III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

IV. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

VII. RENCANA KEUANGAN

III. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

A. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Bab 5 Penganggaran Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

VII. ANALISIS FINANSIAL

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Proyek Pengertian proyek menurut Gray et.al (1993) adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit atau manfaat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan, dan perubahan suatu sistem atau struktur. Kegiatan yang dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan berarti bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan dalam satu proyek maupun hasil-hasil proyek tersebut dapat dipisahkan dari sumber-sumber yang dipergunakan dan hasil-hasil dari kegiatan yang lain. Kegiatan yang dapat direncanakan berarti: (1) baik biaya maupun hasilhasil pokok dari proyek dapat dihitung atau diperkirakan dan (2) kegiatankegiatan dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan sumbersumber yang terbatas dapat diperoleh benefit yang sebesar mungkin. Sumber-sumber yang dipergunakan dalam pelaksanaan proyek tersebut dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahanbahan mentah, tenaga kerja, dan waktu. Sumber-sumber tersebut, sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar di masa yang akan datang. Suatu proyek dapat dinyatakan berakhir bila sudah pasti atau diduga tidak memberikan benefit lagi. Kegiatan proyek tersebut adalah dapat berupa pembangunan pabrik atau gedung, perkebunan, proyek irigasi, pembangunan jalan, dan sebagainya. Kadariah (1999) mendefinisikan proyek sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Secara khusus, Gittinger (1986) menjelaskan mengenai proyek pertanian, yang didefinisikan sebagai suatu kegiatan investasi di bidang pertanian yang 25

mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Dalam penjelasannya, Gittinger mengungkapkan bahwa proyek berbeda dengan kegiatan investasi. Biasanya proyek pertanian dianggap sebagai kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Akan tetapi pada beberapa proyek, biaya-biaya produksi atau pemeliharaan yang telah dikeluarkan diharapkan dapat memberikan keuntungan atau manfaat secara cepat, dalam jangka waktu satu tahun. Dalam suatu proyek pertanian, batasan antara pengeluaran investasi dan pengeluaran produksi dalam suatu proyek pertanian tidak semuanya jelas. Perbedaan di antara keduanya adalah hanya pada waktu yang digunakan dalam proses pertumbuhan atau proses produksi dan perolehan manfaat dari kegiatan proyek yang dilakukan. Pada umumnya, proyek merupakan kegiatan yang khas yang secara nyata berbeda dari kegiatan investasi atau pada kegiatan investasi yang sama tetapi berbeda proyek, dan berbeda dari kegiatan penggantinya, bukan merupakan bagian rutin dari suatu program proyek yang sedang dilaksanakan. 3.1.2. Pengertian dan Tujuan Analisis Kelayakan Proyek Menurut Umar (2005), studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Analisis kelayakan proyek juga didefinisikan sebagai penelitian tentang dapat-tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwartono 1994). Analisis kelayakan proyek merupakan suatu analisis yang dapat menunjukkan apakah suatu bisnis atau proyek pembangunan yang direncanakan atau sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau layak untuk dipertahankan pelaksanaannya. Tujuan dari analisis proyek menurut Gittinger adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Hal ini dilakukan karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas, sehingga perlu dilakukan pemilihan di antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam pemilihan proyek dapat mengakibatkan 26

pengorbanan terhadap sumber-sumber langka. Untuk sebagian besar kegiatan pembangunan pertanian, persiapan pelaksanaan proyek secara cermat merupakan cara yang terbaik yang dapat dilakukan untuk menjamin terpakainya dana-dana kapital secara ekonomis, efisien, dan untuk memungkinkan pelaksanaan proyek secara tepat menurut waktu atau jadwal. Selain itu, menurut Gray et.al (1993), tujuan analisis proyek adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber daya yang terbatas, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada, sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon proyek, perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Menurut Husnan dan Suwartono (1994), suatu proyek dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria manfaat investasi yang terdisi dari: 1) Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (disebut sebagai manfaat finansial), yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut. 2) Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut manfaat ekonomi), yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. 3) Manfaat sosial proyek bagi masyarakat di sekitar proyek. 3.1.3. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Proyek Untuk dapat merencanakan dan menganalisa proyek, diperlukan pertimbangan mengenai berbagai aspek yang mungkin terlibat dan secara bersama-sama menentukan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Proses analisis setiap aspek saling terkait antara satu aspek dengan aspek lainnya, sehingga analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi dan berhubungan. Hal ini penting dilakukan, agar kelak baik manfaat maupun biaya yang dikeluarkan tidak over valued atau under valued. Kesalahan dalam menaksir manfaat maupun biaya dapat mengakibatkan tujuan suatu bisnis/proyek 27

tidak tercapai, bahkan mungkin menghasilkan kerugian, tidak saja bagi pelaksana bisnis, tetapi juga bagi masyarakat luas. Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam analisis kelayakan bisnis atau proyek tergantung dari jenis bisnis/proyek yang akan dilaksanakan atau sedang berlangsung. Gittinger (1986) menyatakan ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam proyek-proyek pertanian, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen (aspek institusional-organisasi-manajerial), aspek sosial, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Dalam penelitian mengenai analisis kelayakan usaha budidaya jambu biji ini, yang akan dibahas adalah lima aspek pertama, yaitu meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial. 1) Aspek Pasar Aspek komersial suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger 1986). Menurut Kadariah (1999), aspek komersial berhubungan dengan penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan proyek, baik saat membangun proyek maupun saat proyek sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi proyek. Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan dari pasar yang diinginkan dari pasar sasaran mereka, yang membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya, yang diklasifikasikan ke dalam empat kelompok luas yang sering disebut 4P, yaitu terdiri dari: produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Bauran 4P ini menggambarkan pandangan penjual mengenai alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli. 2) Aspek Teknis Analisis teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan), dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan, keadaan tanah di daerah proyek dan 28

potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas bibit tanaman dan benih ternak yang cocok dengan areal proyek, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi dan pemupukan areal, dan alat-alat kontrol yang diperlukan. Menurut Umar (2005), terdapat tiga hal pokok yang dihadapi suatu proyek terkait dengan aspek teknis atau kegiatan operasional, yaitu: a) Penentuan Lokasi Usaha atau Posisi Perusahaan Penentuan posisi perusahaan dalam masyarakat bertujuan agar keberadaan perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat dijalankan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang tepat mengenai posisi perusahaan yang dapat ditentukan dengan mempertimbangkan pemilihan strategi berproduksi, penentuan produk yang akan dihasilkan (ditawarkan), dan kualitas produk b) Desain Usaha Desain mencakup perancangan fasilitas operasi yang akan digunakan, meliputi perencanaan letak pabrik, proses operasi, teknologi yang digunakan, rencana kapasitas mesin yang digunakan, perencanaan bangunan, tata letak (layout) bangunan, dan lingkungan kerja. c) Operasional Usaha Operasional usaha terjadi pada saat proses produksi sudah berjalan, diantaranya mencakup hal-hal rencana produksi, rencana persediaan bahan baku, penjadwalan kerja pegawai, pengawasan kualitas, dan pengawasan biaya produksi. 3) Aspek Manajemen Manajemen merupakan proses mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan sehingga dapat terselesaikan secara efektif dan efisien, dengan dan melalui orang lain. Aspek manajemen berhubungan dengan bagaimana merencanakan pengelolaan proyek dalam pelaksanaannya nanti. Aspek manajemen juga berkaitan dengan pertimbangan mengenai sesuai atau tidaknya proyek tersebut dengan susunan organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur organisasi setempat, kesanggupan atau keahlian petani yang ada untuk menangani proyek. Aspek manajemen menurut Gittinger (1986) 29

terdiri dari aspek institusional, organisasional, dan manajerial yang tumpangtindih (overlapping) yang dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek. Pada proyek pertanian, perusahaan harus mempertimbangkan kemampuan manajerial para petani yang akan ikut serta dalam proyek. Jika petani memiliki pengalaman terbatas pada masalah produksi, maka mereka harus diberikan waktu yang cukup agar dapat meningkatkan kemampuan mereka. Menurut Husnan dan Suwartono (1994), hal yang perlu diperhatikan dalam aspek manajemen ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan. 4) Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Analisis aspek sosial ekonomi dan lingkungan berkaitan dengan dampak sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan yang disebabkan dari adanya bisnis atau proyek yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Gittinger (1986) menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial atau lingkungan tersebut. Analisis aspek ini juga berkenaan dengan kontribusi bisnis atau proyek terhadap manfaat ekonomi, seperti penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Analisis aspek ekonomi digunakan untuk menilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Analisis aspek sosial dilakukan guna mempertimbangkan pola dan kebiasaankebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek, serta implikasi sosial yang lebih luas dengan adanya investasi proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan masalah adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana kualitas hidup masyarakat dengan adanya proyek. Informasi berkaitan dengan lingkungan perusahaan diperlukan untuk mengetahui 30

seberapa jauh lingkungan tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi proyek. 5) Aspek Finansial Menurut Gittinger (1986), analisis aspek finansial merupakan proyeksi anggaran penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang setiap tahunnya. Sementara itu, tujuan dari analisis aspek finansial menurut Umar (2005) pada suatu analisis kelayakan proyek adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam kurun waktu yang telah ditentukan, dan menilai apakah suatu proyek akan dapat berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Analisis finansial ini didasarkan pada data proyeksi keuangan atau data keuangan historis. Untuk proyek pada perusahaan atau usaha yang telah berjalan, perhitungan keuangan menggunakan data historis perusahaan sejak permulaan proyek, sedangkan untuk proyek yang baru, laporan tersebut akan diproyeksikan sampai melewati umur proyek. 3.1.4. Teori Biaya dan Manfaat Dalam menganalisis suatu proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang langsung maupun tidak langsung mengurangi tujuan proyek atau bisnis, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang, baik langsung maupun tidak langsung, membantu tercapainya suatu tujuan dari suatu proyek (Gittinger 1986). Menurut Kuntjoro (2002), biaya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Biaya modal, merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang. Contoh dari biaya modal adalah: tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin-mesinnya, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya penelitian, dan sebagainya. 31

2) Biaya operasional, disebut juga biaya modal kerja, merupakan kebutuhan dana yang dikeluarkan pada saat proyek mulai dilaksanakan. Biaya ini didasarkan pada situasi produksi, artinya biaya dibutuhkan sesuai dengan tahapan operasi. Contoh dari biaya operasional adalah biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya perlengkapan, dan biaya penunjang. 3) Biaya lainnya, merupakan biaya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek, seperti pajak, bunga pinjaman, dan asuransi. Sedangkan menurut Kadariah (1999), manfaat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Manfaat langsung (direct benefit), yaitu manfaat yang langsung dirasakan dalam suatu proyek, seperti kenaikan dalam produksi fisik, perbaikan mutu produk, perubahan dalam bentuk (grading and processing) dan keuntungan dari mekanisasi. 2) Manfaat tidak langsung (indirect benefits), yaitu manfaat yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi dari suatu proyek. 3) Manfaat yang tidak dapat diukur (intangible benefits), yaitu suatu manfaat yang sulit dinilai dengan uang, seperti perbaikan lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat, perbaikan pemandangan karena adanya taman, dan perbaikan distribusi pendapatan. Gittinger (1986) menyebutkan beberapa biaya yang terdapat dalam proyek pertanian antara lain adalah meliputi: barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan-cadangan tak terduga, pajak, jasa pinjaman, serta biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan nilai suatu proyek dapat diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian, dan manfaat tidak langsung dari proyek. 3.1.5. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah suatu proses keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba adalah 32

merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya adalah biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku (Nurmalina et al. 2009). Komponen lain dalam laporan laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum, dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan, termasuk pengeluaran operasi bukan tunai, yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. Dalam penelitian ini dilakukan analisis laba rugi yang berpengaruh pada perhitungan cashflow, untuk menentukan besarnya pajak usaha pada perhitungan cashflow. Selain itu, analisis ini dilakukan untuk meninjau besar laba bersih selama umur usaha yang dapat diperoleh petani dan besar pajak yang dapat dihasilkan dari usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini. 3.1.6. Laporan Cash Flow Laporan cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan asal perolehan sumber-sumber kas dan penggunaanpenggunaannya. Dalam mempertimbangkan suatu investasi proyek, perlu diketahui tiga jenis arus kas, yaitu (Halim 2009): 1) Arus kas keluar awal (initial cash flow), yaitu pengeluaran-pengeluaran kas awal yang dilakukan sehubungan dengan investasi. 2) Arus kas operasional (operational cash flow), yaitu penerimaan-penerimaan kas yang diperoleh setelah suatu investasi beroperasi. Di samping penerimaan-penerimaan kas, juga terdapat pengeluaran-pengeluaran kas yang terjadi setelah suatu investasi beroperasi. 33

3) Terminal arus kas (terminal cash flow), yaitu penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari nilai sisa (salvage value) suatu investasi dan/atau pengembalian modal kerja (working capital). 3.1.7. Kriteria Investasi Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai cara atau kriteria yang disebut sebagai kriteria investasi (investment criteria). Menurut Kadariah (1999), pada umumnya terdapat empat kriteria investasi yang dapat digunakan untuk penilaian kelayakan dari investasi suatu proyek, yaitu: 1) Net present value (NPV), merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. 2) Internal Rate of Return (IRR), merupakan nilai discount rate, i, yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. 3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), merupakan perbandingan antara present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif dengan present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor. 4) Payback Period (PP), merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. 3.1.8. Analisis Sensitivitas Tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasardasar perhitungan biaya atau benefit (Kadariah 1999). Dalam analisis sensitivitas, setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti setiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak keetidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Menurut Gittinger (1986), proyek pertanian sensitif terhadap perubahanperubahan yang diakibatkan oleh empat faktor atau variabel, yaitu: 34

1) Harga Pada setiap proyek pertanian, harus diteliti apa yang akan terjadi apabila asumsi mengenai harga jual produk pertanian ternyata keliru. Untuk itu dapat dibuat asumsi alternatif lain mengenai harga jual pada masa yang akan datang dan meneliti pengaruhnya terhadap manfaat sekarang netto yang akan diterima oleh proyek, terhadap tingkat pengembalian secara nilai finansial atau ekonomi, atau terhadap ratio perbandingan manfaat dan investasi netto. 2) Keterlambatan Pelaksanaan Keterlambatan pelaksanaan dapat mempengaruhi hampir seluruh proyekproyek pertanian, karena pertanian memiliki sifat saling terkait dan terintegrasi diantara berbagai subsistem dalam sistemnya. Keterlambatan ini ini dapat terjadi dalam hal pemesanan dan penerimaan peralatan atau masalah dan persyaratan administrasi. 3) Kenaikan Biaya Proyek-proyek pertanian cenderung sangat sensitif terhadap kenaikan biaya, karena biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek pertanian dilaksanakan, dimana faktor diskonto yang digunakan mungkin terlalu besar atau karena semua fasilitas sudah tersedia padahal manfaat proyek belum terealisasikan. Suatu proyek yang diperkirakan memiliki tingkat pengembalian yang cukup menarik berdasarkan estimasi biaya yang telah diperhitungkan mungkin saja tidak diterima sama sekali bila dalam pelaksanaannya harga-harga telah melonjak naik. 4) Hasil (Perubahan Volume Produksi) Dalam proyek pertanian, terdapat kecenderungan untuk bersikap optimis dalam memperkirakan hasil yang akan diperoleh. Analisis sensitivitas terhadap hasil tidak hanya memberikan informasi yang berguna dalam menentukan apakah proyek harus dilaksanakan, tetapi juga dapat menekankan perlunya perluasan pelayanan yang cukup bila diinginkan proyek dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan. 35

3.1.9. Analisis Switching Value Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan variasi dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan switching value mengacu pada berapa besar perubahan terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama umur usaha. NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan nilai Net B/C = 1. Dengan melakukan analisis switching value, dapat dicari besar perubahan yang mengakibatkan usaha tetap layak dijalankan, yaitu yang mengakibatkan nilai NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga, dan nilai Net B/C > 1. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Desa Babakan Sadeng merupakan salah satu sentra penghasil buah jambu biji di wilayah Kabupaten Bogor. Jambu biji yang dihasilkan di desa tersebut adalah jambu biji jenis merah getas. Luasan wilayah yang digunakan untuk melakukan budidaya komoditas tersebut adalah sekitar 35 hektar. Sebagian besar penduduk Desa Babakan Sadeng memiliki mata pencaharian sebagai petani jambu biji. Dalam mendukung program menjadikan jambu biji sebagai ikon Kota Bogor, pemerintah menjadikan Desa Babakan Sadeng ini sebagai salah satu desa yang mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Bogor untuk mengembangkan komoditas jambu biji guna mendukung pelaksanaan program pemerintah tersebut. Salah satu bentuknya adalah melalui Badan Penyuluh Pertanian (BPP) dan Prima Tani, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi usaha jambu biji di Desa Babakan Sadeng. Namun, selama beberapa waktu terakhir, terjadi penurunan jumlah produksi dari rata-rata jambu biji yang dapat dihasilkan oleh petani di Desa Babakan Sadeng. Selain itu, selama ini petani jambu biji menghadapi kenyataan berupa harga jual buah jambu biji yang sering berubah-ubah (fluktuatif), dengan harga jual tertinggi Rp 3.000,00 per kg dan terkadang berada pada harga jual terendah sebesar Rp 800,00 per kg. 36

Oleh karenanya, dilakukan analisis usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng, untuk mengetahui kelayakan usaha guna mendukung pengembangan usaha budidaya jambu biji di desa ini. Selain itu, analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan faktor penurunan jumlah produksi dan penurunan harga yang terjadi dapat mempengaruhi kelayakan dari usaha yang dilakukan oleh para petani ini. Sehingga, hal ini dapat menjadi suatu langkah yang mendukung dan bermanfaat, baik bagi pihak investor maupun bagi masyarakat petani jambu biji di Desa Babakan Sadeng, karena dapat menjadi sarana utama pengembangan komoditas jambu biji di desa ini. Penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan identifikasi mengenai berbagai faktor yang berhubungan dengan aspek non finansial dan aspek finansial dari usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng. Pada proses ini, dilakukan pengumpulan data primer berdasarkan wawancara dengan beberapa orang petani jambu biji. Aspek non finansial yang diidentifikasi pada usaha budidaya jambu biji ini meliputi beberapa aspek, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Pada penelitian mengenai aspek pasar, diidentifikasi beberapa hal yang terkait dengan potensi pasar dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh para petani di Desa Babakan Sadeng dalam memasarkan produk jambu bijinya. Pada penelitian mengenai aspek teknis, dilakukan wawancara mengenai beberapa hal yang terkait dengan lokasi budidaya jambu biji, teknis budidaya yang dilakukan oleh para petani, dan penanganan pascapanen sebelum buah jambu biji dipasarkan. Pencarian informasi mengenai aspek manajemen usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng dilakukan dengan mengadakan wawancara kepada para petani terkait dengan kebutuhan dan penggunaan tenaga kerja, khususnya tenga kerja bantuan, dan deskripsi pekerjaan dari masing-masing tenaga kerja yang ada. Selain melakukan wawancara kepada para petani, juga dilakukan wawancara kepada para pengurus utama dari Gapoktan Tri Karya, guna mengetahui sistem manajerial para petani jambu biji sebagai anggotanya dalam gapoktan ini. Wawancara ini juga dilakukan guna mengetahui berbagai kegiatan 37

yang dilakukan gapoktan yang berhubungan dengan peningkatan produktivitas para petani di Desa Babakan Sadeng. Kegiatan identifikasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada para petani terkait dengan penyerapan tenaga kerja masyarakat sekitar dalam kegiatan budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini. Selain itu, dicari informasi mengenai dampak dari adanya kegiatan usaha budidaya jambu biji terhadap lingkungan sekitar Desa Babakan Sadeng. Hasil dari seluruh wawancara dan identifikasi mengenai aspek-aspek non finansial tersebut dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil analisis ini digunakan sebagai kriteria atau indikator untuk menilai kelayakan dari aspek-aspek non finansial tersebut. Sementara itu, dalam melakukan analisis mengenai aspek finansial, dilakukan wawancara kepada para petani terkait dengan berbagai faktor yang berhubungan dengan finansial usaha budidaya jambu biji. Identifikasi ini meliputi pertanyaan seputar luas lahan usaha budidaya jambu biji, rincian mengenai berbagai biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya jambu biji (meliputi biaya perolehan bibit jambu biji, biaya tenaga kerja, biaya persiapan lahan, dan sebagainya), volume produksi jambu biji yang dihasilkan per tahun, harga jual jambu biji rata-rata, dan sebagainya. Hasil dari kegiatan wawancara dan identifikasi mengenai aspek finansial usaha budidaya jambu biji para petani tersebut dianalisis secara kuantitatif. Hasil analisis ini menghasilkan nilai-nilai kriteria investasi, yaitu berupa NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Nilai-nilai yang dihasilkan dari kriteria-kriteria investasi tersebut digunakan sebagai indikator untuk memberikan kesimpulan mengenai kelayakan usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng secara finansial. Setelah melakukan kegiatan analisis aspek finansial dan didapatkan hasil mengenai kelayakan usaha budidaya jambu biji, dilakukan analisis sensitivitas. Dalam analisis ini, digunakan peubah (variabel) berupa penurunan volume produksi jambu biji dan penurunan harga jual jambu biji. Variabel ini didasarkan pada fakta kedua variabel tersebut sebagai kendala dalam usaha budidaya jambu ini yang dihadapi oleh para petani jambu biji di Desa Babakan Sadeng. Dengan 38

menggunakan metode ini, akan diperoleh informasi mengenai pengaruh dari perubahan kedua variabel tersebut terhadap kelayakan usaha budidaya jambu biji secara finansial. Selanjutnya, dilakukan analisis switching value (nilai pengganti). Hasil dari analisis ini akan memberikan informasi mengenai volume produksi dan harga jual terendah yang masih dapat diterima oleh para petani sehingga usaha budidaya jambu biji yang dilakukan masih layak. Hasil dari seluruh analisis tersebut, yang meliputi analisis aspek non finansial dan aspek finansial, akan digunakan untuk menentukan apakah usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng layak untuk terus dijalankan atau tidak. Jika hasil analisis adalah layak, maka usaha budidaya dapat terus dijalankan dan dapat dilakukan upaya pengembangan usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng. Namun, jika hasil dari analisis adalah tidak layak, maka dapat dilakukan evaluasi usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng. Keseluruhan hasil dari analisis ini akan memberikan kesimpulan mengenai kelayakan usaha budidaya jambu biji merah getas di Desa Babakan Sadeng. Dengan mengacu pada kesimpulan yang didapatkan, dapat diajukan beberapa saran yang bermanfaat bagi usaha pengembangan budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng. Skema atau gambar kerangka pemikiran operasional secara terstruktur dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. 39

Peluang dan Potensi Usaha Budidaya Jambu Biji di Indonesia Tinggi Desa Babakan Sadeng sebagai Salah Satu Sentra Budidaya Jambu Biji di Kabupaten Bogor Usaha Budidaya Jambu Biji di Desa Babakan Sadeng Mengalami Penurunan Jumlah Produksi dan Harga Jual Bagaimanakah Kelayakan Usaha Budidaya Jambu Biji di Desa Babakan Sadeng? Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jambu Biji di Desa Babakan Sadeng Aspek Finansial: 1. Net Present Value (NPV) 2. Internal Rate of Return (IRR) 3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 4. Payback Period (PP) Aspek Non Finansial: 1. Aspek Pasar 2. Aspek Teknis 3. Aspek Manajemen 4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Analisis Sensitivitas dan Switching Value: 1. Penurunan jumlah produksi jambu biji 2. Penurunan harga jual buah Layak Tidak Layak Pengembangan Usaha Tidak Dikembangkan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 40