Tahun 2015 I N D O N E S I A C O R R U P T I O N W A T C H J A K A R T A

dokumen-dokumen yang mirip
TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017

Trend Pemberantasan Korupsi 2013

Tren Pemberantasan Korupsi Divisi Investigasi Dan Publikasi

K I N E R J A P E N A N G A N A N K A S U S K O R U P S I S E M E S T E R I I N D O N E S I A C O R R U P T I O N WAT C H J A K A R TA

Tren Korupsi Semester 1 Tahun Korupsi Daerah Makin Mengkhawatirkan-

Satu Dasawarsa Pemberantasan Korupsi Pendidikan, Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch Jakarta, 29 Agustus 2013

TREN PENINDAKAN KASUS KORUPSI TAHUN Jakarta Senin, 19 Februari 2017

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

MONITORING PERADILAN DI ACEH SELAMA TAHUN Lhokseumawe, 26 Desember 2011

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

PERAN SERTA MASYARAKAT

Tren Korupsi Kesehatan

Tren Korupsi Kesehatan Periode

BAB 1 PENDAHULUAN. komponen bangsa. Hal tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

Yang Terhormat: 1. Menteri Kelautan RI / Eselon 1 di KKP. 2. Kepala Staf Kantor Kepresidenan. 3. Ketua Satgas IUU Fishing

LSM: ADA GEJALA KORUPSI DALAM PEMILUKADA DKI

Temuan Survei Pandangan Masyarakat terhadap Keberadaan KPK dalam pemberantasan Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Korupsi Sumber Daya Alam Bakoel Coffee, 25 Mei Tama S. Langkun Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan

KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Jl. Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp , , Fax.

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Pemberantasan Korupsi di Sektor Kehutanan dan Perkebunan

Bagaimana Cara Memberantas Korupsi?

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Hukum Berhenti di Kepala Daerah Oleh: Adnan Topan Husodo

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

Babak Baru Mafia Pajak?

PBJ, KORUPSI & REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp , , Fax

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 27 Oktober Indeks

RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 18 Oktober Indeks

Gila! Golkar Calonkan Ketua DPR yang Terkait Banyak Kasus Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 November Indeks

Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi

Data Penyelesaian Laporan Masyarakat Triwulan II Tahun (Periode 1 April Juni 2017)

TREND CORRUPTION REPORT

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

Prof. Himawan Adinegoro. (Deputy Monev & Pengembangan Sistem Informasi)

BAB I PENDAHULUAN. optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya berbagai kasus fraud yang akhir-akhir ini terjadi di hampir

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 17 Oktober Indeks

Data Penyelesaian Laporan Masyarakat Triwulan I Tahun (Periode 1 Jan Maret 2017)

MEKANISME KOORDINASI PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Wewenang Penahanan Berujung OTT

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPATKOMISI III DPR RI DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

Revisi UU KPK Antara Melemahkan Dan Memperkuat Kinerja KPK Oleh : Ahmad Jazuli *

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - TAHUN ANGGARAN TRIWULAN III

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi:

BAB I PENDAHULUAN. PT Indosat, Tbk dan anak perusahannya, Indosat Mega Media (IM2),

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

MENGENAL LEBIH JAUH TENTANG GRATIFIKASI, SEBAGAI AWAL DARI KORUPSI. Oleh : Ennoch Sindang Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK, Kementerian Keuangan

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

Jaksa Siap Periksa Dan Adoe Dalam Kasus Pembebasan Lahan

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang baik, perlu ada peran serta pihak-pihak seperti: stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

KIP dan Gerakan Antikorupsi. Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW

kenyataannya pungli masih banyak terjadi di Indonesia salah satunya kota

BAB 4 ANALISA KASUS. Lihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta tertanggal 27 Mei 2008, No. 06/Pid/Prap/2008/PN Jkt-Sel

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PENCEGAHAN KORUPSI PADA PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCANGAN

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 Oktober Indeks

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB II IDENTIFIKASI DATA

CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM

TERDAKWA KASUS KORUPSI DANA BANSOS DITUNTUT 4 TAHUN 6 BULAN PENJARA

I. PENDAHULUAN. Korupsi di Indonesia kini sudah kronis dan mengakar dalam setiap sendi kehidupan.

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Reformasi di Indonesia dari Zaman orde baru telah mendorong terciptanya

Korupsi Pemilu Legislatif 2014 Pemantauan Atas Politik Uang, Politisasi Birokrasi dan Penggunaan Sumber Daya Negara Dalam Pemilu 2014

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG

DEPARTEMEN KRIMINOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA. Kuesioner Penelitian

BADAN PUSAT STATISTIK

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS

Dugaan Suap Jaksa Periksa Sistoyo, Kejaksaan tidak Temukan Keterlibatan Jaksa Lain

Grafik 1 Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Cara Penyampaian

Transkripsi:

TREN PENANGANAN K ASUS KORUPSI Tahun 2015 I N D O N E S I A C O R R U P T I O N W A T C H J A K A R T A

TUJUAN Melakukan pemetaan atas kasus korupsi yang disidik oleh Aparat Penegak Hukum pada tahun 2015, meliputi : jumlah kasus korupsi, total nilai kerugian negara, jumlah tersangka, modus yang dilakukan, sektor korupsi terjadi, jabatan pelaku. Monitoring dan menganalisis kinerja Aparat Penegak Hukum dalam menyidik Kasus korupsi tahun 2010 hingga 2014.

METODOLOGI Melakukan pemantauan kasus korupsi di tingkat penyidikan yang sudah ada penetapan tersangka. Kasus korupsi yang telah diungkap ke publik oleh penegak hukum, baik melalui website resmi atau melalui media massa. Melakukan tabulasi atas kasus kasus yang terungkap ke publik dan terpantau oleh ICW. Membandingkan statistik jumlah kasus dan kerugian negara serta penyuapan berdasarkan tahun. Melakukan analisis deskriptif atas kinerja penyidikan Kasus korupsi.

SUMBER DATA & WAKTU PEMANTAUAN Website resmi Institusi Penegak Hukum Media Online dan Cetak Periode : 1 Juli 31 Desember

BAGAN SUMBER DATA TREN PENINDAKAN KASUS KORUPSI Kasus Korupsi Tahap Penuntutan Kasus Korupsi Kasus Korupsi Kasus Korupsi Tahap Penyelidikan Tahap Penyidikan dan penetapan tersangka Kasus Korupsi yang diumumkan publik melalui situs resmi atau media massa Kasus korupsi yang belum atau tidak diumumkan ke publik Kasus terpantau oleh ICW dan CSO Anti Korupsi Kasus belum terpantau oleh ICW dan CSO Anti Korupsi Tren Penindakan Kasus Korupsi

TEMUAN

S I S T E M A T I K A P E N Y A J I A N T E M U A N : 1. Profil Kasus Korupsi 2015 yang Masuk Tahap Penyidikan Dan Penetapan Tersangka II. Tren Penindakan Kasus Korupsi 2010-2015 III. Kinerja Penyidikan Kasus Korupsi APH

PROFIL KASUS KORUPSI TAHAP PENYIDIKAN SELAMA TAHUN 2015 Keterangan Semester I Semester II TOTAL Jumlah Kasus 308 242 550 Jumlah Tersangka 590 534 1.124 Nilai Kerugian Negara (Miliar Rupiah) Nilai Suap (Miliar Rupiah) 1.230 1.820 3.107,7 468 32 450,5 Jumlah kasus menurun pada semester 2, namun nilai kerugian negara cenderung meningka Penegak Hukum banyak menangani kasus yang nilai kerugian negaranya besar pada seme

PENANGANAN KASUS KORUPSI BERDASARKAN APARAT PENEGAK HUKUM TAHUN 2015 Nilai Kerugian Negara Rp 1,1 triliun Nilai Suap Rp 23,5 miliar [CATEGORY NAME]; [VALUE] kasus [CATEGORY NAME]; [VALUE] kasus [CATEGORY NAME]; [VALUE] kasus Nilai Kerugian Negara Rp 722,6 miliar Nilai Suap Rp 424 miliar Nilai Kerugian Negara Rp 1,2 triliun Nilai Suap Rp 2,95 miliar Kejaksaan pada tahun 2015 menangani sebanyak 369 atau sekitar 67,4 persen kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dengan total nilai kerugian negara yang berhasil dihitung sebanyak Rp 1,2 triliun. Kepolisian pada tahun 2015 hanya menangani sebanyak 151 atau sekitar 27 persen dari total keseluruhan kasus korupsi yang ditangani oleh APH. KPK pada tahun 2015 menangani sebbanyak 30 atau sekitar 5 persen kasus korupsi di Indonesia. Upaya yang dilakukan oleh DPR dengan memangkas kewenangan KPK terkait dengan penyadapan dapat dibantahkan dengan melihat bahwa selama ini kerja kerja KPK lebih efektif ketika Operasi Tangkap Tangan (OTT). Hal ini dapat dilihat bahwa nilai suap yang dapat diungkap oleh KPK lebih besar dibandingkan penegak

KETERANGAN JUMLAH KASUS NILAI KERUGIAN NEGARA (Miliar Rupiah) Penggelapan 107 412,4 Penyalahgunaan Anggaran 134 803,3 Mark Up 104 455 Penyalahgunaan Wewenang Kegiatan / Proyek Fiktif 102 991,8 20 94,9 Mark Down 5 1,7 Laporan Fiktif 29 280,2 NILAI SUAP (Miliar Rupiah) Suap / Gratifikasi 24 612,2 Penyunatan / Pemotongan 15 12,3 Pemerasan 6 54,6 Anggaran Ganda 1 0,14 Pungutan Liar 3 0,12 TOTAL 550 3.107 612,2 K A S U S K O R U P S I Y A N G M A S U K T A H A P P E N Y I D I K A N P A D A T A H U N 2015 B E R D A S A R K A N M O D U S Modus kasus paling banyak adalah penyalahgunaan anggaran sekitar 24 persen atau sebanyak 134 kasus dengan nilai total kerugian negara sebesar Rp 803,3 miliar. Salah satu kasus yang terjadi adalah korupsi dana bansos yang dilakukan oleh Herliyan Saleh selaku Bupati Bengkalis. Ia merugikan negara sekitar Rp 29 miliar.

KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN PADA TAHUN 2015 BERDASARKAN SEKTOR (5 TERBANYAK) 120 105 100 80 60 40 20 Rp 385,5 miliar 71 Rp 185 miliar 54 50 Rp 199 miliar Rp 639,8 miliar 41 Rp 143,3 miliar 0 Korupsi lebih banyak terjadi di sektor keuangan daerah dengan 105 kasus korupsi dan menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 385,5 miliar. Sektor pelayanan publik pada tahun 2015 menjadi sektor yang paling rentan untuk dikorupsi. Hal ini terbukti ketika korupsi terjadi di sektor pendidikan, transportasi dan kesehatan masuk dalam kategori 5 (lima) terbanyak.

KETERANGAN JUMLAH Kasus NILAI KERUGIAN NEGARA (Miliar Rupiah) NILAI SUAP (Miliar Rupiah) K A S U S K O R U P S I Y A N G M A S U K T A H A P P E N Y I D I K A N P A D A T A H U N 2 0 1 5 B E R D A S A R K A N P R O V I N S I ( 1 0 T E R B E S A R ) Jawa Timur 54 332,3 2,4 Sumatera Utara 43 206,9 0,5 Jawa Barat 32 72,1 NTT 30 26,9 Jawa Tengah 28 98 0,05 Riau 22 323,3 2,8 Lampung 22 14,9 Jawa Timur adalah provinsi yang paling banyak kasus korupsi yang disidik, sebanyak 54 kasus dengan nilai kerugian negara sebesar Rp 332,3 miliar. Kasus korupsi banyak disidik di Pulau Sumatera. Dari 10 Provinsi, sebanyak 5 Provinsi masuk dalam kategori Provinsi terbanyak yang disidik terkait dengan kasus korupsi. Sulawesi Selatan 21 94,2 22,5 Sumatera Selatan 20 41,2 4,8 Sumatera Barat 19 45,2 *Tabel ini tidak menunjukan peringkat korupsi provinsi

JABATAN TERSANGKA KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN TAHUN 2015 (5 JABATAN TERBANYAK) 200 167 98 100 48 31 25 0 Pejabat atau pegawai Pemda/ Kementerian Direktur, komisaris, konsultan, dan pegawai swasta Kepala dinas Anggota DPR / DPRD / DPD Kepala desa, Camat, Lurah Aktor yang paling banyak ditindak pada tahun 2015 adalah pejabat atau pegawai pemda / kementerian sebanyak 379 orang. Aktor yang paling banyak setelah pegawai pemda adalah direktur, komisaris, konsultan dan pegawai swasta sebanyak 195 orang.

TREN PENYIDIKAN KASUS KORUPSI 2010-2015

TOTAL KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN 2010-2015 Tahun Jumlah Kasus Jumlah Tersangka Nilai Kerugian Negara (Miliar Rupiah) Nilai Suap (Miliar Rupiah) 2010 453 1.007 4.996,7 27,7 2011 448 1.090 2.247,2 19,5 2012 402 895 9.747,3 37,9 2013 560 1.282 6.011,2 389,4 2014 629 1.335 7.183,4 74,4 2015 550 1.124 3.107,7 450,5 TOTAL 3.042 6.733 33.293,8 999,6 Total kasus korupsi yang berhasil dipantau oleh ICW dan masuk dalam tahap penyidikan selama tahun 2010 hingga 2015 sebanyak 3.042 kasus dengan total tersangka sebanyak 6.733 orang. Sedangkan total nilai kerugian negara yang ditimbulkan sebesar Rp 33,2 triliun dan nilai suap sebesar 999,6 miliar. Adanya penurunan penanganan kasus korupsi pada tahun 2012 dan 2015. Khusus tahun 2015, penurunan diduga disebabkan karena kriminalisasi yang terjadi di KPKi

TREN JUMLAH DAN KERUGIAN NEGARA KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN SELAMA 2010 2015 BERDASARKAN TAHUN 700 629 12,000 600 9,747 560 550 10,000 500 400 300 200 100 453 448 4,996 2,247 402 6,011 7,183 3,107 8,000 6,000 4,000 2,000-2010 2011 2012 2013 2014 2015 - Jumlah Perkara Nilai Kerugian Negara (miliar) Terdapat tren meningkat dalam jumlah kasus korupsi tiap tahunnya. Tidak terdapat tren (menurun atau meningkat) dalam aspek jumlah kerugian negara. Hal ini menunjukan penegak hukum banyak menangani Kasus korupsi yang kualitas sedang dan rendah (middle lower). Seharusnya APH meampu menyidik kasus big fish dengan kerugian negara besar dan aktor pejabat tinggi seperti anggota DPR, mantan menteri dan

KETERANGAN JUMLAH KASUS NILAI KERUGIAN NEGARA NILAI SUAP Penggelapan 878 17.773 3,6 Penyalahgunaan Anggaran 622 4.297 0,8 Mark Up 596 3.264 381 Penyalahgunaan Wewenang Kegiatan / Proyek Fiktif 228 4.634 194 1.218 2 Mark Down 19 133 - Laporan Fiktif 176 924 - Suap / Gratifikasi 144 612,2 Penyunatan / Pemotongan 90 115,5 - Pemerasan 13 56,4 - Anggaran Ganda 12 15,9 - Pungutan Liar 46 133,3 - TOTAL 3.042 33.293 999,6 T O T A L K A S U S K O R U P S I B E R D A S A R K A N M O D U S Y A N G M A S U K T A H A P P E N Y I D I K A N P A D A 2 0 1 0 H I N G G A 2015 Modus yang sering dilakukan selama 2010 hingga 2015 adalah penggelapan dengan total kasus sebanyak 878 atau sekitar 28 persen. Kerugian negara yang ditimbulkan sebesar Rp 17,7 triliun. Salah satu modus penggelapan yang nilai kerugian negara paling besar adalah Korupsi penggunaan jaringan 3G frekuensi radio 2,1 GHz sebesar Rp 1,3 triliun. Terpidana korupsi jaringan 3G adalah Indar Atmanto selaku Dirut IM2.

TREN KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN BERDASARKAN MODUS SEL AMA 2010 HINGGA 2015 (5 TERATAS) 250 200 183 204 168 150 100 50 0 106 107 110 Penggelapan 115 115 82 83 60 Penyalahgunaan Anggaran 134 124 107 108104 91 95 102 Mark Up 19 9 Penyalahgunaan Wewenang2 30 37 31 29 7 60 55 23 20 Kegiatan / Proyek Fiktif 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1. Tren modus Penggelapan cenderung naik 2. Tren modus Penyalahgunaan anggaran mulai naik signifikan 3. Tren modus Mark Up cenderung stagnan 4. Tren modus Penyalahgunaan Wewenang naik signifikan 5. Tren modus Kegiatan / Proyek Fiktif cenderung menurun

KETERANGAN JUMLAH KASUS NILAI KERUGIAN NEGARA (Miliar Rupiah) NILAI SUAP (Miliar Rupiah) T O T A L K A S U S K O R U P S I Y A N G M A S U K T A H A P P E N Y I D I K A N P A D A T A H U N 2 0 1 0 H I N G G A 2 0 1 5 B E R D A S A R K A N P R O V I N S I ( 1 0 T E R B E S A R ) Sumatera Utara 236 2.090 3,2 Jawa Timur 216 934,3 8 Jawa Tengah 190 716,6 1,9 Sulawesi Selatan 168 560,2 248 Jawa Barat 155 740,4 56 Riau 132 3.935 40,8 NTT 131 347 Aceh 130 1.743 0,3 Jambi 110 289,9 0,255 Sumatera barat 92 258,6 Korupsi paling banyak disidik di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 236 kasus dengan nilai kerugian negara yang ditimbulkan sebesar Rp 2.09 triliun. Meski APH Sumut banyak menyidik kasus korupsi namun kasus korupsi yang mangkrak justru banyak di provinsi ini

TREN KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN PADA TAHUN 2010 HINGGA 2015 BERDASARKAN PROVINSI (5 TERATAS) 100 50 51 23 58 54 43 42 43 44 33 35 35 37 28 27 27 28 23 11 20 14 14 39 32 36 62 24 26 16 19 21 0 Sumatera Utara Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Sulawesi Selatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1. Tren kasus korupsi di Sumatera utara cenderung naik. 2. Tren kasus korupsi di Jawa Timur naik signifikan. 3. Tren kasus korupsi di Jawa Tengah naik signifikan. 4. Tren kasus korupsi di Jawa Barat naik signifikan. 5. Tren kasus korupsi di Sulawesi Selatan menurun signifkan *Catatan : Statistik ini tidak menunjukan bahwa daerah paling

KETERANGAN JUMLAH KASUS NILAI KERUGIAN NEGARA (Miliar Rupiah) NILAI SUAP (Miliar Rupiah) Keuangan Daerah 754 5.001 95,6 Pendidikan 368 1.302,3 386,6 Sosial Kemasyarakatan 291 2.164 - Transportasi 219 733,9 11 Kesehatan 202 975,4 - Pertanian / Perkebunan 115 581,3 - Pertanahan 109 671,7 1,1 Pengairan 99 1.125,5 1,9 Pemerintahan 90 197 395,9 Energi dan Listrik 80 875,3 13,8 T O T A L K A S U S K O R U P S I 2010 H I N G G A 2 0 1 5 B E R D A S A R K A N S E K T O R ( 1 0 T E R B E S A R ) Korupsi paling banyak disidik APH dalam periode ini adalah kasus korupsi di sektor keuangan daerah yakni, sebanyak 754 kasus atau sekitar 24 persen dari total keseluruhan. Kerugian negara yang ditimbulkan sebesar Rp 5 triliun. Sementara, sektor pelayanan publik (Pendidikan, Sosial Kemasyarakatan, Transportasi dan Kesehatan) masih menjadi sektor yang paling banyak dikorupsi selama 2010 hingga 2015. Kasus yang terjadi pada sektor pelayanan publik sebanyak 1.080 kasus atau

TREN KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN BERDASARKAN SEKTOR TAHUN 2010 HINGGA 2015 (5 SEKTOR TERATAS) 400 300 200 100 19 28 25 46 43 41 181 142 114 113 99 105 77 78 71 50 43 49 49 45 38 61 48 50 50 54 33 25 27 30 0 Kesehatan Keuangan Daerah Pendidikan Sosial Kemasyarakatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Transportasi 1. Kasus korupsi pada sektor kesehatan cenderung naik 2. Kasus korupsi pada sektor Keuangan Daerah cenderung naik 3. Kasus korupsi pada sektor pendidikan naik signifikan 4. Kasus korupsi pada sektor Sosial Kemasyarakan stagnan 5. Kasus korupsi pada sektor Transportasi naik signifikan.

T O T A L K A S U S K O R U P S I Y A N G M A S U K T A H A P P E N Y I D I K A N 2010-2 0 1 5 B E R D A S A R K A N A P A R A T P E N E G A K H U K U M Tahun Kejaksaa n Kepolisia n KPK Tidak Diketahu i TOTAL 2010 370 45 35 3 453 2011 306 85 19 38 448 2012 248 123 12 19 402 2013 371 155 27 7 560 2014 460 127 33 9 629 2015 369 151 30 0 550 TOTAL 2.124 686 156 76 3.042 Total kasus korupsi yang ditangani Kejaksaan sebanyak 2.124 kasus atau sekitar 69 persen lebih banyak dari Kepolisian dan KPK. Nilai kerugian negara yang berhasil dihitung sebesar Rp 13,9 triliun. Total kasus korupsi yang ditangani KPK sebanyak 156 kasus atau sekitar 5 persen. Namun nilai kerugian negara yang berhasil dihitung sebesar Rp 13,2 triliun hamper setara dengan nilai kerugian negara yang berhasil dihitung oleh Kejaksaan.

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI YANG MASUK TAHAP PENYIDIKAN BERDASARKAN APARAT PENEGAK HUKUM TAHUN 2010 HINGGA 2015 500 460 400 300 374 371 306 253 371 200 100-155 149 118 127 85 41 35 19 38 12 27 34 30 3 19 7 9 Kejaksaan Kepolisian KPK Tidak Diketahui 2010 2011 2012 2013 2014 2015 0 Tren penanganan perkara korupsi yang dilakukan oleh Kejaksaan cenderung meningkat mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2015. Tren penanganan perkara korupsi yang dilakukan oleh Kepolisian cenderung meningkat mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2015. Tren penanganan perkara korupsi yang dilakukan oleh KPK cenderung stagnan milai dari tahun 2010 hingga tahun 2015

KINERJA PENYIDIKAN KASUS KORUPSI APH SELAMA TAHUN 2010 HINGGA 2014 KETERANGAN JUMLAH KASUS JUMLAH NILAI KERUGIAN NEGARA (Miliar Rupiah) JUMLAH NILAI SUAP (Miliar Rupiah) Ada perkembangan 1.940 24.512,8 520,4 Belum ada perkembangan 410 4.309 3,5 Tidak ada informasi 142 1.364,2 25,1 TOTAL 2.492 30.186 549,1 Total kasus yang berhasil dipantau oleh ICW selama tahun 2010 hingga 2014 sebanyak 2.492 kasus dengan total nilai kerugian negara sebesar Rp 30 triliun dan nilai suap sebesar Rp 549 miliar. Ada sekitar 552 kasus atau sekitar 22 persen yang tidak jelas perkembangannya, apakah sudah masuk tahap penuntutan atau masih dalam proses penyidikan.

Perkembangan Semester 1 Perkembangan Semester 2 Kasus korupsi pada semester 1 2015 : 308 kasus baru masuk penyidikan Kasus korupsi pada semester 2 2015 : TOTAL KASUS KORUPSI 242 kasus baru masuk penyidikan YANG MASUK TAHAP Ada Ada perkembangan : perkembangan : 627 1.313 PENYIDIKAN PERIODE Belum ada Belum ada 2010 Bejana perkembangan : perkembangan : 624 718 penyidikan semester 2015 : II/2015 Tidak ada Tidak ada informasi : informasi : 555 Kasus yang 2.492 sudah ada perkembangan Bejana penyidikan semester 142 Kasus yang sudah ada perkembangan I/2015 Dari 1.179 kasus yang mangkrak (belum ada perkembangan dan tidak 627 ada informasi 1.313 perkembangan) pada semester 1 2015 jumlahnya berkurang dari 1.179 kasus menjadi 652 kasus pada semester 2 2015 atau 55,3 persen dari total kasus mangkrak tersebut. Inilah kinerja penyidikan kasus korupsi APH (Kepolisian, Kejaksaan dan KPK) selama semester 2

MONITORING KINERJA PENANGANAN KASUS KORUPSI SELAMA TAHUN 2010 HINGGA 2014 BERDASARKAN APH PEMANTAUAN SEMESTER 1 2015 PEMANTAUAN SEMESTER 2 2015 Ada Perkembangan Belum Ada Perkembangan TOTAL KASUS : 1.313 Ada Perkembang an Kinerja penyidikan Kasus Korupsi tahun 2010-2014 sebanyak 2.492 kasus Kejaksaan : 934 Kepolisian : 271 KPK : 72 Tidak diketahui : 36 TOTAL KASUS : 624 Belum ada Perkembang an Kejaksaan : 464 Kepolisian : 136 KPK : 14 Tidak diketahui : 10 TOTAL KASUS : 214 TOTAL KASUS : 410 Ada Belum Ada Perkemban Perkemban gan gan Kejaksaan : 153 Kejaksaan : 311 Kepolisian : 48 Kepolisian : 88 KPK : 12 KPK : 2 Tidak diketahui : Tidak diketahui : 1 9 Kejaksaan : 1.378 Kepolisian : 393 KPK : 122 Tidak diketahui : 47 TOTAL : 1.940 Tidak Ada Informasi Kejaksaan : 311 Kepolisian : 88 KPK : 2 Tidak diketahui : 9 TOTAL : 410 Kejaksaan : 80 Kepolisian : 40 KPK : 2 Tidak diketahui : 20 TOTAL KASUS : 413 TOTAL KASUS : 142 TOTAL : 142 Tidak ada informasi TOTAL KASUS : 555 Kejaksaan : 371 Kepolisian :114 KPK : 40 Tidak diketahui : 30 Ada Perkembang an Kejaksaan : 291 Kepolisian : 74 KPK : 38 Tidak diketahui : 10 Tidak ada informasi Kejaksaan : 80 Kepolisian : 40 KPK : 2 Tidak diketahui :

5 K E J A T I Y A N G M E N A N G A N I K A S U S K O R U P S I T I D A K J E L A S P E R K E M B A N G A N N Y A P A D A S E M E S T E R I I 2 0 1 5 : No. Keterangan Jumlah Kasus Nilai Kerugian Negara (Miliar Rupiah) 1. Kejati Sulselbar masih memiliki 35 kasus korupsi yang masuk tahap penyidikan namun tidak memiliki 1. Kejati Sulawesi Selatan 35 32,9 informasi perkembangan perkara (masuk tahap penuntutan). Kerugian 2. Kejati Sumatera Utara 21 1.019,9 negara dari kasus ini sekitar Rp 32,9 miliar. 3. Kejati Jawa Barat 20 203 2. Urutan kedua adalah Kejati Sumut yang memiliki tunggakan perkara 4. Kejati Jawa Timur 20 31 sebanyak 21 kasus dengan kerugian negara Rp 1 triliun 5. Kejati Jawa Tengah 20 115,9 3. Urutan ketiga sampai kelima diikuti oleh Kejati Jabar, Jatim dan Jateng masing-masing dengan 20 tunggakan kasus. Kerugian negara dari kasus bervariasi masing-masing

5 P O L D A Y A N G M E N A N G A N I K A S U S K O R U P S I T I D A K J E L A S P E R K E M B A N G A N N Y A P E R K E M B A N G A N N Y A P A D A S E M E S T E R I I 2 0 1 5 No. Keterangan Jumlah Kasus 1. Polda Jawa Timur Nilai Kerugian Negara (Miliar Rupiah) 11 5,8 2. Polda Aceh 10 33,8 3. Polda Sulawesi Selatan 4. Polda Jawa Barat 9 6,4 7 10,4 5. Polda Papua 7 4,7 Polda Jatim memiliki tunggakan perkara paling banyak yakni sekitar 11 kasus kemudian diikuti oleh Polda Aceh, Sulselbar, Jabar dan Papua masing-masing berturut adalah 10, 9, 7, dan 7 kasus. Kerugian negara atas kasus ini paling tinggi dimiliki oleh polda Aceh sebesar Rp 33,8 miliar. Kemudian diikuti oleh Polda Jabar Rp 10,4 miliar.

KESIMPULAN 1. Jumlah kasus korupsi yang masuk tahap penyidikan selalu meningkat tiap tahunnya kecuali di tahun 2015 yang menurun meskipun jumlahnya tidak signifikan. 2. Meskipun jumlah kasus yang disidik meningkat namun ada kecenderungan juga kualitas menurun terutama jika dilihat dari aktor/ pelaku yang terjerat maupun dari jumlah kerugian negara yang ditimbulkan. 3. Penindakan kasus korupsi masih menyasar pelaku (tersangka) dari jabatan menengah bawah (middle lower) masih belum banyak menyeret dari pelaku dengan jabatan menengah atas (middle upper) seperti mantan menteri, anggota DPR/Parpol, pengusaha nasional atau mantan pejabat negara. Sedangkan dari menurunnya kerugian negara karena dipengaruhi faktor pelemahan KPK. KPK selama ini menyumbang 1/3 total kerugian negara. 4. Modus kasus korupsi terbanyak pada tahun 2015 adalah kasus dengan modus penyalahagunaan anggaran. Namun, dari total kasus 2010-2015 modus terbanyak adalah penggelapan sebanyak 878 kasus dengan kerugian negara Rp 17,8 triliun. Kasus dengan tren penggelapan cenderung naik begitu juga dengan penyalahgunaan anggaran juga cenderung naik. Yang menarik adalah naiknya kasus korupsi dengan penyalahgunaan kewenangan. Modus ini mengalami kenaikan jauh lebih tajam dibanding dengan modus korupsi lainnya.

KESIMPULAN 4. Jatim merupakan provinsi dimana APH nya menyidik kasus korupsi terbanyak pada tahun 2015. APH diprovinsi menyidik 54 kasus korupsi dengn kerugian negara Rp 332,3 miliar pada tahun ini. Namun, berasarkan total kasus yang disidik APH dari 2010-2015, APH di Jatim menempati urutan kedua dalam menanganani banyaknya kasus korupsi. Jatim menyidik 216 kasus dengan kerugian negara Rp 934,3 miliar. Sementara, APH provinsi terbanyak menyidik kasus korupsi pada periode 2010-2015 adalah Sumut dengan jumlah kasus 236 dan kerugian negara Rp 2 triliun. Sementara itu terdapat tren cenderung naik di provinsi sumatera utara dan menaik signigikan di Jatim untuk pengamatan pertahun. 5. Sektor keuangan daerah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam kasus korupsi yang disidik APH pada tahun 2015. Pada tahun ini, terdapat 105 kasus korupsi dengan kerugian negara Rp 385,5 miliar yang terdapat pada sektor ini dan disidik oleh APH. Pola yang sama juga terjadi dalam total kasus yang ditangani penyidik dalam periode 2010-2015 dimana Keuangan Daerah merupakan sektor penyumbang kasus terbesar. Pendidikan adalah sektor kedua terbanyak menyumbang kasus korupsi tersebesar dengan total kasus 368 kasus dan kerugian negara Rp 1,3 triliun. Sementara analisis tren pertahun diketahui bahwa penyidikan

KESIMPULAN 6. Hasil pemantauan semester I 2015 terdapat 1.179 kasus yang mangkrak pada tahap penyidikan. Jumlahnya berkurang menjadi 652 kasus pada semester 2. Dengan demikian, presentase kasus mangkrak adalah 55,3 persen. Dengan demikian kinerja APH (Kepolisian, Kejaksaan dan KPK) dalam menuntaskan kasus kourpsi selama semester 2 2015 baru sekitar 44,7 persen (100 persen-55,3 persen). APH masih memliki banyak tunggakan perkara korupsi yang harus dinaikkan statusnya dari penyidikan ke penuntutan.

TERIMAKASIH