TUJUAN 4 MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK LAPORAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM INDONESIA 2011
1994 1997 2002-2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2012 2015 TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK 57 TARGET 4A MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BALITA (AKBA) HINGGA DUA PER TIGA DALAM KURUN WAKTU 1990-2015 Indikator Acuan dasar Saat ini Target MDGs 2015 Status Sumber 4.1 Angka Kematian Balita (AKBa) per 1000 kelahiran hidup 97 (1991) 37 ( 2012) 32 4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup 68 (1991) 29 (2012) 23 BPS, SDKI 4.2a Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup 32 (1991) 20 (2012) Menurun 4.3 Persentase anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi campak 44,5% (1991) 89,15 % (2013) Meningkat BPS, Susenas Status : Sudah Tercapai Akan Tercapai Perlu Perhatian Khusus KEADAAN DAN KECENDERUNGAN 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 sumsel nasional Gambar 4.1. Penurunan angka kematian bayi, 1994-2012 Sumber: SP, SDKI (BPS), berbagai tahun Status kesehatan anak cenderung membaik. Hal ini ditunjukkan oleh semakin rendahnya angka kematian bayi (Gambar 4.1). Angka kematian bayi di Sumatera Selatan juga cenderung lebih rendah dibandingkan angka nasional mulai periode 2002-2012. Padahal pada periode 1994-1997 angka kematian bayi Sumatera Selatan cenderung lebih tinggi. Angka kematian bayi turun dari 68 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi hanya 29 per seribu kelahiran Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Sumatera Selatan 2013
58 hidup (2012). Angka kematian neonatal juga menurun dari 32 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 20 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2012. Sementara angka kematian balita pada tahun 2012 mencapai 37 kematian balita per seribu kelahiran hidup. Namun demikian, jika dibandingkan hasil SDKI 2002-2003 dengan SDKI 2007 penurunan kematian neonatal, bayi maupun balita cenderung stagnan. Penyebab utama kematian balita adalah masalah neonatal (asfiksia, berat badan lahir rendah, dan infeksi neonatal), penyakit infeksi (utamanya diare dan pneunonia) serta terkait erat dengan masalah gizi (gizi buruk dan gizi kurang). Masalah lain adalah disparitas angka kematian neonatal, kematian bayi dan angka kematian balita yang cukup tinggi, antarprovinsi. Kondisi ini disebabkan oleh masalah akses dan kualitas pelayanan kesehatan, masalah sosial ekonomi dan budaya, pertumbuhan infrastruktur serta kerterbukaan wilayah tersebut akan pembangunan ekonomi dan pendidikan. Upaya membaiknya tingkat kesehatan anak dipengaruhi oleh meningkatnya cakupan pelayanan yang diterima sejak anak berada dalam kandungan melalui: pelayanan pemeriksaan kehamilan yang berkualitas, persalinan oleh tenaga kesehatan utamanya di fasilitas kesehatan, pelayanan neonatal (melalui kunjungan neonatal), cakupan imunisasi utamanya cakupan imunisasi campak, penanganan neonatal, bayi dan balita sakit sesuai standar baik di fasilitas kesehatan dasar dan fasilitas kesehatan rujukan dan meningkatnya pengetahuan keluarga dan masyarakat akan perawatan pada masa kehamilan, pada masa neonatal, bayi dan balita, serta deteksi dini penyakit dan care seeking behaviour ke fasilitas kesehatan. Membaiknya tingkat kesehatan anak tersebut terkait dengan upaya-upaya pencegahan penyakit, termasuk pemberian imunisasi. Imunisasi dasar lengkap bagi anak meliputi BCG sebanyak 1 kali, DPT-HB 3 kali, polio 4 kali, dan campak 1 kali. Secara rata-rata 94,20 persen anak umur 12-23 bulan telah memperoleh imunisasi BCG, 89,15 persen memperoleh imunisasi campak, 94,42 persen memperoleh imunisasi polio, dan 93,61 persen memperoleh imunisasi DPT-HB (Susenas September 2013). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013
59 Gambar 4.2. Keragaman pemberian imunisasi bagi anak usia 12-23 bulan, 2013 Sumber: BPS (Susenas, September 2013) Dengan memperhatikan keragaman tersebut, pemberian imunisasi kepada anak, setidaknya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu ketersediaan vaksin dan faktor orang tua. Pendidikan kepala keluarga dan tingkat kemampuan ekonomi keluarga menunjukkan korelasi positif yang sangat jelas, di mana makin tinggi jenjang pendidikan kepala keluarga dan makin tinggi kemampuan ekonomi keluarga maka cenderung makin tinggi pula kemungkinan si anak memperoleh imunisasi. Selanjutnya, secara nasional terdapat kecenderungan bahwa anak-anak yang tinggal di perkotaan mempunyai kemungkinan memperoleh imunisasi yang lebih tinggi dibanding dengan yang tinggal di perdesaan. Selanjutnya data Susenas tahun 2013 menunjukkan persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak 32,64 persen. Sementara anak usia satu tahun yang telah diimunisasi DPT mencapai 81,83 persen, Polio 77,26 persen, DPT 81,83 persen, BCG 88,17 persen dan hepatitis 67,21 persen. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Sumatera Selatan 2013
60 Gambar 4.3. Persentase anak usia 1 tahun yang pernah mendapatkan imunisasi, 2013 Sumber: BPS, Susenas 2013 UPAYA PENTING UNTUK PERCEPATAN PENCAPAIAN TUJUAN Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesehatan anak Indonesia, yakni melalui continuum of care berdasarkan siklus hidup, continuum of care berdasarkan pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), continuum of care pathway sejak anak di rumah, di masyarakat (pelayanan posyandu dan poskesdes), di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, dan di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan. Upaya percepatan penurunan kematian balita fokus pada penyebab kematian. Mengingat 56 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal dan 46 persen kematian balita terjadi di periode neonatal maka dalam upaya percepatan penurunan angka kematian bayi dan balita fokus utama pada peningkatan akses dan kualitas pelayanan neonatal, menurunkan prevalensi dan kematian yang disebabkan oleh diare dan pneumonia, mengurangi dan menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk serta meningkatkan cakupan imunisasi campak. Upaya menurunkan angka kematian neonatal dilakukan dengan meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan dan utamanya di fasilitas kesehatan, meningkatkan pelayanan kunjungan neonatal oleh tenaga kesehatan menjadi 3 kali (6-48 jam setelah persalinan, hari ke-3 sampai Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013
ke-7 serta hari ke-8 sampai ke-28), ketersediaan pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar di Puskesmas PONED (minimal 4 Puskesmas PONED per kabupaten/kota), serta pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensif di RS PONEK (minimal 1 RS PONEK perkabupaten/kota). Sejak tahun 2010 pemerintah mencanangkan program Jampersal (jaminan persalinan nasional) merupakan salah satu terobosan untuk percepatan menurunkan kematian ibu dan neonatal. Jaminan persalinan bertujuan melindungi dan menyelamatkan ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dari komplikasi dan resiko kematian. Jaminan persalinan ini memberikan jaminan pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan, pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir bagi semua ibu dan bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan. 61 Untuk mengendalikan kasus dan kematian karena diare sebagai penyebab terbanyak kematian setelah masalah neonatal maka ketersedian dan distribusi oralit dan zinc yang merata baik di level masyarakat maupun fasilitas pelayanan kesehatan menjadi penting disamping keberhasilan ASI Eksklusif, ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban keluarga, hygiene dan sanitasi serta tatalaksana diare sesuai standar. Untuk mengendalikan kasus dan kematian karena pneumonia sebagai penyebab ketiga kematian pada bayi dan balita maka ketersedian dan distribusi antibiotika di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi penting disamping keberhasilan ASI Eksklusif, imunisasi dasar lengkap, hygiene dan sanitasi, mencegah indoor dan outdoor polution serta tatalaksana pneumonia sesuai standar. Upaya meningkatkan cakupan imunisasi campak selain ketersediaan dan distribusi yang merata vaksin dan rantai dingin maka meningkatkan sosialisasi terkait imunisasi menjadi sangat penting melalui media baik media elektrolik maupun media cetak, serta dilakukan pendekatan khusus pada daerah sulit akses karena masalah geografi maupun masalah cuaca dengan pendekatan Sustainable Outreach Services (SOS). Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menurunkan kematian neonatal, bayi, dan balita adalah intervensi baik di tingkat keluarga dan masyarakat, di tingkat pelayanan kesehatan dasar maupun di tingkat pelayanan kesehatan rujukan. Adapun intervensi di tingkat keluarga dan Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Sumatera Selatan 2013
62 masyarakat antara lain; penerapan Buku KIA bahkan hingga di fasilitas kesehatan rujukan, penguatan Posyandu, meningkatkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, imunisasi dasar lengkap, pemberian Vitamin A pada bayi dan balita, pemberian besi folat ibu hamil, pemberian oralit dan zinc bila diare, penyuluhan PHBS termasuk cuci tangan dengan sabun, kegiatan kelas ibu balita, deteksi dini bayi dan balita sakit termasuk deteksi dini bayi dan balita gizi kurang dan gizi buruk, community feeding centre serta kunjungan rumah. Adapun intervensi di tingkat pelayanan dasar dan rujukan meliputi pemeriksaan kehamilan yang berkualitas dan terintegrasi, persalinan ditolong tenaga kesehatan utamanya di fasilitas pelayanan kesehatan, penanganan kasus emergensi melalui Puskesmas PONED dan RS PONEK, pelayanan pasca salin bagi ibu nifas dan bayi baru lahir, pelayanan KB dan pelayanan rujukan KB, penanganan neonatal, bayi dan balita sakit sesuai standar (antaralain Manajemen Terpadu Balita Sakit), penanganan balita gizi kurang dan buruk (Terapeutik Feeding Centre) dan pelayanan rujukan kasus gizi buruk dengan komplikasi, serta pelayanan rujukan bayi dan balita sakit. Agar pelayanan tersebut di atas dapat terlaksana maka ketersediaan tenaga kesehatan menjadi sangat penting baik dari segi jenis dan kompetensi yang dimiliki (bidan, perawat, tenaga gizi lapangan dan nutrisionist, dokter, dr Spesialis Anak, dr Spesialis Obgyn serta dr Spesialis Anestesi). Bagi daerah yang memiliki masalah dengan ketersediaan dan kesinambungan keberadaan tenaga kesehatan tersebut maka dilakukan beberapa strategi antara lain; program (program pendidikan dokter spesialis (PPDS), dokter dengan kewenangan tambahan, penempatan resident senior, penugasan khusus perorangan (resident dan D3 tenaga kesehatan), penugasan khusus tim (contracting in dan contracting out). Tidak kalah pentingnya ketersediaan dan distribusi obat-obatan dan peralatan medis yang lengkap dan siap digunakan sangat mendukung pelayanan sesuai standar disamping supervisi fasilitatif yang dilaksanakan secara berkala. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013
Keberhasilan pelayanan kesehatan juga tidak terlepas dari membaiknya infrastruktur, transportasi yang semakin membaik, peran dari profesi dan perguruan tinggi serta lembaga swadaya masyarakat dan donor agencies dalam mendukung pelayanan kesehatan yang berkualitas. 63 Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Sumatera Selatan 2013