shoimin (2014) meliputi guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, setiap siswa mendapat satu buah kartu, tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban), setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match diharapkan mampu meningkatkan kemampuan kognitif matematika siswa kelas V SD Negeri Garawangi Kabupaten Kuningan. Tulisan ini bertujuan menelaah lebih jauh peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa setelah memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Telaah yang dimaksud meliputi membandingkan peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, selanjutnya menguji kategori peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa pada kategori peningkatan tinggi, sedang, atau rendah. II. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini peneliti membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan dalam pembelajarannya dengan
Rosyid, Abdul, dkk. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif Matematika Siswa Kelas V SD Setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match 12 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sedangkan kelompok kontrol mendapat perlakuan dalam pembelajarannya dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran Konvensional adalah pendekatan yang biasa digunakan di sekolah dalam proses pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran yang biasa dilakukan adalah ekspositori. Adapun desain penelitiannya yaitu nonequivalent control group design yang hampir sama dengan pretest-postest control group design, namun pada design ini sampel tidak dipilih secara random, design ini merupakan salah satu jenis desain quasi experiment yang merupakan pengembangan dari true expertimental design (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri Garawangi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling purvosive yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013). Pertimbangan yang dilakukan adalah pertimbangan dari pihak guru pada sekolah yang hendak dijadikan tempat penelitian. Pertimbangan tersebut diantaranya adalah mengenai setaranya kemampuan dasar matematika kedua kelas dan pertimbangan jumlah siswa pada kelas V A sebanyak 28 orang dengan jumlah genap sesuai dengan model pembelajaran make a match yaitu berpasangan. Setelah dipertimbangkan maka diperoleh sampel yaitu untuk kelompok eksperimen kelas V A dan kelompok kontrol kelas V B. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif matematika siswa digunakan tes bentuk essay, yang digunakan sebagai pretest dan posttest. Peningkatan kemampuan kognitif matemaika siswa diperoleh dari data N-gain. Data N-gain atau gain ternormalisasi merupakan data yang diperoleh dengan membandingkan selisish skor postes dan pretes dengan selisih Skor Maksimal Ideal (SMI) dan pretes (Lestari dan Yudhanegara, 2015). Data N-gain ini memberikan informasi mengenai peningkatan kemampuan beserta peringkat siswa di kelas. Nilai N-gain ditentukan dengan menggunakan rumus: N Gain = Skor Postes Skor Pretes SMI Skor Pretes Adapun kriteria nilai N-gain disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Kriteria Nilai N-gain Nilai N-gain Kriteria N-gain 0,7 Tinggi 0,3 < N-gain < 0,7 Sedang N-gain 0,3 Rendah Teknik analisis data yang digunakan meliputi Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji t untuk dua sampel independen, serta Uji t satu sampel. Analisis data yang dilakukan, menggunakan bantuan software SPSS 19.0 for Windows dan Microsoft Office Excel 2010. Selanjutnya kriteria pengujian
13 Jurnal Ilmiah Educater, Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 9-15 hipotesis mengikuti aturan jika nilai Sig. (p-value) taraf signifikansi (α = 0,05) maka H 0 diterima, sebaliknya jika nilai Sig. (p-value) < taraf signifikansi (α = 0,05) maka H 0 ditolak. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan dalam pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sedangkan kelompok kontrol mendapat perlakuan dalam pembelajarannya dengan menggunakan pembelajaran konvensional yakni ekspositori. Data pada penelitian ini adalah data N-Gain yang merupakan data peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berikut ini disajikan data hasil penelitian: Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Eksperimen Kontrol Skor N x s N x s N-Gain 28 0,76 0,14 29 0,51 0,18 Dari tabel tersebut tampak bahwa kelas eksperimen yang memiliki banyak data sebanyak 28 memiliki rata-rata N-gain 0,76 dan standar deviasi N-gain 0,14. Sedangkan kelas kontrol yang memiliki banyak data sebanyak 29 memiliki rata-rata N-gain 0,51 dan standar deviasi N-gain 0,18. Secara deskriptif dapat dikatakan bahwa rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada ratarata N-gain kelas kontrol. Artinya secara deskriptif peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih baik daripada peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Tabel 3. Banyaknya Kategori N-Gain Kategori N-Gain Kelas Eksperimen Kontrol Tinggi 21 6 Sedang 7 19 Rendah 0 4 Dari tabel tersebut tampak bahwa pada kelas eksperimen, banyaknya siswa yang termasuk kategori N-gain tinggi sebanyak 21 siswa, kategori N-gain sedang sebanyak 7 siswa, dan tidak ada siswa yang termasuk kategori rendah. Sedangkan pada kelas kontrol, banyaknya siswa yang termasuk kategori N-gain tinggi sebanyak 6 siswa, kategori N-gain sedang sebanyak 19 siswa, dan kategori N- gain rendah sebanyak 4 siswa.
Rosyid, Abdul, dkk. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif Matematika Siswa Kelas V SD Setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match 14 Selanjutnya untuk menelaah lebih lanjut data tersebut dilakukan berbagai analisis data. Analisis tersebut meliputi Uji t dua sampel independen untuk membandingkan rata-rata N-gain kelompok eksperimen dan N-gain kelompok kontrol serta Uji t satu sampel untuk melihat kategori N-gain kelas eksperimen berada pada ketegori tinggi. Hasil uji statistik terlihat pada tabel berikut: Tabel 4. Uji Statistik Data Hasil Penelitian Kelas yang Dijuji Data yang Diuji Hasil Uji Statistik (Skor) (Nilai Sig.) Kelas Eksperimen dengan Kontrol N-Gain 0,000 Kelas Eksperimen N-Gain 0,017 Analisis data N-Gain dilakukan untuk membandingkan mana yang lebih baik secara signifikan antara rata-rata N-Gain kelas eksperimen dengan rata-rata N-Gain kelas kontrol. Hipotesis H 0 berbunyi Rata-rata N-Gain siswa kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata N-Gain siswa kelas kontrol sedangkan H 1 berbunyi Rata-rata N-Gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata N-Gain siswa kelas kontrol. Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas selanjutnya dilakukan uji t karena data berdistribusi normal dan homogen. Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai sig adalah < 0,05 (0,000). Dengan demikian H 0 ditolak, artinya dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata N-Gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata N-Gain siswa kelas kontrol secara signifikan. Artinya secara statistik peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih baik daripada peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional secara signifikan. Analisis data N-gain selanjutnya adalah untuk melihat kategori N-gain kelas eksperimen berada pada ketegori tinggi. Kategori tinggi adalah kondisi N-gain 0,7. Hipotesis H 0 berbunyi Rata-rata N-Gain siswa kelas eksperimen tidak lebih tinggi dari 0,7 sedangkan H 1 berbunyi Rata-rata N-Gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari 0,7. Setelah dilakukan uji normalitas selanjutnya dilakukan uji t satu sampel karena data berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai sig adalah < 0,05 (0,017). Dengan demikian H 0 ditolak, artinya dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ratarata N-Gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari 0,7. Artinya secara statistik peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berada pada kategori tinggi.
15 Jurnal Ilmiah Educater, Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 9-15 IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih baik daripada peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selanjutnya peningkatan kemampuan kognitif matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berada pada kategori tinggi. V. SARAN Adapun saran untuk penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam pembelajaran, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut di tahun-tahun mendatang mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang menyeluruh. VI. DAFTAR PUSTAKA Lestari, K. E., dan Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama. Mullis, dkk. (2015). TIMSS 2015 International Results in Mathematics. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center. Purwanto. (2016). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratnawulan, E. dan Rusdiana, A. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV. Pustaka Setia. Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.