Kajian Analisis Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Ganda

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PARAMETER DESAIN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DENGAN BENTANG 120 M

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

Pengaruh Rasio Tinggi Busur terhadap Bentang Jembatan Busur pada Gaya Dalam dan Dimensi Jembatan

Kajian Pemakaian Profil Fiber Reinforced Polymer (FRP) sebagai Elemen Struktur Jembatan Gantung Lalu Lintas Ringan

EVALUASI STRUKTUR ATAS JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA AEK LIBUNG, KECAMATAN SAYUR MATINGGI, KABUPATEN TAPANULI SELATAN

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

ANALISIS ALTERNATIF PERKUATAN JEMBATAN RANGKA BAJA (STUDI KASUS : JEMBARAN RANGKA BAJA SOEKARNO-HATTA MALANG)

STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER

JASA KONSTRUKSI INDUSTRI PENUNJANG KONSTRUKSI Jln. Veteran No. 112 Bekasi Telp (Hunting) Fax

OPTIMASI TEKNIK STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETON BERTULANG (STUDI KASUS: JEMBATAN DI KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK)

Kajian Perilaku Jembatan Cable Stayed terhadap Variasi Kemiringan Lantai Jembatan Studi Kasus: Jembatan Satu, Barelang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

disusun oleh : MOCHAMAD RIDWAN ( ) Dosen pembimbing : 1. Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO,MS 2. Dr. RIDHO BAYUAJI,ST.MT

PEMBANDINGAN DISAIN JEMBATAN RANGKA BAJA MENGGUNAKAN PERATURAN AASHTO DAN RSNI

DESAIN JEMBATAN BARU PENGGANTI JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA DENGAN SISTEM BUSUR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

STUDY PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menghubungkan antara suatu area dengan area lain yang terbentang oleh sungai,

BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEKUATAN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG SEDERHANA UNTUK PEJALAN KAKI

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 1

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

BAB IV ANALISA STRUKTUR

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERILAKU DAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Jl. Banyumas Wonosobo

Perhitungan Struktur Bab IV

OPTIMASI BERAT STRUKTUR RANGKA BATANG PADA JEMBATAN BAJA TERHADAP VARIASI BENTANG. Heavy Optimation Of Truss At Steel Bridge To Length Variation

Analisis Konstruksi Jembatan Busur Rangka Baja Tipe A-half Through Arch. Bayzoni 1) Eddy Purwanto 1) Yumna Cici Olyvia 2)

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Alternatif Bentuk Rangka Jembatan Canai Dingin Untuk Pejalan Kaki Bentang Kecil Terhadap Rasio Berat dan Lendutan

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR UTAMA JEMBATAN KUTAI KERTANEGARA SAAT PEMELIHARAAN SEBELUM JEMBATAN RUNTUH

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Susunan Beban Hidup untuk Penentuan Momen Rencana

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA

TUGAS AKHIR RC

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

DESAIN JEMBATAN BETON BERTULANG ANTARA PULAU BIDADARI DAN PULAU KELOR

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT

DESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah, bangunan pelengkap dan pengaman jembatan serta trotoar.

Rico Daniel Sumendap Steenie E. Wallah, M. J. Paransa Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA KRUENG SAKUI KECAMATAN SUNGAI MAS KABUPATEN ACEH BARAT

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB III PENGAMBILAN DAN PENYAJIAN DATA. Adapun informasi tentang survey data jembatan gantung pejalan kaki di Desa. Bentang utama = 60 m

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN. Suyadi 1)

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

Analisis Konstruksi Jembatan Busur Rangka Baja Tipe A-half Through Arch. Yumna Cici Olyvia 1) Bayzoni 2) Eddy Purwanto 3)

Transkripsi:

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 4 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2018 Kajian Analisis Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Ganda ALTIE SANTIKA ARIFIN 1, BERNARDINUS HERBUDIMAN 1, GATOT SUKMARA 2 1. Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung 2. Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Email: altiearifin2@gmail.com ABSTRAK Keberadaan jembatan sangat membantu perkembangan ekonomi penduduk, karena terhubungnya satu wilayah dengan wilayah lainnya. JUDESA (Jembatan Untuk Pedesaan Asimetris) adalah jembatan gantung yang dikembangkan oleh Puslitbang Jalan Jembatan, didesain tipikal dapat mengakomodasi kebutuhan panjang jembatan dengan bentang 30 m hingga 120 m. Terdapat dua tipe JUDESA yaitu asimetris tunggal dan asimetris ganda. Penelitian ini mengkaji JUDESA asimetris ganda dengan bentang 120 m. Perubahan geometrik pada jembatan gantung memberi efek yang signifikan dalam aspek kekuatan struktur. Pada penelitian ini diajukan alternatif konfigurasi batang penggantung dengan menggunakan dimensi dan mutu yang sama. Konfigurasi 1 menempatkan batang penggantung dengan jarak 2m sepanjang setengah bentang dan konfigurasi 2 menempatkan batang penggantung sepanjang bentang dengan jarak pisah 4m. Pemodelan dan perencanaan jembatan gantung menggunakan SAP2000 ver.20. Dari hasil pemodelan dan pengecekkan, didapatkan konfigurasi model 2 menunjukan perilaku struktur yang lebih baik dengan beberapa parameter yang dijadikan acuan. Kata Kunci: jembatan gantung, asimetris ganda, konfigurasi batang penggantung ABSTRACT The existence of the bridge is very helpful economic development of the population, because the connected one region with other areas. JUDESA (Jembatan Untuk Pedesaan Asimetris) is a suspention bridge that developed by Puslitbang Jalan Jembatan, designed to accommodate a tyipical bridge with span 30 m to 120 m. In this study will analysis double asymmetrical bridge with span 120 m. Changes of geometric have a significant effect on the suspention bridge. Type 1 have the configuration that hanger placed in every 2 m on the half-sapan. Type 2 have the configuration that hanger places ini every 4 m along the span. This suspention bridge modeling by used SAP2000 ver. 20. From the modeling and analysis, type 2 shows that configuration give the better structure performance with the parameter that used. Keywords: suspention bridge, double asymmetric, configuration of hanger Reka Racana 32

Altie Santika Arifin, Bernardinus Herbudiman, Gatot Sukmara 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daratan yang terpisah oleh laut, sungai ataupun lembah mendorong ekonommi di Indonesia tidak merata. Nawacita adalah program pemerintah yang salah satu programnya adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Hal ini mendorong pembangunan infrastruktur yang memadai di daerah-daerah dan desa-desa salah satunya infrastruktur penghubung yaitu jembatan. Jembatan gantung adalah infrastruktur yang banyak dibangun karena dapat mendukung kegiatan harian dan perekonomian warga. Pada jurnal Jembatan Gantung Asimetris Untuk Pedesaan menjelaskan bahwa Puslitbang Jalan dan jembatan telah menyusun konsep JUDESA (Jembatan Untuk Pedesaan) dan melaksanakan penerapan JUDESA dengan bentang 42 m di Desa Cihawuk, Pangalengan, Kabupaten Bandung. Setelah dilakukan evaluasi terhadap jembatan tersebut maka disusun kembali JUDESA untuk tipe bentang lainnya, sehingga dapat mengakomodasi bentang 30 hingga 120 m dengan beberapa tipe struktur yang dimodifikasi seperti terlihat pada Gambar 1 (Sukmara, G. & Nugraha, W., 2016). Gambar 1 (a) JUDESA tipe Asimetris I (Bentang 30 m s/d 40 m); (b) JUDESA tipe Asimetris II (Bentang 40 m s/d 60 m); (c) JUDESA tipe Double Asimetris I (Bentang 60 m s/d 80 m); (d) JUDESA tipe Double Asimetris II (Bentang 80 m s/d 120 m) (Sumber: Sukmara, G. & Nugraha, W., 2016) Berdasarkan hasil penelitian tersebut akan dilakukan studi evaluasi lebih lanjut mengenai jembatan gantung asimetris ganda dengan bentang 120 meter dan mengajukan alternatif konfigurasi batang penggantung. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternative konfigurasi batang penggantung yang memiliki kinerja struktur lebih baik. Reka Racana 33

Kajian Analisis Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Ganda 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Berdasarkan UU 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan jembatan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung perkembangan ekonomi, sosial budaya, serta lingkungan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan. Jembatan gantung adalah jembatan yang pelat lantainya digantung pada kabel menggunakan batang-batang penggantung vertikal. Sistem ini menyalurkan beban yang diterima oleh pelat lantai menjadi tegangan pada kabel utama sehingga ujung-ujung kabel utama ini harus diangkur pada tanah keras. Jembatan gantung memiliki keuntungan karena memiliki bentang yang cukup panjang dan pengerjaan konstruksinya yang cukup mudah. Jembatan ini sangat cocok dikembangkan untuk suatu wilayah dengan kondisi geografis seperti Indonesia. (Dewobroto, W., 2005). Kriteria perencanaan yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan bahwa jembatan pejalan kaki aman dan sesuai untuk pengguna adalah kekuatan, lendutan, dan beban dinamik (Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum, 2010). Pengguna jembatan harus diidentifikasi secara jelas karena akan menentukan lebar lantai jembatan yang diperlukan dan beban hidup pada jembatan yang akhirnya akan menentukan biaya konstruksi. Gambar 2 menunjukkan lebar yang dianjurkan untuk jalan masuk dan lintasan untuk tipe-tipe yang berbeda dari berbagai tingkatan lalu lintas. Dua lebar standar yang dianjurkan pada pedoman ini adalah: 1. Lebar jembatan 1 m sampai dengan 1,4 m untuk pejalan kaki dua arah (jembatan pejalan kaki kelas II). 2. Lebar jembatan 1,4 m sampai dengan 1,8 m untuk tiga pejalan kaki yang beriringan (jembatan pejalan kaki kelas I). Gambar 2. Lebar jembatan yang dianjurkan sesuai dengan tingkatan lalu lintas (Sumber: Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No.02/SE/M/2010) Reka Racana 34

Altie Santika Arifin, Bernardinus Herbudiman, Gatot Sukmara Tabel 1. Lendutan Izin Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Ganda Kelas Pengguna Lebar [m] Beban Terdistribusi Merata [kpa] Jembatan gantung pejalan kaki (beban hidup dibatasi hanya untuk pejalan kaki dan sepeda motor) 1,8 3 Keterangan: L adalah bentang utama jembatan Lendutan Izin 1 100 L 2.2 Sistem Kabel Beberapa hal penting yang harus diperhatikan saat menganalisis konstruksi jembatan dengan sistem suspensi yaitu konstruksi dan perilaku kabel, geometri kabel dan perilaku deformasi sistem kabel. Kabel pada struktur jembatan merupakan elemen dasar berfungsi sebagai pendukung utama. Kabel merupakan bahan atau material utama dalam struktur jembatan suspension. Karakteristik kabel kaitannya dengan struktur jembatan suspension antara lain: (Supriyadi dan Muntohar, 2007). a. Mempunyai penampang yang seragam/homogen pada seluruh bentang. b. Tidak dapat menahan momen dan gaya desak. c. Gaya-gaya dalam yang bekerja selalu merupakan gaya tarik aksial. d. Bentuk kabel tergantung pada beban terbagi merata, maka wujudnya akan merupakan lengkung parabola. e. Pada jembatan gantung kabel menderita beberapa beban titik sepanjang beban mendatar. Pada jembatan yang ditinjau kabel utama yan digunakan adalah IWRC. IWRC adalah jenis kabel yang mempunyai inti atau core baja yang berupa kumpulan strand yang dipilin seperti pada Gambar 3. Jumlah strand yang digunakan pada jenis kabel ini sangat beragam akan tetapi pada analisis yang akan dilakukan kali ini jenis kabel IWRC yang digunakan hanya IWRC 6 36. Gambar 3 Penampang kabel jenis IWRC 6 36 (Sumber: Steel Wire Rope, Ltd., 2018) 2.3 Analisis Jembatan Gantung Pejalan kaki Asimetris Ganda Pengecekkan modul lantai dilakukan dengan menganalisis nilai momen dan gaya gesermaksimum untuk selanjutnya dibandingkan dengan kapasitas penampang yang ada menggunakan Persamaan 1 sebagai berikut: Reka Racana 45

Kajian Analisis Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Ganda f = f b f b < 1 (OK) (1) f = rasio perbandingan tegangan aktual dengan tegangan izin, f b = tegangan aktual yang terjadi pada modul lantai [kn/m 2 ], f b = tegangan izin dari modul lantai [kn/m 2 ]. Selain pada modul lantai analisis elemen struktur dilakukan pada gelagar melintang dengan membandingkan nilai maksimal momen dan gaya geser yang terjadi seperti pada Persamaan 1. Selain analisis momen dan gaya geser pada gelagar melintang dilakukan analisis terhadap lendutan dengan menggunakan Persamaan 2 sebagai berikut: = 5 M l2 48 E I x (2) = lendutan yang terjadi pada gelagar melintang [mm], M = momen yang terjadi pada gelagar melintang [knm], l = panjang gelagar melintang secara keseluruhan [m], E = modulus elastisitan gelagar melintang [MPa], I x = momen inersia sumbu x pada gelagar melintang [m 4 ]. Selanjutnya gaya tegangan kabel utama dihitung dengan Persamaan 3 sebagai berikut: σ = Gaya aksial yang terjadi Luas penampang (3) σ = gaya tegangan kabel utama [kn]. Selanjutnya gaya aksial pilon dengan menggunakan Persamaan 4 sebagai berikut: f = P u P n (4) f = rasio perbandingan tegangan aktual dengan tegangan izin, P u = tegangan aksial yang terjadi pada pilon [kn], P n = tegangan aksial izin dari pilon [kn]. Pada pemodelan yang dilakukan pada penelitian kali ini beban-beban dimodelkan dengan beban merata yang ditempatkan pada gelagar melintang. Perhitungan beban untuk dimodelkan pada gelagar melintang dapat dihitung dengan Persamaan 5 sampai Persamaan 7 sebagai berikut: Q D = beban mati, berasal dari berat sendiri [kn/m], γ = berat isi bahan [kn/m 3 ], t = tebal pelat jembatan [m], p = panjang tributary area yang dihitung [m]. Q D = γ t p...(5) Reka Racana 36

Altie Santika Arifin, Bernardinus Herbudiman, Gatot Sukmara Q L = LL l...(6) Q L = beban hidup [kn/m], LL = beban hidup yang direncanakan [kn/m 2 ], l = lebar pelat jembatan [m]. Q U = beban seluruhnya [kn/m], Q D = beban mati, berasal dari berat sendiri [kn/m], = beban hidup [kn/m]. Q L Q U = Q D + Q L...(7) 3. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dimulai dengan studi pustaka mengenai jembatan gantung pejalan kaki asimetris ganda, setelah studi pustaka dilakukan penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan. Setelan data mutu dan dimensi didapatkan dilanjutkan dengan tahapan memodelkan struktur jembatan dengan menggunakan software SAP2000. Penulis memodelkan 2 model struktur jembatan asimetris ganda dengan konfigurasi kabel yang berbeda. Langkah selanjutnya adalah pengecekan elemen struktur untuk mengetahui kekuatan dan keamanan struktur. Bersamaan dengan pengecekkan elemen struktur pengecekkan dilakukan pada lendutan maksimal yang terjadi pada jembatan untuk mengetahui kekuatan struktur seperti terlitah pada Gambar 4. Gambar 4. Bagan alir penelitian Reka Racana 37

Kajian Analisis Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Ganda 4. PEMODELAN STRUKTUR 4.1 Sistem Struktur Dimensi model jembatan yang akan dianalisis ditampilkan pada Tabel 2 dan gambar model jembatan ditunjukkan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Tabel 2. Data Dimensi Elemen Jembatan No. Nama Komponen Dimensi 1 Sistem Panel Lantai 2m x 1,8m 2 Hollow Memanjang H 100.50.2 3 Gelagar Melintang C 65 x 42 x 5,5 x 6 4 Kabel Utama Ø50 5 Kabel Hanger Ø22 6 Pilon Ø10" t= 9,3 mm Gambar 5. Model 1 JUDESA asimetris ganda Gambar 6. Model 2 JUDESA asimetris ganda Pemodelan pembebanan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Pemodelan beban Reka Racana 38

Altie Santika Arifin, Bernardinus Herbudiman, Gatot Sukmara 5. ANALISIS STRUKTUR DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Struktur Analisis dilakukan sebanyak dua kali dengan konfigurasi batang penggantung yang berbeda. Hasil analisis berupa nilai defleksi, tegangan kabel backstay, dan momen maksimum gelagar seperti contoh salah satu hasil analisis yang ditunjukkan pada Gambar 8 hingga Gambar 14. Gambar 8. Tampak samping deform shape akibat kombinasi DL+LL Gambar 9. Diagram gaya aksial Gambar 10. Diagram gaya momen Gambar 11. Diagram gaya geser Reka Racana 39

Kajian Analisis Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Ganda 5.2 Pembahasan Hasil Analisis Struktur Hasil dari seluruh analisis struktur jembatan ditabelkan dan dibandingkan antara Model 1 dan Model 2 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Nilai Analisis Struktur Model 1 Dan Model 2 Keterangan Model 1 Model 2 Gaya Kabel Utama [kn] 1681.37 1001.75 Aksial Pilon [kn] 1284.152 549.870 Momen pada Gelagar Memanjang [knm] 2.21297 1.78956 Geser pada Gelagar Memanjang [knm] 1.04471 0.49862 Lendutan [m] 1.174 0.541 Hasil dari analisis yang dilakukan pada Model 1 dan Model 2 ditemukan nilai yang memiliki selisih yang besar adalah nilai pada momen gelagar memanjang, perbandingan nilai momen pada kondisi layan dapat dilihat pada Gambar 12. Perbandingan Momen pada Gelagar Memanjang Momen (knm) 2 1 0-1 -2-3 0 20 40 60 80 100 120 Jarak Batang Penggantung (m) momen model 1 momen model 2 Gambar 12. Perbandingan nilai momen pada gelagar memanjang Model 1 dan Model 2 Berdasarkan grafik pada Gambar 12 momen pada Model 1 lebih besar dibandingkan Model 2 hal ini terjadi karena model satu memiliki lebih banyak kabel yang menambah berat sendiri pada struktur seperti terlihat pada Gambar 13. Gambar 13. Perbandingan geometri jembatan Model 1 dan Model 2 Nilai lendutan pada Model 1 tidak memenuhi batas yang disyaratkan pada Tabel 1 perbandingan nilai lendutan pada Model 1 dan Model 2 pada kombinasi batas layan dapat dilihat pada Gambar 14. Reka Racana 40

Altie Santika Arifin, Bernardinus Herbudiman, Gatot Sukmara lendutan Kondisi Layan 0-0.2 0 20 40 60 80 100 120 Lendutan (m) -0.4-0.6-0.8-1 Model 1 Model 2-1.2-1.4 Jarak batang penggantung (m) Gambar 14. Perbandingan lendutan akibat kombinasi beban layan pada Model 1 dan Model 2 Lendutan yang terjadi pada Model 1 dan Model 2 memberikan selisih nilai yang besar yaitu 63,24 cm atau 53,86% dari nilai lendutan Model 1. Selain nilai selisih lendutan yang besar nilai lendutan pada Model 1 dan Model 2 tidak berasa pada titik yang sama. 6. SIMPULAN Hasil dari studi evaluasi jembatan asimetris ganda dengan 2 konfigurasi model yang berbeda dapat disimpulkan bahwa: 1. Konfigurasi Model 1 dan Model 2 memliki kekuatan struktur yang cukup untuk menahan beban-beban yang direncanakan. 2. Dimensi yang digunakan pada konfigurasi 1 dan 2 sama membuat konfigurasi 2 menunjukan kekuatan struktur yang lebih baik. 3. Pada konfigurasi 2 dengan dimensi yang sesuai dengan kebutuhan maka kinerja struktur akan sama dan lebih ekonomis. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pembimbing yang telah membimbing serta kepada Puslitbang Jalan Jembatan Bandung yang telah membimbing serta membantu penulis dalam penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN Dewobroto, W. (2005). Perkembangan Jembatan di Indonesia. Karawaci: Universitas Pelita Harapan. Isyana, A., & Herbudiman, B. (2008). Studi Parameter Desain Dimensi Elemen Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Dengan Bentang 120m. Bandung: Itenas. Steel Wire Rope, Ltd. (2018, Maret 5). www.steelwwirerope.com. Dipetik Maret 5, 2018, dari www.steelwwirerope.com: http://www.steelwwirerope.com/datasheet-6x36- Galvanised-WS-IWRC Sukmara, G. & Nugraha, W. (2016). Jembatan Gantung Asimetris untuk Pedesaan (JUDESA). Seminar Hasil Litbang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan., hal. 1-6. Bandung: Kementerian PUPR. Supriyadi, B., & Muntohar, A. (2007). Jembatan. Yogyakarta: Beta Offset. Reka Racana 41

Kajian Analisis Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Ganda Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 02/SE/M/2010. (2010). Pemberlakuan Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan Konstruksi Jembatan Gantung Untuk Pejalan Kaki. Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum. Reka Racana 42