HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI, AKTIFITAS FISIK, DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA POLISI DI POLRESTA PONTIANAK 1 2 2 Sally Mustika Sarifah, Indah Budiastutik dan Andri Dwi Hernawan, SKM, M.Kes (Epid) 1 2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak, 2014. mail : salymustika@yahoo.com Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak ABSTRAK Hipertensi Penyakit terbanyak di Kota Pontianak pada tahun 2010 sebesar 28,083%, tahun 2011 sebesar 29,389%, dan pada tahun 2012 hipertensi sebesar 27,281%. Menurut data RS. Bhayangkara jumlah kejadian sebesar 54 orang sedangkan di Polsek Sanggau terdapat 35 orang yang mengalami hipertensi sehingga, dari data tersebut polisi yang mengalami hipertensi paling tinggi terdapat di Polreta Pontianak. Hasil surve pendahuluan pada 15 orang polisi di Polresta Pontianak dengan melakukan pengukuran tekanan darah diperoleh polisi yang Hipertensi sebanyak 5 orang (33%), yang pra-hipertensi sebanyak 6 orang (40%) orang sedangkan yang normal sebanyak 4 orang (27%). Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi, aktifitas fisik, dan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pada polisi Polresta di Pontianak. Jenis penelitian observasional analitik penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional). Jumlah Sampel yang digunakan berjumlah 79 sampel. Uji yang digunakan adalah uji Chi Square dengan taraf signifikan 95%. Berdasarkan analisis bivariat dapat disimpulkan sebagai berikut : Ada hubungan antara asupan natrium (p= 0,000), asupan lemak (0,004), asupan serat (p=0,009), asupan gula (p=0,000), aktivitas fisik (p=0,000), merokok (p=0,037), lama tidur (p=0,001) Polresta Pontianak dan tidak ada hubungan antara kopi (p= 0,106) Polresta Pontianak Diharapkan pihak Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Polresta Pontianak untuk dapat berkerja sama dengan melakukan penyuluhan mengenai pencegahan hipertensi dan bagi polisi polresta Pontianak untuk selalu berprilaku hidup sehat seperti selalu makan-makanan beragam dan seimbang, selalu berolahraga secara rutin, tidak merokok dan mempunyai waktu tidur yang cukup Kata kunci : Asupan Zat Gizi, Aktifitas Fisik, Gaya Hidup, Hipertensi LATAR BELAKANG Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembulu darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat s a m p a i k e j a r i n g a n t u b u h y a n g membutuhkannya (Sustrani, dkk, 2006). Batas normal tekanan darah adalah 120-140 sistolik dan 80-90 mmhg diastolik, sehingga seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah terbaca di atas 140/90 mmgh (JNC7, 2003). Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VII), hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Menurut laporan World Health Organization (WHO), hipertensi merupakan penyebab nomor 1 kematian di dunia. World Health Organization South East Asia Region (WHO SEARO) hipertensi menyebabkan 8 juta orang meninggal setiap tahun diantara penduduk dunia dan hampir 1,5 juta 138 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik
kematian terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2011). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah sangat tinggi, yaitu 31,7 persen dari total penduduk dewasa atau satu di antara 3 penduduk memiliki hipertensi. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, hipertensi masuk kedalam 10 penyakit terbanyak pada urutan ke delapan sebesar 8%, pada pasien rawat jalan di rumah sakit Indonesia pada tahun 2010. Surveilans Terpadu Penyakit di Kalimantan Barat pada tahun 2010, hipertensi masuk kedalam 4 penyakit terbanyak sebesar 13 %, sedangkan pada tahun 2011 hipertensi juga masih menduduki urutan ke 4 penyakit terbanyak di Kalimantan Barat sebesar 10 %. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pontianak menunjukan penyakit hipertensi dalam sepuluh penyakit terbanyak y a n g d i d e r i t a m a s y a r a k a t y a n g mengidentifikasikan adanya beban ganda kesakitan bukan hanya penyakit menular tetapi penyakit tidak menular yaitu hipertensi. Pada 3 tahun terakhir penyakit hipertensi berturut-turut masuk ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak di Kota Pontianak pada tahun 2010 sebesar 28,083%, tahun 2011 sebesar 29,389%, dan pada tahun 2012 hipertensi sebesar 27,281%. Menurut data RS. Bhayangkara jumlah kejadian sebesar 54 orang sedangkan di Polsek Sanggau terdapat 35 orang yang mengalami hipertensi sehingga, dari data tersebut polisi yang mengalami hipertensi paling tinggi terdapat di Polreta Pontianak. Penyebab hipertensi : Hipertensi esensial/primer. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui pasti apa penyebabnya. Faktor yang menyebabkan hipertensi primer yaitu obesitas, merokok, alkohol, stres dan Hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder adalah penyebabnya hipertensi yang diketahui, dikarenakan terjadinya kelainan pada pembulu darah, ginjal, mengalami ngangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), menderita penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme) (Isnawati, dkk, 2009). Pekerjaan yang turut mempengaruhi risiko seseorang terkena hipertensi adalah polisi (Davila dalam Bararah, 2012). Polisi mengalami stres, pola makan yang salah, gaya hidup yang tidak sehat yang dapat menyebabkan polisi memiliki faktor risiko terhadap penyakit hipertensi yang saat ini merupakan penyakit yang bukan hanya, menurunkan produktifitas dan aktifitas tetapi juga menimbulkan kesakitan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi, aktifitas fisik, dan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada polisi di Polresta Potianak METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional atau potong lintang. Cross sectional merupakan suatu penelitian yang mengobservasi dan mencari hubungan antara variabel bebas dan 8 variabel terikat pada saat bersamaan. Variabel bebas pada penelitian ini adalalah asupan natrium, asupan lemak, asupan serat, Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 139
asupan gula, aktifitas fisik (Olahraga), kebiasaan merokok, minum kopi dan lama tidur sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hipertensi. Banyaknya sampel dalam penelitian ini berjumlah 79 responden. Analisis data dalam penelitian ini mencakup analisa univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengambarkan distribusi dan persentase dari variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pada analis bivariat akan dilakukan pengujian data secara statistik untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji melalui uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% dan level signifikan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Asupan Natrium F % Berlebih Cukup 21 58 26,6 73,4 Asupan Lemak Berlebih 33 41,8 Cukup 46 58,2 Asupan Serat cukup 52 65,8 Cukup 27 34,2 Asupan Gula Berlebih 27 34,2 Cukup 52 65,8 Aktifitas fisik olahraga 28 35,4 Olahraga 51 64,6 Merokok Kebiasaan Merokok 64 81,0 Kebiasaan merokok 15 19,0 Kopi Minum Kopi 47 59,5 minum kopi 32 40,5 Lama tidur n % cukup 31 39.2 Cukup 48 60,8 Hipertensi Hipertensi 32 40,5 hipertensi 47 59,5 Total 79 10 WHO menganjurkan konsumsi garam dapur dengan jumlah 6 gram / 2400 mg perhari (Almatsier, 2008). Distribusi frekuensi responden asupan natrium pada polisi di polresta pontianak diperoleh proporsi yang responden dikategorikan mengkonsumsi natrium cukup 58 responden (73,4%). Kebutuhan lemak perhari sebesar 15-30 % dari total kebutuhan energi, kebutuhan tersebut paling banyak 10 persen berasal dari lemak jenuh dan 3-7 persen lemak tidak jenuh dan konsumsi kolesterol kurang dari 300 mg sehari (Depkes RI, 2010). Distribusi frekuensi responden diperoleh proporsi r e s p o n d e n y a n g d i k a t e g o r i k a n mengkonsumsi lemak berlebih 33 responden (41,8 %). Kebutuhan asupan serat perhari yaitu 20-30 gr (Depkes RI, 2010). Distribusi frekuensi responden diperoleh terbanyak proporsi responden terbanyak yang dikategorikan mengkonsumsi serat tidak cukup 52 responden (65,8 %). Konsumsi gula dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 4 sendok makan setiap hari (Azwar, 2002). Distribusi frekuensi responden diperoleh 140 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik
proporsi terbanyak responden dikategorikan yang mengkonsumsi gula cukup 52 responden (65,8 %). Kegiatan latihan fisik sehari-hari yang dilakukan seseorang secara teratur agar dapat memberikan kebugaran jasmani dalam seminggu minimal 30-45 menit menit/3-4 kali seminggu (Depkes RI, 2008). Distribusi Frekuensi Responden diperoleh proporsi terbanyak responden yang dikategorikan berolahraga 51 responden (64,6%). Distribusi frekuensi responden merokok diperoleh proporsi terbanyak responden dikategorikan kebiasaan merokok 64 responden (81,0 %). Orang yang minum kopi 1-2 cangkir per hari meningkatkan risiko hipertensi 4,11 kali lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak diperoleh proporsi responden dikategorikan minum kopi sebesar 47 (59,5 %). Distribusi frekuensi responden diperoleh proporsi responden yang dikategorikan minum kopi sebesar 47 (59,5 %). Tidur adalah memulihkan kestabilan, memulihkan badan dan membantu untuk berpikir lebih baik. Kebutuhan tidur pada orang dewasa yaitu 6-8 jam (Rafknoledge, 2004). Distribusi frekuensi responden diperoleh proporsi responden yang dikategorikan lama tidur sebesar 48 (60,8 %). H i p e r t e n s i a d a l a h s u a t u gangguan pada pembulu darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh Natrium Berlebih Kopi Minum kopi yang membutuhkannya (Sustrani, dkk, 2006). Batas normal tekanan darah adalah 120-140 sistolik dan 80-90 mmhg diastolik, sehingga seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah terbaca diatas 140/90 mmhg (JNC7, 2003). Distribusi frekuensi responden diperoleh proporsi responden terbanyak yang dikategorikan tidak hipertensi sebesar 47 (59,5%). Analisi Bivariat 23 48,9 24 51,1 47 100 Minum 9 28,1 23 71,9 32 100 Kopi Merokok Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok Kategori Hipertensi Hipertensi Hipertensi Total n % n % % 17 81 4 19 21 100 Cukup 15 25,9 43 74,1 58 100 Asupan lemak Berlebih 20 60,6 13 39,4 33 100 Cukup 12 26,1 34 73,9 46 100 Asupan serat cukup 27 51,9 25 48,1 52 100 Cukup 5 18,6 22 81,5 27 100 Asupan gula Berlebih 24 88,9 3 11,1 27 100 Cukup 8 15,4 44 84,6 52 100 Aktifitas fisik 24 85,7 4 14,3 28 100 olahraga Olahraga 8 15,7 43 84,3 51 100 0,106 30 46,9 34 53,1 64 100 0,037 2 13,3 13 86,7 15 100 P value 0,000 0,004 0,009 0,000 0,000 RP CI 95% 3,130 (1,932-5,072) 2,323 (1,329-4,062) 2,804 (1,219-6,451) 5,778 (3,013-11,081) 5,464(2, 841-10,509) 1,740 (0,930-3,254) 3,516 (0,943-13,112) Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 141
Lama tidur cukup Cukup 20 64,5 11 35,5 31 100 12 25 36 75 48 100 PEMBAHASAN 0,001 Hubungan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,000 antara asupan natrium dengan kejadian dengan nilai RP = 3,130 (1,932-5,072), hal ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian hipertensi disebabkan karena asupan natirum berlebih 3,130 kali lebih besar dibandingkan dengan asupan natrium cukup. Responden yang mengalami hipertensi cenderung memiliki asupan natrium berlebih (81%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki asupan natrium cukup (25,9%). Berdasarkan penelitian Irza (2010), ada hubungan antara mengkonsumsi natrium jumlah tinggi dengan hipertensi dengan nilai p value 0,034 dan risiko untuk menderita hipertensi bagi orang yang mengkonsumsi natrium atau garam dalam jumlah yang tinggi adalah 5,6 kali lebih besar dibandingkan. Hubungan antara lemak dengan kejadian hipertensi polisi Polresta Pontianak uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,004 2,581 (1,481-4,496) antara lemak dengan kejadian hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak, dengan nilai RP =2,323 (1,329-4,062), hal ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian hipertensi disebabkan karena asupan lemak berlebih 2,323 kali lebih besar dibandingkan dengan asupan lemak cukup. responden yang mengalami hipertensi cenderung memiliki asupan lemak berlebih (60,6%) dibandingkan dengan responden yang memiliki asupan lemak cukup (26,1%). Hasil penelitian Sugihartono (2007), menunjukan bahwa mengkonsumsi lemak mempunyai risiko hipertensi sebesar 7,72 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsi lemak. Menurut penelitian Johnson, 2007 dalam Aisiyyah (2011) asupan lemak dapat meningkatkan risiko 8,7 kali lebih besar dibandingkan orang yang mengkonsumsi lemak dalam jumlah rendah. Hubungan antara asupan serat dengan kejadian hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,009 antara asupan serat dengan kejadian dengan nilai RP = 2,804 (1,219-6,451) hal ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian hipertensi disebabkan karena asupan serat berlebih 2,804 kali lebih besar dibandingkan dengan asupan serat kurang. Responden yang mengalami hipertensi cenderung memiliki asupan serat tidak cukup (51,9%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki asupan serat cukup (18,6%). Menurut Krisnatuti, (2005) dalam 142 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik
Sarasaty, (2011) serat pangan dapat membantu meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui feces dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui usus kecil. Konsumsi serat sayuran dan buah akan mempercepat rasa kenyang. Keadaan ini dapat mengurangi pemasukan energi dan obesitas, dan akhirnya akan menurunkan risiko hipertensi. Menginggat ada hubungan antara asupan serat dan hipertensi maka diharapkan responden untuk mengkonsumsi serat dengan jumlah yang cukup dikarenakan manfaat serat yang dapat menurunkan resiko berat badan sehingga mengurangi faktor risiko dari hipertensi. Hubungan antara asupan gula dengan kejadian hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,000 antara asupan gula dengan kejadian dengan nilai RP = 5,778 (3,013-11,081), hal ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian hipertensi disebabkan karena asupan gula berlebih 5,778 kali lebih besar dibandingkan dengan asupan gula cukup. Responden yang mengalami hipertensi cenderung memiliki asupan gula berlebih (88,9%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki asupan gula cukup (15,4%). Hubungan antara aktifitas fisik (Olahraga) dengan kejadian hipertensi polisi Polresta Pontianak. uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,000 antara aktivitas fisik dengan kejadian dengan nilai RP = 5,464 (2,841-10,509) hal ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian hipertensi disebabkan karena tidak berolahraga 5,464 kali lebih besar dibandingkan dengan yang berolahraga. Responden yang mengalami hipertensi cenderung tidak berolahraga (85,7%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang berolahraga (15,7%). Penelitian ini sejalan dengan Anggara (2013), ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan berolahraga dengan hipertensi dengan nilai p value 0,000 dan berolah raga tidak teratur memiliki risiko hipertensi, dengan RP sebesar 44,1 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olah raga teratur. Hubungan antara kebiasaan merokok terhadap dengan hipertensi polisi Polresta Pontianak. uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,037 antara merokok dengan kejadian hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak dengan nilai RP = 3,516 (0,943-13,112), hal ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian hipertensi disebabkan karena merokok 3,516 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak merokok. Responden yang mengalami hipertensi cenderung kebiasaan merokok (46,9%) lebih besar dibandingkan dengan yang kebisaan tidak merokok (13,3%). P e n e l i t i a n A n g g a r a ( 2 0 1 3 ) menunjukan kebiasaan merokok dengan hipertensi terdapat ada hubungan, dengan nilai p value 0,000 dan resiko menderita Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 143
hipertensi bagi orang yang menghisap rokok adalah 8,1 kali lebih besar dibandikan orang yang tidak menghisap rokok. Hubungan antara minum kopi terhadap dengan hipertensi polisi Polresta Pontianak. uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,106 (> 0,05) maka disimpulkan tidak ada hubungan antara minum kopi dengan kejadian hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak. Responden yang minum kopi (48,9%) dibandingkan dengan responden yang tidak minum kopi (28,1%). Hubungan antara lama tidur pada Polresta di Pontianak. uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,001 antara lama tidur dengan kejadian hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak dengan nilai RP = 2,581 (1,481-4,496) hal ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian hipertensi disebabkan karena tidak cukup tidur 2,581 kali lebih besar dibandingkan dengan cukup tidur. Responden yang mengalami hipertensi cenderung lama tidur tidak cukup (64,5%) lebih besar dibandingkan dengan responden cukup tidur (25%). Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari. Dalam The World Book Encyclopedia, dikatakan tidur memulihkan energi kepada tubuh, khususnya kepada otak dan sistem syaraf. Beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 keesokan harinya. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologi. Dalam fisiologi meliputi penurunan aktifitas sehari hari, rasa capai, lemah, proses penyembuhan lambat daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda tanda vital. Sedangkan dampak psikologis meliputi depresi cemas dan tidak konsentrasi (Briones, 1996 dalam Noviani, dkk, 2011). KESIMPULAN 1. Ada hubungan antara asupan natrium Polresta Pontianak dengan nilai p value =0,000 (< 0,05) dan RP = 3,130 (1,932-5,072). 2. Ada hubungan antara asupan lemak Polresta Pontianak dengan nilai p value =0,004 (< 0,05) dan RP =2,323 (1,329-4,062). 3. Ada hubungan antara asupan serat Polresta Pontianak dengan nilai p value =0,009 (< 0,05) dan RP = 2,804 (1,219-6,451). 4. Ada hubungan antara asupan gula Polresta Pontianak dengan nilai p value = 0,000 (< 0,05) dan RP = 5,778 (3,013-11,081). 5. Ada hubungan antara aktivitas fisik Polresta Pontianak dengan nilai p value = 0,000 (< 0,05) dan RP = 5,464(2,841-144 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik
10,509). 6. Ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi polisi Polresta Pontianak dengan nilai dengan nilai p value =0,037 (< 0,05) dan RP =3,516 (0,943-13,112). 7. ada hubungan antara kopi Polresta Pontianak SARAN Bagi Dinas Kesehatan Diharapkan pihak Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Polresta Pontianak untuk melakukan penyuluhan mengenai pencegahan hipertensi dan juga pengecekan tekanan darah secara berkala. Bagi Polisi Diharapkan bagi polisi Polresta Pontianak untuk: 1. Mengkonsumsi Natrium dengan cukup sebesar 2400 mg perhari dengan mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung natrium seperti ikan asin,telur asin, mie instan sehingga dapat mengurangi faktor resiko terjadinya hipertensi. 2. Mengkonsumsi lemak sebesar 10-30% perhari dengan mengurangi makanan yang banyak mengandung lemak seperti makanan berminyak dan jeroan. 3. Mengkonsumsi serat secara cukup sebesar 20 gram perhari dengan makan sayur, buah dan kacang-kacangan. 4. Mengkonsumsi gula sebanyak 3-4 sendok perhari. 5. Diharapkan bagi Polisi Polresta Pontianak untuk tidak merokok. 6. Melakukan kegiatan olahraga seecara teratur minimal 30-40 menit, 3-4 kali/minggu. 7. Tidur secara cukup dalam perhari sebanyak 6-8 jam dengan cara mengatur shif kerja secara bergantian. Bagi Peneliti Selanjut Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti dengan metode penelitian case control, meneliti faktor keturunan, jenis kelamin, obesitas, konsumsi alkohol dan pada peneliti selanjutnya menggunakan media ukur food model tiga dimensi. DAFTAR PUSTAKA Anggara, D.H.F, Dkk. 2013.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.Jurnal. Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mh. Thamrin Jakarta Timur. Jakarta Timur. Anggraini, dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Jurnal. Faculty of Medicine-University of Riau, Pekanbaru, Riau. Departemen Gizi dan Kesmas. 2012. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: P T. R a j a G r a f i n d o P e r s a d a. Departemen Gizi dan Kesmas. 2012. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 145
Dinkes Provinsi Kalbar. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak :Dinkes Provinsi Kalbar., 2011. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak :Dinkes Provinsi Kalbar., 2012. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak :Dinkes Provinsi Kalbar. Depkes RI, 2007,Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun2007. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI., 2008. Panduan Promosi Perilaku Merokok. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI Irza, S. 2009. Analisis Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari BungoTanjung Sumatra Barat. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara. Medan. Kemenkes RI, 2011. ProfilKesehatan I n d o n e s i a T a h u n 20110.Jakarta:Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sugiharto, E. 2007.Faktor-FaktorRisiko Hipertensi Grade Ii Pada Masyarakat ( S t u d i K a s u s D i K a b u p a t e n Karanganyar). Tesis. Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Semarang. Sarasaty, F.R. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. 146 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik