ISSN P PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

A. Populasi dan Sampel

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. 2015/2016, dengan pokok bahasan Lingkaran. eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Tamansiswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi-experimental

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs

BAB IV HASIL PENELITIAN. Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak lima kali pertemuan yaitu satu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 25 Bandar Lampung yang terletak di

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung yang berlokasi di

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

PENGARUH METODE INTERACTIVE CONSEPTUAL INSTRUCTION (ICI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kelomprok kontrol pretes-postes (pre-test post-test control group

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung. Kelas X di SMK Muhammadiyah 2 Bandar Lampung terdiri

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

III. METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Kelas VIII di SMP

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.2 November 2016

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuasi

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN RELASIONAL DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TESIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangunrejo. Populasi yang diteliti

( 1 Dosen Pendidikan Matematika pada Jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP Dinny Mardiana 1), Enung Elda Martina 2) 1 Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Islam Nusantara, Bandung, Indonesia e-mail: dinny.mardiana@fkip-uninus.ac.id 2 Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Islam Nusantara, Bandung, Indonesia e-mail: enungeldamartina@gmail.com Abstract Generatif learning model was expected to be an alternative to increase student s mathematical communication ability. The purpose of the research to determine the improvement of student s mathematical communication ability after using Generatif learning model, the influence of generative learning models on improving mathematical communication skills, and the response to student s the generative learning model. This research method used quasi-experiment with non equivalent pretest-posttest control group design. The research s subject was VIII-C as experimental class and VIII-G as a control class which chosen as purposive sampling. The research instruments were tests, observation sheets and questionnaires. The research conclude that student s mathematical communication abiliy class research have increased significantly compared to the control class. It finds based on the average score N-gain on every mathematical communication indicators. The influence of Generative learning model toward the increasing students mathematical communication ability at experimental class is high interpretation. It indicates that Generative learning model has positive influence to student s mathematical communication ability. In addition, students responnse to Generative learning model are positive. Keywords: Generative learning model, Mathematical Communication Ability, and Students response. 1. PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2006 menyebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika terhadap aspek intelektual kemampuan komunikasi matematis terdapat pada poin ke-empat. Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika dalam Permendiknas tersebut terlihat bahwa kurikulum yang disusun sudah memperlihatkan aspek kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika. Kemampuan tersebut sangat penting dalam mengembangkan proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, peserta didik diminta untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada soal yang bersifat rutin (Standar Isi Permendiknas, 2006). Rendahnya kemampuan komunikasi matematis peserta didik di Indonesia dapat dilihat berdasarkan laporan TIMSS, yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di bawah negara-negara lain. Negara-negara tersebut seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai 50%. Adapun penelitian lain berdasarkan hasil wawancara di salah satu SMP Negeri di Jakarta, ternyata peserta didik kurang mampu dalam menyelesaikan permasalahan matematika baik lisan maupun tulisan, peserta didik tidak dapat mengekspresikan konsep matematika ke dalam bahasa atau simbol matematika, dan tidak dapat membuat model matematika dari permasalahan kehidupan sehari-hari (Fachrurazi, 2011), (Jatmiko, 2014:3). Berdasarkan Praktik Program Pengalaman Lapangan Kependidikan yang dilakukan peneliti pada tahun ajaran 2016/2017 bahwa aspek intelektual kemampuan komunikasi matematis peserta didik di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Bandung masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari tes yang didalamnya terdapat soal yang mengarah pada kemampuan komunikasi matematis, pada materi lingkaran. Dimana peserta didik kurang mampu menyatakan ide/gagasannya secara tertulis, peserta didik tidak dapat mengidentifikasi unsur-unsur pada sebuah lingkaran, dan tidak dapat memecahkan permasalahan lingkaran dalam kehidupan sehari-hari. 164

Demikian pula yang dialami peserta didik di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung. Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa peserta didik merasa kesulitan jika dihadapkan dengan soal kemampuan komunikasi matematis khususnya pada materi pokok lingkaran, yang hasilnya masih kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari data hasil nilai ulangan materi lingkaran kelas VIII semester II tahun ajaran 2016/2017 yang didapat dari salah seorang pendidik mata pelajaran matematika yaitu Ibu Nunu Usnul Asmah, S.Pd. Data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar peserta didik masih kurang dalam materi lingkaran dengan rata-rata yang diperoleh adalah 65,73, dari Kompetensi Ketuntasan Minimal (KKM) 68. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah memilih model pembelajaran yang tepat dalam memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami sendiri apa yang dipelajari, dan mengajak peserta didik agar lebih senang dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah model pembelajaran Generatif. Hal ini terlihat dari penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa MTs, yang menunjukkan rata-rata kelas eksperimen memperoleh skor posttest 19,04 dan kelas kontrol dengan rata-rata skor posttest 15,03 yang memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan pemahaman matematis peserta didik. Adapun penelitian lain yang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Generatif dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematik peserta didik pada materi sudut dan garis. Hal ini dapat dilihat bahwa skor kemampuan komunikasi matematik untuk kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 68,30, sedangkan skor kemampuan komunikasi matematik untuk kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 47,43. Begitu juga dengan penelitian yang lainnya menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran Generatif membuat peserta didik lebih aktif dan merasa dilibatkan dalam pembelajaran, sehingga peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Generatif berpengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran matematika (Rosiana, 2014:71; Sutiyani, 2013:56; Amelia, 2010:68) Menurut Orborne dan Cosgrove (Sriwiani, 2011), pembelajaran Generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik sebelumnya. Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015:64), langkah-langkah model pembelajaran Generatif terdiri dari empat tahap pembelajaran yaitu: tahap eksplorasi, tahap pemfokusan, tahap tantangan dan tahap penerapan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, serta berbagai penelitian yang sudah dilakukan pada model pembelajaran Generatif, penulis bermaksud meneliti hal lain dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang ditujukkan untuk menerapkan model pembelajaran Generatif terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan respons peserta didik terhadap model pembelajaran Generatif dalam pembelajaran matematika, dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Generatif terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP. 2. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisis data-data mengenai tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang diukur berdasarkan instrumen yang telah dibuat dan diujicoba sebelumnya yaitu instrumen tes kemampuan komunikasi matematis, sedangkan data untuk menjamin keterlaksanaan model pembelajaran Generatif dan kemampuan komunikasi matematis menggunakan angket dan lembar observasi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kuasi eksperimen kelompok kontrol non-ekuivalen (non equivalent pretest-posttest control group design). Populasi penelitian peserta didik kelas VIII dengan sampel kelas VIII C untuk kelas eksperimen dan kelas VIII G untuk kelas kontrol yang dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data perangkat pembelajaran berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Instrumen data kuantitatif berupa tes kemampuan komunikasi matematis sedangkan data untuk menjamin keterlaksanaan model pembelajaran Generatif dan kemampuan komunikasi matematis menggunakan angket dan lembar observasi. Materi yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah materi kubus dan balok. Instrumen kemampuan komunikasi matematis terlebih dahulu di ujicoba di kelas yang sudah mengalami materi tersebut, selanjutnya di uji menggunakan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Data untuk 165

menjamin keterlaksanaan model pembelajaran Generatif dan kemampuan komunikasi matematis diberikan ketika pembelajaran berlangsung dengan lembar aktivitas pendidik dan lembar respons angket peserta didik setelah pembelajaran selesai di kelas eksperimen. 3. PEMBAHASAN A. Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Berdasarkan hasil tes (pretest dan posttest) terhadap subjek penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, didapatkan rerata data tes sebagai berikut: Rerata Hasil Pretest, Posttest, dan N-gain Nilai Skala 100 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00-67,35 62,00 47,38 43,00 13,00 7,03 Pretest Posttest N-gain (Skala 100) Eksperimen Kontrol Gambar 1 Diagram Rerata Hasil Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan hasil penelitian pretest, posttest, dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa, hasil rata-rata pretest kedua kelas sebesar 13,10 untuk kelas eksperimen dan 7,03 untuk kelas kontrol. Kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami perbedaan rata-rata ketika kedua kelas diberikan perlakuan/model pembelajaran. Hasil rata-rata posttest setelah diberikannya model pembelajaran di kedua kelas diperoleh sebesar 67,35 untuk kelas eksperimen dan 47,38 untuk kelas kontrol, sedangkan untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis menggunakan N-gain (skala 100) dengan rata-rata hasil yang diperoleh 62,00 untuk kelas eksperimen dan 43,00 untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa rerata pretest, posttest, dan N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil analisis pretest, posttest, dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan software SPSS 23 for windows. Data pretest diperoleh bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai signifikansi 0,197, nilai signifikansi tersebut lebih besar dari α 0,05 sehingga H 0 diterima artinya data pretest kelas eksperimen berdistribusi normal sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai signifikansi 0,001, nilai signifikansi tersebut kurang dari α 0,05 sehingga H 0 ditolak artinya data pretest kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas pretest salah satu kelas tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan uji kesamaan dua rerata yaitu uji statistik non-parametric Mann-Whitney. Hasil uji statistik non-parametric Mann- Whitney diperoleh nilai signifikansi (2-tailed) adalah.000. Nilai signifikansi tersebut kurang dari α 0,05 sehingga hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen dan peserta didik kelas kontrol. Analisis data posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis peserta didik setelah selesai diberikan pembelajaran, dengan menggunakan model pembelajaran Generatif pada kelas eksperimen maupun pembelajaran Konvensional dengan menggunakan metode ekspositori pada kelas kontrol. Data posttest diperoleh bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai signifikansi 0,200 sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai signifikansi 0,148, nilai signifikansi tersebut lebih besar dari α 0,05 sehingga H 0 diterima. Berdasarkan hasil uji normalitas kedua kelas berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji homogenitas levene s test dengan taraf signifikansi sebesar 0,453. Tingkat signifikansinya lebih 166

besar dari α 0,05, maka data tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama (homogen). Data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diketahui berdistribusi normal dan bervariansi sama (homogen), sehingga memenuhi syarat untuk melakukan uji perbedaan dua rerata. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t pihak kanan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perbedaan dua rerata diperoleh dari nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000, sehingga uji yang digunakan adalah uji-t satu pihak dengan taraf signifikansi 0,000 = 0. Nilai signifikansi tersebut kurang dari α 0,05 2 sehingga H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil posttest kelas eksperimen > dari pada kelas kontrol. Dengan demikian kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang diberikan perlakuan model pembelajaran Generatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Analisis data N-gain dilakukan setelah peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol selesai diberikan perlakuan model pembelajaran Generatif maupun model pembelajaran Konvensional dengan menggunakan metode ekspositori. Tujuan dianalisisnya data N-gain yakni, untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol akibat diterapkannya model pembelajaran Generatif oleh pendidik. Hasil pengujian uji normalitas N-gain berdasarkan Kolmogorov-Smirnov untuk kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi 0,200, sama halnya dengan kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi 0,181. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pengujian Kolmogorov-Smirnov data N-gain untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian Levene s Test, kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh sebesar 0,202. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari α 0,05, maka data tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama (homogen). Data N-gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diketahui berdistribusi normal dan bervariansi sama (homogen), sehingga memenuhi syarat untuk melakukan uji perbedaan dua rerata. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t pihak kanan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji perbedaan dua rerata N-gain diperoleh nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000, sehingga uji yang digunakan adalah uji satu pihak kanan maka nilai signifikansi 0,000 = 0. Nilai signifikansi tersebut kurang 2 dari α 0,05 sehingga H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil N-gain kelas eksperimen > dari pada kelas kontrol. Dengan demikian kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran Generatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis terhadap data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol, menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang diberikan model pembelajaran Generatif mengalami peningkatan yang signifikan dibanding peserta didik yang diberikan model pembelajaran Konvensional. Adapun peningkatan berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti berikut: Kriteria Skala N-gain 1,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0,78 0,47 0,87 0,71 0,29 0,11 0,79 0,73 0,64 0,46 0,79 0,43 N-Gain Kelas Eksperimen N-Gain Kelas Kontrol 167

Gambar 2 Diagram Peningkatan Berdasarkan Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kemampuan Komunikasi Matematis melalui model pembelajaran Generatif dibagi ke dalam enam indikator yaitu: a) Kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar, atau diagram ke dalam ide matematika. b) Kemampuan menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, grafik, dan aljabar. c) Kemampuan membaca dengan pemahaman suatu respresentasi matematika tertulis. d) Kemampuan mendengarkan, diskusi, dan menulis tentang matematika. e) Kemampuan membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi. f) Kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika. Berdasarkan Gambar 2 peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan peserta didik kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai rerata N-gain yang dilihat pada indikator kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu: kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika sebesar 0,79 untuk kelas eksperimen, dan 0,43 untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa indikator tersebut mengalami peningkatan signifikan dibanding kelas kontrol, sedangkan kemampuan mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika sebesar 0,79 untuk kelas eksperimen dan 0,73 untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kedua kelas tersebut mengalami peningkatan yang tidak jauh berbeda. B. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP Nilai Skala 100 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 67,35 47,38 11,66 10,78 1,78 1,78 Eksperimen Kontrol Rata-rata Standar Deviasi Cohen's d Gambar 3 Diagram Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Cohens d Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 3 besar pengaruh model pembelajaran Generatif terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik dilakukan dengan uji Cohen s d, yang dilihat berdasarkan nilai rata-rata posttest dan standar deviasi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat berdasarkan keterkaitan sintaks model pembelajaran Generatif mampu meningkatkan enam indikator kemampuan komunikasi matematis. Sintaks model pembelajaran Generatif yang mampu meningkatkan indikator pertama yaitu tahap eksplorasi, indikator kedua yaitu tahap tantangan dan penerapan, indikator ketiga yaitu tahap pemfokusan dan tantangan, indikator keempat yaitu tahap eksplorasi dan tantangan, indikator kelima dan keenam yaitu tahap pemfokusan dan tahap tantangan, sehingga hasil pengaruh model pembelajaran Generatif terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis diperoleh sebesar 1,78. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Generatif berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik. 168

C. Respons Peserta Didik terhadap Model Pembelajaran Generatif Respons peserta didik terhadap model pembelajaran Generatif dibagi ke dalam empat tahapan yaitu, tahap eksplorasi, tahap pemfokusan, tahap tantangan dan tahap penerapan. Adapun respons peserta didik terhadap empat tahapan model pembelajaran Genertaif dapat dilihat pada Gambar 4. Kriteria Persentase 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% Respons Peserta Didik terhadap Model Pembelajaran Generatif 89,40% 65,79% 70,44% 81,50% Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Baik Sangat Baik Gambar 4 Diagram Respons Peserta Didik terhadap Empat Tahapan Model Pembelajaran Generatif Berdasarkan Gambar 4 dapat disimpulkan bahwa respons peserta didik pada tahap eksplorasi diperoleh 73,00%, tahap pemfokusan diperoleh 71,50%, tahap tantangan diperoleh 65,75%, dan tahap penerapan diperoleh sebesar 71,00%. Hal ini didasari pada tahap tantangan hanya sebagian peserta didik yang mampu mengeluarkan pendapat, bertukar pikiran, serta bertanya kepada pendidik, sehingga pengetahuan peserta didik dalam mengeluarkan pendapat, bertukar pikiran, dan bertanya kepada pendidik masih belum cukup optimal. Namun secara keseluruhan respons peserta didik terhadap empat sintaks model pembelajaran Generatif berpengaruh positif dan berinterpretasi baik. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) Kemampuan komunikasi matematis peserta didik meningkat setelah menggunakan model pembelajaran Generatif dengan kategori tinggi. 2) Pengaruh penerapan model pembelajaran Generatif terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis. 3) Respons peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Generatif memberikan respons positif terhadap model pembelajaran Generatif. 5. REFERENSI [1] Amelia, M.M. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. Skripsi S1 Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta: Diterbitkan. [2] Fachrurazi. (2011). Penerapan Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komuikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Edisi Khusus No.1, Agustus 2011. ISSN: 1412-565X. [3] Jatmiko, A. (2014). Pengaruh Metode TAPPS terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Skripsi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta: Diterbitkan. [4] Lestari, K.E. dan Yudhanegara, M.R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika Aditama. [5] Permendiknas. (2006). Standar Isi. Jakarta: Permendiknas. [6] Rosiana, E. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa MTS. Skripsi S1 Pendidikan Matematika FKIP Uninus Bandung: Tidak diterbitkan. 169

[7] Sriwiani, Y. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Generatif dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMA. Tesis Magister Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan. [8] Sutiyani, W. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta: Diterbitkan. 170