GAMBARAN KUALITAS HIDUP PESERTA PROLANIS DI PUSKESMAS PETANG 1 KABUPATEN BADUNG BALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus. (Studi Awal)

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI PUSKESMAS MINASA UPA KOTA MAKASSAR

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN KLIEN DIABETES MILITUS DALAM MENJALANKAN PROGRAM TERAPI DM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes merupakan sindrom atau kumpulan gejala. penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia


BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN jenis pengobatan tradisional dari desa. Pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua pada seseorang bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

JURNAL JURUSAN KEPERAWATAN, Volume, Nomor Tahun 2016, Halaman 1-8 Online di :

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

Transkripsi:

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PESERTA PROLANIS DI PUSKESMAS PETANG 1 KABUPATEN BADUNG BALI Ni Luh Putu Sekardiani UPT Puskesmas Petang 1 Badung, Bali Email : sekardiani@gmail.com ABSTRAK Latar Belakang: Kegiatan Prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten sudah rutin dilaksanakan setiap bulanya, dari 30 peserta yang terdaftar, 16 diantaranya aktif dan rutin mengikuti kegiatan tersebut, sedangkan sisanya kurang aktif. Dari rangkaian kegiatan Prolanis yang telah dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas Petang 1 Kabupaten, maka perlu adanya evalusi keberhasilan dari kegiatan tersebut. Salah satu evaluasi yang dirasa perlu untuk dilakukan adalah mengenai kualitas hidup peserta Prolanis itu sendiri, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan Prolanis yang selama ini dilaksanakan berdampak pada kualitas hidup pesertanya Tujuan: Mengetahui gambaran gambaran kualitas hidup peserta prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total sampling, sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden. Variabel yang diteliti adalah kualitas hidup peserta prolnis dengan menggunakan instrument WHOQoL-BREF. Analisa data menggunakan analysis deskriptif sederhana Hasil: variabel kualiatas hidup secara umum menunjukkan kategori sedang (86.7%), skor kualitas hidup pada dimensi fisik sebagian besar masuk kategori sedang (73.3%). Skor kualitas hidup pada dimensi psikososial sebagian besar masuk pada kategori tinggi (66.7%). Skor kualitas hidup pada dimensi social masuk pada kategori sedang (83.3%) dan skor kualitas hidup pada dimensi lingkungan juga masuk pada kategori sedang (96.7%). Kesimpulan: Kualiatas hidup peserta prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten secara umum masuk kategori sedang. Kata Kunci: Kualiatas hidup, WHOQoL-BREF, Prolanis PENDAHULUAN Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi 12,1 per1000 (2013). Demikian juga untuk Diabetes melitus yang berdasarkan wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013). Peningkatan prevalensi kasus penyakit kronis pada masyarakat khususnya pada lansia di Indonesia setiap tahunnya memerlukan program khusus guna mencegah komplikasi (Kemenkes, 2013). Pemerintah melalui Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) telah bekerja sama dengan pihak pelayanan fasilitas kesehatan khususnya Puskesmas untuk melaksanakan suatu program yang terintegrasi dengan model pengelolaan penyakit kronis bagi penderita penyakit kronis yang disebut sebagai PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis). Prolanis merupakan pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi penderita penyakit kronis (khususnya penyakit MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 3, DESEMBER 2018 Halaman 132

Hipertensi dan DM tipe 2) untuk mencapai kualitas hidup yang optimal (Idris, 2014).. Kegiatan Prolanis ini mencangkup upaya upaya pencegahan komplikasi berlanjut dan peningkatan kesehatan masyarakat, yaitu meliputi kegiatan konsultasi medis, klub prolanis, home visit, dan skrinning kesehatan. Kegiatan Prolanis lebih mengutamakan kemandirian pasien dan sebagai upaya promotif serta preventif dalam penanggulangan penyakit kronis. Tujuan Prolanis mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dan 75% peserta memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe II dan Hipertensi sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (Idris, 2014). Beberapa penelitian epidemiologi memperoleh hasil bahwa lanjut usia yang mengalami gangguan penyakit kronis cenderun mempengaruhi tingkat kualitas hidupnya (Yusup, 2010). Menurut Studi yang dilakukan Degl'Innocenti (2002), pada seseorang dengan penderita penyakit hipertensi terjadi masalah pada kualitas hidup sehingga menurunkan angka harapan hidupnya. Kegiatan Prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten sudah rutin dilaksanakan setiap bulanya, dari 30 peserta yang terdaftar, 16 diantaranya aktif dan rutin mengikuti kegiatan tersebut, sedangkan sisanya kurang aktif. Kegiatan Prolanis yang dilakukan di Puskesmas Petang 1 Kabupaten diantaranya adalah pemeriksaan kesehatan, pemantauan dan pengendalian gula darah dan tekanan darah, konsultasi kesehatan serta kegiatan senam rutin. Dari rangkaian kegiatan Prolanis yang telah dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas Petang 1 Kabupaten Badung Bali, maka perlu adanya evalusi keberhasilan dari kegiatan tersebut. Salah satu evaluasi yang dirasa perlu untuk dilakukan adalah mengenai kualitas hidup peserta Prolanis itu sendiri, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan Prolanis yang selama ini dilaksanakan berdampak pada kualitas hidup pesertanya. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan survey (Notoatmodjo, S. 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta terdaftar Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Petang 1 Kabupaten yang berjumlah 30 peserta, dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling (Arikunto, 2006). Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kualitas hidup, yang diukur dengan menggunakan kuesioner kualitas hidup menurut WHOQoL-BREF (Skivington, 2004). Terdapat 26 pertanyaan dalam kuesioner tersebut yang terdiri dari pertanyaan kualitas hidup secara umum, dimensi kesehatan fisik, psikologis, social dan lingkungan. Total nilai kualiatas hidup berkisar 26-130 yang terbagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu kualitas hidup rendah (skor 26-61), kualitas hidup sedang (skor 62-96) dan kualitas hidup tinggi (skor 97-130). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif sederhana (Arikunto, 2011). MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 3, DESEMBER 2018 Halaman 133

HASIL Sebagian besar responden berusia antara 60-70 tahun (70%) dan mayoritas berjenis kelamin perempuan (66.7%). Pada karakteristik pendidikan sebagian besar SD (53.3%). Profil pengendalian kadar gula darah dan tekanan darah pada responden sebagian besar kurang terkontrol (Tabel 1). Pada pengukuran variabel kualiatas hidup secara umum menunjukkan kategori sedang (86.7%), sedangkan skor kualitas hidup pada dimensi fisik sebagian besar masuk kategori sedang (73.3%). Skor kualitas hidup pada dimensi psikososial sebagian besar masuk pada kategori tinggi (66.7%), sedangkan skor kualitas hidup pada dimensi social masuk pada kategori sedang (83.3%) dan begitupun pula dengan skor kualitas hidup pada dimensi lingkungan yaitu masuk pada kategori sedang (96.7%). (tabel 2). Tabel 1. Karakteristik Responden (n=30) Karakteristik Frekuensi Persentase Usia (Tahun) 50-59 9 30% 60-70 21 70% >70 0 0.0% Jenis kelamin Laki-laki 10 33.3% Perempuan 20 66.7% Pendidikan SD 16 53.3% SMP 9 30% SMA/SMK 5 16.7 % Profil Pengendalian Gula Darah Terkontrol 12 40% Kurang terkontrol 18 60% Profil Pengendalian Tekanan Darah Terkontrol 10 33.3% Kurang terkontrol 20 66.7% Tabel 2. Gambaran Kualitas Hidup Peserta Prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten Badung Bali (n=30). Kualitas Hidup Frekuensi Persentase Kualitas Hidup Secara Umum Tinggi 4 13.3% Sedang 26 86.7% Dimensi Fisik Tinggi 8 26.7% Sedang 22 73.3% Dimensi Psikologis Tinggi 20 66.7% Sedang 10 33.3% Dimensi Sosial Tinggi 3 10.0% Sedang 25 83.3% Rendah 2 6.7% Dimensi Lingkungan Tinggi 1 3.3% Sedang 29 96.7% MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 3, DESEMBER 2018 Halaman 134

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan sebagian besar baik gula darah maupun tekanan darah responden kurang terkontrol dengan baik. Responden yang masuk dalam kategori terkontrol mengatakan menjaga kadar gula darah dan tekanan darahnya agar selalu stabil dimulai dari adanya kesadaran diri sendiri untuk mempertahankan kesehatannya, sehingga termotivasi untuk mematuhi jadwal dan menu makanan yang disarankan oleh dokter pada saat kegiatan prolanis berlangsung. Sedangkan responden yang kurang terkontrol mengatakan tidak mematuhi jadwal dan menu makanan yang disarankan dokter disebabkan karena bosan dengan menu makanan yang dianjurkan. Masih banyaknya peserta prolanis yang kurang terkontrol kadar gula darah dan tekanan darahnya tentunya menjadi evaluasi bagi petugas kesehatan khususnya bagi penanggungjawab kegiatan prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten untuk meningkatkan pengetahuan para peserta prolanis dalam hal kepatuhan dalam mengendalikan kadar gula darah dan tekanan darahnya. Salah satu cara dengan giat melakukan penyuluhan secara mendalam kepada peserta. Penelitian yang dilakukan Prastiwi (2007) menemukan bahwa kepatuhan dalam mengontrol kesehatan menjadi meningkat setelah dilakukan edukasi atau penyuluhan. Perawat harus meningkatkan perannya sebagai edukator yaitu dengan memberikan penyuluhan mengenai diabetes mellitus dan hipertensi. Perawat juga harus memberikan motivasi kepada pasien agar mau mengontrol penyakitnya. Khusunya bagi perawat komunitas untuk lebih meningkatkan perannya baik itu sebagai edukator, motivator, fasilitator maupun dalam memberikan asuhan keperawatan (Misdarina, 2012). Pada variabel kualitas hidup, sebagian besar pasien Prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten kualiatas hidup secara umum menunjukkan kategori sedang (86.7%), sedangkan sisanya masuk kategori tinggi (13.3%). Hasil penelitian kualitas hidup pada dimensi fisik, psikologis, social dan lingkungan juga menunjukkan sebagian besar masuk pada kategori sedang. Kualitas hidup responden yang sebagian besar pada kategori sedang dapat disebabkan karena penilaian responden yang kurang atau tidak puas dengan kesehatan yang dirasakannya saat ini dan tak banyak responden yang beranggapan bahwa penyakitnya sangat sulit untuk disembuhkan, terutama yang sudah berlangsung lama. Petugas kesehatan di Puskesmas Petang 1 Kabupaten, juga harus dapat meningkatkan kepatuhan peserta prolanis. Hal tersebut dikarenakan dari 30 peserta yang terdaftar hanya 16 peserta (53.3%) yang aktif dalam mengikuti kegiatan prolanis. Hal tersebutlah yang mungkin dialami pada peserta prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten sehingga menjadikan pengontrolan kadar gula darah dan tekanan darah para peserta tidak terkontrol dengan baik yang berdampak pada kualitas hidup secara keseluruhan yang masuk kategori sedang Kepatuhan peserta prolanis sangat penting untuk meningkatkan kualitas hipup pasien tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2017), ada hubungan antara MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 3, DESEMBER 2018 Halaman 135

keaktifan peserta program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) terhadap kualitas hidup di Puskesmas Serayu Larangan (p value = 0,009). Selain peningkatan edukasi kepada peserta, petugas kesehatan di Puskesmas Petang 1 Kabupaten perlu untuk melakukan pendekatan kepada keluarga peserta prolanis guna menumbuhkan kepatuhan dalam menjalani kegitan tersebut. Penelitian yang dilakukan Oktowaty (2018) menunjukkan ada hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup pasien penyakit kronis degeneratif yang termasuk dalam kelompok Prolanis. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan pengendalian kadar gula darah dan tekanan darah peserta prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten secara umum masuk kategori kurang terkontrol. Kualiatas hidup peserta prolanis di Puskesmas Petang 1 Kabupaten secara umum masuk kategori sedang. Perlu adanya peningatan pelayanan pada kegiatan prolanis di 1 Kabupaten, khususnya dalam bidang edukasi kepada peserta dan peningkatan kepatuhan peserta dalam menjalani kegiatan prolanis tersebut. in elderly patients with hypertension--baseline data from the study on cognition and prognosis in the elderly (SCOPE). Blood Press. 11(3):157-65. Hastuti, U.T. (2017). Hubungan Keaktifan Dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) Dengan Kualitas Hidup Peserta di Puskesmas Serayu Larangan Purbalingga. (Skripsi). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa Purwokerto Idris, F. (2014). Panduan Praktis PROLANIS (Program PengelolaanPenyakit Kronis). Jakarta: BPJS Kesehatan Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI Misdarina & Apriani Y. (2012). Pengetahuan diabetes melitus dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2. Jurnal Keperawatan Klinis, 2(1):1-5. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Oktowaty S., Setiawati E.P., Arisanti N. (2018). Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Kronis Degeneratif di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. JSK, 4(1):1-6 Pratiwi, LS. (2007). Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan dalam pelaksanaan diet pada pasien DM di poli diabetes RSUD Margono Soekarjo (Skripsi). Poltekkes Semarang Skivington, L.C. (2004). The World Health Organisation s WHOQOL-BREF Quality Of Life. Netherlands: Kluwer publisher Yusup, L. (2010). Rahasia Tetap Muda Hingga Lansia. Jakarta : Gramedia Pustaka DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S (2011). Teknik Analisis Data. Jakarta : PT. Gramedia. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik EdisiRevisi. Jakarta: Rineka Cipta Degl'Innocenti A., Elmfeldt D., Hansson L., Breteler M., James O., Lithell H., Olofsson B., Skoog I., Trenkwalder P., Zanchetti A., Wiklund I. (2002). Cognitive function and health-related quality of life MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 3, DESEMBER 2018 Halaman 136