ARTIKEL OBYEK KEBUDAYAAN TRADISI WIWITAN DI KAMPUNG PITU, NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Disusun untuk memenuhi tugas akhir Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara Progam Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Oleh: GANESSA SANDRO CAHYA PATRIA NIM. 16148106 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2018 1
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan segala kuasa-nyalah penulis akhirnya bisa menyusun karya tulis yang berjudul Tradisi Wiwitan di Kampung Pitu, Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Ranang Agung Sugihartono, S.Pd., M.Sn. selaku pembimbing yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian karya tulis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasi kepada semua pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan pikirannya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-per satu. Penulis sangat berharap agar karya tulis ini memberi banyak manfaat bagi para pembaca terutama pada para pecinta kebudayaan dan kesenian. Penulis juga sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar karya tulis ini bisa menjadi lebih sempurna. Surakarta, 16 Januari 2019 Penulis 2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.....1 KATA PENGANTAR........2 DAFTAR ISI......3 I. PENDAHULUAN..........4 A. Latar Belakang......4 B. Tinjauan Teori......5 C. Metode.........5 II. PEMBAHASAN A. Wujud Budaya Ide / Gagasan....... 6 B. Wujud Budaya Tindakan......... 6 C. Wujud Budaya Fisik.......7 III. KESIMPULAN....... 8 DAFTAR PUSTAKA...... 9 3
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan, setiap suku bangsa memiliki bermacam-macam tradisi dan keunikannya masing-masing, termasuk salah satunya adalah masyarakat Suku Jawa yang telah menyebar keseluruh pelosok negeri tidak terkecuali para petani Kampung Pitu, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tradisi Wiwitan adalah sebuah tradisi ritual yang masih dilaksanakan di Kampung Pitu. Tradisi Wiwitan sendiri berasal dari kata wiwit yang berarti mulai. Tradisi ini menggunakan beberapa makanan dan sesaji yang berupa bunga, kemenyan, dan nasi, sayur gudangan, ketupat, sambal jagung, palawija yang direbus dan ayam ingkung dari ayam jawa jantan. Tradisi Wiwitan ini dilakukan di sawah yang akan ditanami padi(wawancara Sugito, 2018). Kampung Pitu sendiri adalah sebuah Kampung Adat yang hanya boleh dihuni oleh tujuh kepala keluarga saja. Kampung Pitu berada di puncak gunung api purba timur, Desa Nglanggeran Wetan, Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta. Alasan mengambil obyek kebudayaan tradisi Wiwitan karena penulis tertarik dengan beberapa tradisi di Kampung Adat, Kampung Pitu ini dan pada saat penulis melakukan riset di Kampung Pitu, pada waktu dekat akan dilakukan ritual tradisi Wiwitan ini. Dan ritualnya sangat simpel dan hanya dilakukan oleh sesepuh adat dan keluarga yang akan menanami sawah tersebut. Tujuan saya mengambil obyek kebudayaan ini untuk memberi pengetahuan tentang tradisi Wiwitan ini dan melestarikan budaya ini agar tetap terlaksana di Kampung Pitu. 4
B. Tinjauan Teori Kebudayaan Jawa terkenal akan berbagai falsafah dan nilai-nilai luhur dibalik setiap tradisi yang dijalankan oleh masyarakatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Thomas Wiyasa Bratawidjaja, bahwa nilai-nilai budaya yang menjadi pandangan hidup orang Jawa kemudian mengendap dalam tradisi dan adat-istiadat yang dipegang teguh dan terwujud dalam salah satunya yaitu upacara-upacara adat (Thomas Wiyasa Bratawidjaja, 2000: 9). Berbagai macam upacara adat yang terdapat di dalam masyarakat pada umumnya dan masyarakat Jawa khususnya adalah merupakan pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai luhur tersebut diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikut (Thomas Wiyasa Bratawidjaja, 2000: 9) Tradisi merupakan khasanah yang terus hidup dalam masyarakat secara turun-temurun yang keberadaannya akan selalu dijaga dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam tradisi ada dual hal penting, yaitu pewarisan dan konstruksi. Pewarisan menunjukan pada proses penyebaran tradisi dari masa ke masa, sedangkan konstruksi merujuk pada pembentukan dan penanaman tradisi kepada orang lain (Ismail Yahya, 2009: 2) Tradisi Wiwitan merupakan sebuah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan setelah masa panen dan memohon ijin kepada penguasa alam disekitar pesawahan untuk menanami padi disawah sebagai sumber mata pencaharian warga Kampung Pitu. Masyarakat Kampung Pitu meyakini, dengan melakukan Tradisi Wiwitan ini para penguasa alam disekitar pesawahan akan menjaga tanaman padi yang titanam dan menjauhkan dari serangan hama. Tradisi Wiwitan merupakan salah satu dari kesekian banyak Tradisi yang masih dilakukan oleh warga Kampung Pitu (Wawancara Mbah Yatno, 2018). C. Metode Dalam menyusun artikel ini penulis mengumpulkan data dari sejumlah buku dan hasil wawancara dengan Sesepuh adat yaitu Mbah Yatno Rejo dan 5
pengurus Kampung Pitu yaitu Bapak Sugito. Selain melakukan wawancara, penulis juga ikut serta dalam ritual Wiwitan ini secara langsung. II. PEMBAHASAN 1. Wujud Budaya Ide / Gagasan Ritual Wiwitan ini dilaksanakan karena masih adanya kepercayaan dari warga Kampung Pitu bahwa mereka hidup berdampingan dengan alam ghaib, yaitu para penguasa alam disekitar mereka. Ritual Wiwitan ini wajib dilakukan sebelum memulai menanam padi di sawah. 2. Wujud Budaya Tindakan Ada beberapa urutan dalam Tradisi Wiwitan. Berikut ini diantaranya : a. Membuat Ingkung Ingkung adalah daging ayam yang dimasak secara utuh tanpa dipotong. Ayam yang dipakai adalah ayam jawa jantan. Setelah disembelih, ayam di bersihkan bulu dan jerohannya, kemudian direbus dengan air mendidih(wawancara Sugito, 2018). Pembuatan ini biasanya dilakukan pada malam hari sebelum tradisi Wiwitan. Kemudian keesokan harinya ayam dipanggang diatas bara api dan dibumbui rempah rempah. b. Membuat / Menyiapkan Makanan dan Sesaji Ada beberapa Makanan dan Sesaji yang dibutuhkan dalam Tradisi Wiwitan. berikut ini beberapa sejasi yang dibutuhkan : 1. Palawija. Palawija ini berupa singkong, ketela, talas, kacang tanah yang direbus. 2. Ketupat. Ketupat ini seperti ketupat pada umumnya dengan dibungkus janur atau daun dari pohon kelapa yang masih muda. 3. Sambal Jagung. Sambal ini terbuat dari jagung pipil kering yang digoreng tanpa minyak, kemudian ditumbuk dicampur dengan ikan asin, cabai, bawang merah, bawang putih hingga bercampur menjadi sambal. 4. Jadah. Jadah terbuat dari beras ketan yang dimasak dengan parutan kelapa kemudian dilembutkan. 6
5. Nasi. Nasi disini seperti nasi pada umumnya. 6. Gudangan. Gudangan adalah sayuran yang direbus kemudian diberi sambal dari parutan kelapa. Biasanya menggunakan sayur bayam dan dayur kangkung. 7. Abon-abon. Sesaji ini berupa daun sirih, gambir, tembakau dan injet / kapur. Orang jawa dimasa dahulu menggunakan abon-abon ini untuk nginang(wawancara Mbah Yatno, 2018). 8. Kemenyan dan bunga. Kemenyan yang dipakai adalah kemenyan batangan dan bunga yang dipakai adalah bunga telon. Yaitu bunga mawar, bunga melati dan bunga kantil. Ada syarat kusus saat membeli bunga, yaitu tidak boleh ditawar dan tidak boleh beli dua kali atau lebih(wawancara Mbah Yatno, 2018). 9. Rokok. Rokok juga dipakai sebagai sesaji dan tidak memandang merek. c. Ritual Wiwitan Dalam ritual ini dipimpin oleh sesepuh adat yaitu Mbah Yatno. Dimulai dengan membakar kemenyan kemudian Mbah Yatno memanjatkan Doa. Ritual ini dilakukan di pesawahan yang akan ditanami padi. d. Membagikan Makanan Setelah doa selesai, ingkung dan makanan dimakan bersama di pesawahan tersebut. Dan ritual pun selesai 3. Wujud Budaya Fisik a. Ritual Tradisi Wiwitan Gambar 1. Ritual Tradisi Wiwitan dipimpin oleh sesepuh adat Kampung Pitu. (Foto : M.Ali, 2018) 7
b. Makanan dan Sesaji Gambar 2. Makanan dan Sesaji. (Foto : M.Ali, 2018) Gambar 3. Sesepuh Adat membakar kemenyan. (Foto : Ganessa Sandro C P, 2018) Gambar 4. Sesepuh Adat menyiapkan makanan dan sesaji. (Foto : Ganessa Sandro C P, 2018) 8
KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dari hasil pembahasan mengenai tradisi Wiwitan di Kampung Pitu, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dapat dikesimpulan bahwa petani di Kampung Pitu masih melestarikan tradisi Wiwitan. Mereka memiliki persepsi bahwa tradisi Wiwitan adalah bagian dari warisan budaya leluhur yang harus terus terjaga kelestariannya dan didalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang dapat kita ambil untuk kehidupan sehari-hari. Dari kesimpulan diatas, maka Kampung Pitu dan Tradisi Wiwitan bias dijadikan sebagai obyek film dokumenter yang bertemakan mitos, adat dan kebudayaan. 9
DAFTAR PUSTAKA Buku : Bratawijawa, Thomas Wiyasa. 2000.Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Yahya, Ismail. 2009. Adat-Adat Jawa Dalam Bulan-Bulan Islam. Jakarta: Inti Media. Narasumber : Mbah Yatno Rejo. Kampung Pitu. Bapak Sugito. Kampung Pitu 10