1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia hingga saat ini didominasi oleh tiga sektor, yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Secara kumulatif ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi terhadap total PDB Indonesia di tahun 2011 sebesar 53,56 persen. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap PDB Indonesia yaitu 15,40 persen dengan pertumbuhan rata-rata 3,89 persen ditiap tahunnya (BPS, 2011). Tabel 1.1 PDB atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 Lapangan Usaha Tahun (Triliun Rp) 2007 2008 2009 2010 Growth (persen) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 271,5 284,6 295,9 304,4 3,89 2. Pertambangan dan Penggalian 171,3 172,5 180,2 186,4 2,87 3. Industri Pengolahan 538,1 557,8 569,8 595,3 3,43 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 13,5 15,0 17,1 18,0 10,12 5. Konstruksi 121,8 131,0 140,3 150,1 7,21 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 340,4 363,8 368,6 400,6 5,63 7. Pengangkutan dan Komunikasi 142,3 165,9 191,6 217,4 15,18 8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 183,7 198,8 208,8 220,6 6,30 9. Jasa-jasa 181,7 193,0 205,4 217,8 6,23 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Pertanian dapat dikatakan memiliki peranan yang strategis dalam aspek kemanusiaan sehubungan dengan fungsi utamanya sebagai penyokong pangan
2 (Koestiono et al, 2010). Menurut Undang-Undang Indonesia Nomor 41 tahun 2009 ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Mayoritas masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi padi sebagai pangan utama, oleh karena itu ketahanan pangan berkaitan erat dengan tingkat produksinya. 1000 362.42 347.9 353.49 343.09 100 54.45 57.19 60.33 64.39 10 Produksi Konsumsi 1 2006 2007 2008 2009 Sumber : BPS, 2011 Gambar 1.1 Perkembangan Produksi dan Konsumsi Padi 2006-2009 Tingkat produksi padi memiliki tren yang meningkat di tiap tahunnya. Pada tahun 2006 produksi padi sebesar 54,45 juta ton dan di tahun 2009 produksi padi meningkat sebesar 15.43 persen menjadi 64,39 juta ton. Walaupun produksi padi cenderung meningkat dari tahun ke tahun tetapi belum mampu mengimbangi kebutuhan dalam negeri (Gambar 1.1). Kenyataan ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang terus meningkat tanpa diimbangi oleh peningkatan produktivitas (Purnama, 2006).
3 Pemerintah memberlakukan kebijakan memperbesar keran impor untuk mengatasi rendahnya tingkat produksi bahan pangan dalam negeri ini, (Tambunan, 2009). Impor beras Indonesia tahun 2010 sebanyak 4.210 ton dengan nilai US$ 14.779.167 (BPS, 2010). UN Comtrade (2010) menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam negara pengimpor beras terbesar di Dunia dengan pertumbuhan rata-rata dari tahun 2006-2010 sebesar 28,4 persen. Bahkan di tahun 2011 Indonesia kembali impor beras sebanyak 5.944 ton (BPS, 2012). Faktor utama rendahnya produksi padi adalah terjadinya degradasi mutu lahan di sebagian besar lahan pertanian intensif. Berbagai hasil penelitian mengindikasikan sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah (kurang dari 2 persen) dimana ukuran C-organik agar produktivitas optimal setidaknya 2,5 persen. Degradasi mutu lahan disebabkan oleh perilaku petani Indonesia yang cenderung menggunakan pupuk anorganik secara berlebihan demi terciptanya produksi tinggi tanpa mengetahui pengaruh jangka panjangnya terhadap lingkungan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang mampu meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi mutu lahan (Balitbang, 2006). Sehingga, pupuk organik dipandang sangat memberikan kontribusi yang baik bagi peningkatan produksi pertanian dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Oleh karena itu, petani harus didorong untuk menggunakan pupuk secara berimbang, dengan cara mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan mensubstitusi pengurangan tersebut dengan peningkatan penggunaan pupuk organik. Untuk mempercepat proses tersebut, pemerintah memberikan Bantuan Langsung Pupuk
4 Organik (BLP Organik) yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No.30/Permentan/OT.140/6/2008 (PSP3, 2010). Perkembangan realisasi anggaran subsidi pupuk selama kurun waktu 2008-2011 secara nominal mengalami peningkatan, yaitu dari Rp 15,2 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 18,4 triliun pada tahun 2010 dan meningkat ditahun 2011 sebesar Rp 18,8 triliun. Pada Tabel 1.2 bahwa subsidi pupuk organik mengalami pertumbuhan sangat pesat terutama dalam volume pupuk organik yang diberikan dari 68.000 ton di tahun 2008 menjadi 704.000 ton tahun 2011 dengan pertumbuhan 146 persen (Kemenkeu, 2012). Tabel 1.2 Perkembangan Subsidi Pupuk Organik Tahun 2008-2011 Uraian Tahun 2008 2009 2010 2011 Growth (persen) Subsidi Pupuk (triliun) 15,2 18,3 18,4 18,8 7,71 Volume (ribu ton) 68 236,5 246 704 146 Harga Pokok Produksi (ribu/ton) 1582 1508,1 1525,5 1665,1 1,88 Harga Eceran Tertinggi (ribu/ton) 1000 500 700 700-3,33 Sumber : Kementerian Pertanian, 2012 Berdasarkan laporan Kemenkeu (2012) peningkatan anggaran subsidi pupuk tersebut sejalan dengan upaya untuk mendukung, menjaga serta meningkatkan program ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian. Selain subsidi pupuk organik, dalam upaya memberikan dukungan terhadap program revitalisasi pertanian, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi benih. Realisasi anggaran dalam kurun waktu 2006-2010 mengalami peningkatan sebesar Rp 2 triliun atau tumbuh rata-
5 rata 101,9 persen per tahun, dari Rp 0,1 triliun tahun 2006 menjadi Rp 2,2 triliun pada tahun 2010. Program BLP Organik dan BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul) dilandasi pemikiran bahwa pupuk organik dan benih unggul merupakan faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas. Wilayah cakupan program BLP Organik telah mencakup 199 kabupaten yang tersebar di 29 provinsi (Kementerian Pertanian, 2011) termasuk Provinsi Lampung. Alokasi BLP Organik untuk Provinsi Lampung sebesar 25.000 ton dan menempati posisi keenam dari total alokasi BLP Organik di tingkat Nasional. 1.2 Perumusan Masalah Masalah utama yang dihadapi sektor pertanian khususnya berkaitan dengan masalah ketahanan pangan saat ini adalah rendahnya produktivitas dibanding permintaannya (Simatupang dan Maulana, 2006). Hal tersebut sejalan dengan perilaku petani Indonesia yang mementingkan produksi tinggi tanpa memperhatikan lingkungan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat mengembalikan unsur hara dalam tanah dan juga meningkatkan produksi. Kekurangan dari pupuk organik yaitu volume penggunaan pupuk organik yang lebih banyak dari penggunaan pupuk anorganik sehingga berimbas pada biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani. Oleh karena itu, pemerintah memilih kebijakan subsidi pupuk organik yang berupa Bantuan Langsung Pupuk Organik (BLP Organik) untuk mendorong petani menggunakan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
6 Petani ragu untuk mengadopsi pupuk organik karena selain dari sisi biaya produksi yang tinggi juga masih banyak petani belum mengetahui manfaat ekonomi dan lingkungan dari pupuk organik. Kekhawatiran lain yang muncul adalah ketika BLP Organik sudah dihapuskan sehingga pengeluaran petani sangat membengkak. Studi PSP3 (2010) menunjukkan hasil positif dari BLP Organik, terkait produksi dan pendapatan padi namun, belum ada informasi terkait faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengadopsian pupuk organik setelah diberikan subsidi. Sehingga penelitian ini menjadi perlu dilakukan agar terciptanya pertanian yang berkelanjutan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh subsidi pupuk terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi di Provinsi Lampung. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor penentu pengadopsian pupuk organik di tingkat petani. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun hal-hal yang menjadi manfaat dari penelitian ini, adalah : 1. Memberikan gambaran kebijakan subsidi pupuk organik terhadap sektor pertanian khususnya padi di Provinsi Lampung. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengambil kebijakan dikhususkan oleh pemerintah untuk merumuskan mekanisme
7 kebijakan subsidi pupuk organik yang paling efektif dalam mendukung sektor pertanian serta sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini terbatas pada petani padi yang mendapatkan bantuan langsung pupuk organik dan benih unggul tahun anggaran 2010 yang didistribusikan PT Pertani untuk Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.