STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA TAMMANGALLE POLEWALI MANDAR. Nur Adyla S 1, Nurlaela 2

dokumen-dokumen yang mirip
Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. langsungnya adalah bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat yang secara

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PESISIR TALANG SIRING DI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat seyogianya terlibat dalam usaha pengelolaan dan pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

KONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK

Revitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata Budaya di Kabupaten Karangasem

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. n masyarakat global, regional, dan nasional untuk kembali ke alam (back to nature), maka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI LAKBAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA SEBAGAI OBJEK WISATA ANDALAN

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Dari Penelitian Strategi pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PLANO MADANI VOLUME 7 NOMOR 2 OKTOBER 2018, 132-141 2018 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA TAMMANGALLE POLEWALI MANDAR Nur Adyla S 1, Nurlaela 2 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sulawesi Barat 2 Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Kehuatanan, Universitas Sulawesi Barat 1 Email : nuradyla@unsulbar.ac.id Diterima (received): 23 Agustus 2018 Disetujui (accepted): 28 Oktober 2018 ABSTRAK Desa merupakan salah satu desa di wilayah pesisir kabupaten Polewali Mandar yang memiliki potensi wisata budaya dan wisata kerajinan, selain itu potensi aktivitas sosial budaya seperti pembuatan perahu sandeq (perahu khas Mandar), dan aktivitas menenun sarung sutera Mandar yang merupakan ciri khas masyarakat Mandar menjadikan desa ini sangat potensial dalam pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal. Tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa. Tujuan umum tersebut akan dicapai melalui tahapan pencapaian tujuan khusus berikut; (1) Mengidentifikasi karakteristik dan potensi wisata di Desa untuk dikembangkan menjadi desa wisata berbasis kearifan lokal, (2) Menganalisis faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa, (3) Merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif eksploratif dengan tiga tahapan teknik analisa yang digunakan yaitu teknik analisa deskriptif, teknik analisa Delphi dan teknik analisa SWOT. Hasil penelitian ini adalah strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal untuk peningkatkan perekonomian Desa. Kata Kunci : pengembangan, desa wisata, kearifan lokal A. PENDAHULUAN Pariwisata seringkali dipandang sebagai sektor yang utama dalam ekonomi dunia, hampir setiap negara di dunia ini baik negara berkembang ataupun negara maju menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan dalam perolehan devisa, penciptaan lapangan kerja maupun pengentasan kemiskinan. Kegiatan Pariwisata hakikatnya adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energy trigger yang luar biasa, yang membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya. Salah satu pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan adalah desa wisata. Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian baik dari segi sosial budaya, adat-istiadat, keseharian, arsitektur Available online : http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/planomadani

tradisional, struktur tata ruang desa yang disajikan dalam suatu bentuk integrasi komponen pariwisata antara lain atraksi wisata, akomodasi, dan fasilitas pendukung (Zakaria dan Suprihardjo, 2014). Aksesibilitas juga sangat penting dalam pengembangan kawasan pariwisata yang menentukan mudah atau sulitnya wisatawan menjangkau tujuan wisata yang diinginkan. Komponen ini mempengaruhi biaya, kelancaran dan kenyamanan terhadap seorang wisatawan yang akan menempuh suatu atraksi (Pitana dan Diarta, 2009). Desa merupakan salah satu desa di wilayah pesisir Kabupaten Polewali Mandar yang memiliki potensi wisata maritim dan wisata kerajinan, selain itu potensi aktivitas sosial budaya seperti pembuatan perahu sandeq (perahu khas Mandar), dan aktivitas menenun sarung sutera Mandar yang merupakan ciri khas masyarakat Mandar menjadikan desa ini sangat potensial dalam pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal. Permasalahan yang dihadapi adalah potensi wisata tersebut belum dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat Desa sebagai suatu desa wisata berbasis kearifan lokal, walaupun aktivitas menenun sarung sutera Mandar dan kerajinan khas Mandar lainnya telah dikenal oleh wisatawan lokal tapi hanya sebatas untuk kegiatan perekonomian dan bukan sebagai destinasi wisata. Pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal sejalan dengan tiga prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan yang dikembangkan oleh World Tourism Organization (WTO) yaitu kelangsungan ekologis, kelangsungan sosial budaya, dan kelangsungan ekonomi, baik untuk generasi sekarang maupun generasi akan datang (Suwena, 2010), sehingga perlunya pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa untuk menciptakan desa wisata yang berkelanjutan, dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, dan juga untuk menjaga, mempertahankan serta melestarikan warisan budaya Mandar yang sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. B. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Jenis penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah termasuk dalam jenis penelitian deskriptif (descriptive research) yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual dan akurat (Darjosanjoto,2012). Penelitian ini dilakukan untuk untuk memaparkan karakteristik dan potensi wisata di Desa, kondisi realitas di wilayah penelitian yang diamati sesuai dengan fenomena yang ada serta disusun berdasarkan kajian ilmu pengetahuan, dan akhirnya merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa. Metode analisa yang digunakan dalam strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa adalah metode analisa deskriptif eksploratif untuk memaparkan karakteristik dan potensi wisata di Desa, kondisi realitas di wilayah penelitian yang diamati sesuai dengan fenomena yang ada serta disusun berdasarkan kajian ilmu pengetahuan, dan akhirnya merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal. Teknik analisa yang digunakan dalam merumuskan strategi pengembangan desa Volume 7 Nomor 2 Oktober 2018 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 133

wisata berbasis kearifan lokal adalah analisis kualitatif deskriptif, analisis yang dilakukan meliputi: 1. Analisis karakteristik dan potensi wisata di Desa. Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan teknik analisa character appraisal, yang hasilnya mendasari analisis berikutnya. Analisis karakteristik dan potensi wisata mencakup keaslian, tradisi masyarakat setempat, sikap dan nilai, konservasi dan daya dukung, sarana dan prasarana wisata, dan aksesibilitas. 2. Analisis faktor-faktor pendukung dan penyebab belum berkembangnya Desa sebagai desa wisata. Dalam analisa ini hasilnya adalah teridentifikasi faktor pendukung dan penyebab belum berkembangnya Desa sebagai desa wisata berlandaskan pada pendapat stakeholder dan masyarakat terkait aspek yang akan diteliti. Untuk mencapai tujuan tersebut menggunakan teknik analisa Delphi karena merupakan prosedur sementara atau perkiraan pendapat untuk memperoleh dan mencari opini atau pendapat yang akan datang. 3. Analisis SWOT dalam merumuskan srategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal berdasarkan pada kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di wilayah penelitian yang diperoleh dari hasil analisis sebelumnya. Hasil analis SWOT akan merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa. Sasaran 1 Mengidentifikasi Karakteristik dan Potensi Wisata di Desa Input: Atraksi Wisata, Sarana dan Prasarana Wisata, dan Aksesibilitas Output: Karakteristik dan Potensi Wisata Teknik Analisa : Deskriptif Kualitatif Sasaran 2 Menganalisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Desa Wisata Input: Karakteristik dan Potensi Wisata, Peran serta masyarakat dan Kelembagaan Output: Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Desa Wisata Teknik Analisa : Analisa Delphi Sasaran 3 Merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa Input: Karakteristik dan Faktor Pendukung dan Penghambat Output: Strategi Pengembangan Teknik Analisa Gambar : Analisa 1. Metode SWOT Penelitian Gambar 1. Alur penelitian C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik dan Potensi Atraksi Wisata Desa Untuk Pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal harus menekankan prinsip-prinsip pengembangan produk yaitu keaslian, tradisi masyarakat, sikap dan nilai, konservasi dan daya dukung (Sastrayuda, 2010), sedangkan atraksi wisata menurut Yoeti (2008), atraksi wisata adalah sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dan dinikmati sebagai motivasi wisatawan 134 Volume 7 Nomor 2 Oktober 2018 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973

untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Karakteristik dan potensi wisata di Desa digambarkan dengan adanya atraksi wisata berbasis kearifan lokal yang diperlihatkan pada Gambar 2. Gambar 2. Peta Potensi Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Desa a. Keaslian (Authenticity) Desa memiliki beberapa situs budaya yang dijaga dan dilestarikan secara turun menurun oleh suatu masyarakat. Situs budaya yang terdapat pada Desa yaitu Makam Tomissakke di Mangiwan merupakan makam leluhur masyarakat Mandar, Gusi gusi merupakan tempat permandian bidadari yang airnya tidak pernah kering, dan Tomatindo di Salassaqna merupakan makam Raja Balanipa XXV. Situs budaya tersebut belum cukup dikenal oleh masyarakat luas dan belum dikelola dengan baik, dari hasil pengamatan secara langsung akses ke situs budaya tersebut cukup sulit dijangkau dikarenakan jalan yang menanjak dan berbatu, serta banyak sampah yang berserakan di sekitar situs budaya. b. Tradisi Masyarakat Setempat Desa Tammanggale memiliki beberapa atraksi wisata yang merupakan tradisi masyarakat setempat yaitu sebagian besar masyarakat Desa bermatapencaharian penenun lipa saqbe yang merupakan kain sutera Mandar menjadi home industry bagi masyarakat desa. Desa juga rutin membuat makanan khas Mandar yaitu golla kambu, kassippi, dan gogos. Selain itu ritual adat juga rutin dilaksanakan setiap maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari ulang tahun Desa. Volume 7 Nomor 2 Oktober 2018 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 135

c. Sikap dan Nilai Masyarakat Desa yang merupakan suku Mandar dan suku Bugis memiliki sifat yang khas dan kental yaitu sifat yang baik, ramah, tidak kasar, suka menolong dan menerima orang baru. Sifat tersebut membuat citra yang baik pula pada Desa sehingga banyak kerjasama yang telah dilakukan untuk memperkenalkan kebudayaan desa. d. Keindahan Alam Desa merupakan desa yang berbatasan langsung dengan selat mandar sehingga memiliki garis pantai yang indah. Kondisi pantai tersebut masih alami belum ada penataan untuk pariwisata, namun banyak terlihat sampah yang berserakan dan menumpuk di sepanjang pantai. Di pinggit pantai terdapat pula cukup banyak perahu yang dibuat para nelayan untuk melaut, di sebelah timur pantai juga telah terlihat abrasi pantai sehingga dibuat tanggul pantai dan terdapat banyak perkebunan kelapa di sepanjang pantai. e. Potensi Perkebunan dan Perikanan Hasil perkebunan masyarakat di Desa yang dapat dijadikan sebagai potensi wisata adalah kelapa dan kakao, walaupun sebenarnya hasil perkebunan kakao belum terlalu banyak dihasilkan oleh masyarakat Desa. Kelapa dan kakao tersebut dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Desa. Kelapa dapat dinikmati wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata dan kakao dapat diolah menjadi cokelat yang juga dapat dinikmati oleh wisatawan. Hasil perikanan tangkap masyarakat nelayan di Desa juga dapat dijadikan potensi wisata kuliner bagi wisatawan. Hasil produksi ikan yang terdapat di desa ini adalah ikan tuna, dan cakalang yang dapat dinikmati wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata. 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Desa Wisata a. Faktor Pendukung dan Penghambat Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penyebab belum berkembangnya Desa sebagai desa wisata berdasarkan hasil perbandingan variabel, teori, dan kondisi eksisting dengan analisa deskriptif dan kemudian dilakukan analisa Delphi yang melibatkan pendapat stakeholder dan masyarakat. Faktor pendukung dan penghambat dan pengembangan Desa sebagai desa wisata berdasarkan hasil perbandingan peneliti sebagai berikut: 1. Adanya home industry sentra penenun lipa saqbe Mandar yang memperlihatkan cara pembuatan kain sutera khas Mandar sebagai wisata budaya dan wisata belanja. 2. Adanya situs budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa namun belum dikelola dengan baik dan belum dikenal masyarakat luas. 136 Volume 7 Nomor 2 Oktober 2018 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973

3. Adanya potensi wisata pantai yang memperlihatkan aktivitas lokal nelayan membuat perahu, keindahan pantai yang masih alami, dan kebun kelapa yang terdapat sepanjang garis pantai 4. Sarana dan prasarana wisata yang belum disediakan untuk wisatawan sebagai pelayanan terhadap wisatawan. 5. Aksesibilitas ke atraksi wisata yang belum terjangkau dengan baik dan belum terintegrasi 6. Peran serta masyarakat dan aparat desa yang kuat dalam pengembangan perekonomian desa 7. Hasil produksi perkebunan masyarakat Desa yang dapat diolah untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan b. Eksplorasi Pendapat Responden Analisis Delphi Tahap I Untuk melakukan eksplorasi pendapat responden, peneliti menggunakan kuesioner wawancara untuk membantu peneliti dalam proses wawancara. Penggunaan kuesioner wawancara tersebut memungkinkan responden untuk dapat mengungkapkan pendapatnya secara langsung dan lebih mendalam. Hal tersebut membantu peneliti dalam menentukan pendapat responden terhadap faktor yang mempengaruhi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh pendapat responden terkait faktor pendukung dan penghambat belum berkembangnya pengembangan desa wisata di Desa yang dideskripsikan pada tabel berikut. Tabel 1. Faktor pendukung dan penghambat pengembangan desa wisata Faktor Pendukung dan Penghambat Adanya home industry sentra penenun lipa saqbe Mandar yang memperlihatkan cara pembuatan kain sutera khas Mandar sebagai wisata budaya dan wisata belanja. Adanya situs budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa namun belum dikelola dengan baik dan belum dikenal masyarakat luas. Adanya potensi wisata pantai yang memperlihatkan aktivitas lokal nelayan membuat perahu, keindahan pantai yang masih alami, dan kebun kelapa yang terdapat sepanjang garis pantai Peningkatan Sarana dan prasarana wisata yang belum disediakan untuk wisatawan sebagai pelayanan terhadap wisatawan. Peningkatan Aksesibilitas ke atraksi wisata yang belum terjangkau dengan baik dan belum terintegrasi Peran serta masyarakat dan aparat desa yang kuat dalam pengembangan perekonomian desa Responden R1 R2 R3 R4 R5 Hasil produksi perkebunan masyarakat Desa T Volume 7 Nomor 2 Oktober 2018 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 137

Faktor Pendukung dan Penghambat yang dapat diolah untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan Mempertahankan ritual adat pattamma (kuda menari) dan ampu banua Melestarikan kuliner khas Mandar seperti golla kambu dan kassippi Sumber : Hasil analisis, 2018 Ket: R1 : Sekretaris Dinas Pariwisata R2 : Kepala Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang R3 : Pemerhati Desa Wisata R4 : Penggiat dan Pencinta Sejarah dan Budaya R5 : Kepala Desa Responden R1 R2 R3 R4 R5 c. Eksplorasi Pendapat Responden Analisis Delphi Tahap II Pada tahap ini selanjutnya dilakukan pengulangan kuesioner setelah didapatkan hasil eksplorasi analisis Delphi. Iterasi dibutuhkan dikarenakan terdapat faktor yang belum mencapai konsensus dan penambahan faktor baru pada tahap eksplorasi sebelumnya dijadikan basis dalam penyusunan kuesioner wawancara di tahap iterasi. Tabel 2. Faktor pendukung dan penghambat pengembangan desa wisata Faktor Pendukung dan Penghambat Hasil produksi perkebunan masyarakat Desa yang dapat diolah untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan Belum ada program pemerintah untuk mencanangkan perencanaan desa wisata di Desa Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan dalam bidang kepariwisataan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata di Desa Sumber : Hasil analisis, 2018 No. Responden R1 R2 R3 R4 R5 Dari hasil analisis delphi yang telah dilakukan pada beberapa responden penelitian dan telah mencapai konsensus ini merupakan faktor pendukung dan penghambat pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal sebagai berikut: Tabel 3. Faktor Pendukung dan penghambat pengembangan Desa Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Desa Wisata 1 Adanya home industry sentra penenun lipa saqbe Mandar yang memperlihatkan cara pembuatan kain sutera khas Mandar sebagai wisata budaya dan wisata belanja. 138 Volume 7 Nomor 2 Oktober 2018 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973

No. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Desa Wisata 2 Adanya situs budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa namun belum dikelola dengan baik dan belum dikenal masyarakat luas. 3 Adanya potensi wisata pantai yang memperlihatkan aktivitas lokal nelayan membuat perahu, keindahan pantai yang masih alami, dan kebun kelapa yang terdapat sepanjang garis pantai 4 Peningkatan Sarana dan prasarana wisata yang belum disediakan untuk wisatawan sebagai pelayanan terhadap wisatawan. 5 Peningkatan Aksesibilitas ke atraksi wisata yang belum terjangkau dengan baik dan belum terintegrasi 6 Peran serta masyarakat dan aparat desa yang kuat dalam pengembangan perekonomian desa 7 Hasil produksi perkebunan masyarakat Desa yang dapat diolah untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan 8 Mempertahankan ritual adat pattamma (kuda menari) dan ampu banua 9 Belum ada program pemerintah untuk mencanangkan perencanaan desa wisata di Desa 10 Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan dalam bidang kepariwisataan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata di Desa Sumber : Hasil analisis, 2018 3. Strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa Untuk merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal dilakukan melalui teknik analisa SWOT berdasarkan hasil analisa delphi yang telah dilakukan sebagai berikut: Faktor Internal Faktor Eksternal Potensi (O) 1. Atraksi wisata yang bervariatif 2. Aktivitas ekonomi home industry lipa saqbe 3. Tujuan pengembangan desa sebagai desa wisata Tabel 4. Analisa SWOT strategi pengembangan desa wisata Kekuatan (S) 1. Atraksi Wisata (home industry lipa saqbe, ritual adat, situs budaya, pantai, hasil perkebunan 2. Event Tahunan (Maulid Nabi, Ulang Tahun Desa) 3. Peran serta masyarakat dan aparat desa yang kuat dalam pengembangan perekonomian desa Strategi (SO) 1. Meningkatkan atraksi wisata yang ada dengan aktivitas ekonomi yang lebih baik 2. Merencanakan event tahunan dengan aktivitas wisata yang lebih baik 3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan perekonomian desa yang lebih variatif Kelemahan (W) 1. Beberapa atraksi wisata tidak dikelola dengan baik 2. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan masih belum tersedia 3. Aksesibilitas ke atraksi wisata yang belum terjangkau dengan baik dan belum terintegrasi 4. SDM kepariwisataan Strategi WO 1. Meningkatkan pengelolaan atraksi wisata agar lebih dikenal masyarakat luas dan daya kunjung meningkat 2. Meningkatkan sarana dan prasarana wisata untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan 3. Meningkatkan aksesibilitas ke tiap atraksi wisata untuk memudahkan wisatawan melakukan perjalanan wisata Volume 7 Nomor 2 Oktober 2018 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 139

Ancaman (T) 1. Berkembangnya atraksi wisata di desa lain yang meningkatkan persaingan 2. Kerusakan lingkungan akibat kegiatan pariwisata 3. Belum ada program pemerintah untuk mencanangkan perencanaan desa wisata di Desa Sumber : Hasil analisis, 2018 Strategi (ST) 1. Harus adanya pengembangan atraksi wisata yang bertema lokal agar wisatawan lebih memilih berkunjung ke Desa 2. Harus adanya pengelolalaan lingkungan untuk mencegah kerusakan lingkungan 3. Mengembangkan perencanaan desa menjadi desa wisata agar menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi wisatawan di Sulawesi Barat 4. Meningkatkan SDM di bidang pariwisata agar pertumbuhan ekonomi Desa lebih berkembang Strategi (WT) 1. Harus adanya pengelolaan atraksi wisata yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Polewali 2. Harus ada pusat informasi dan sarana akomodasi untuk melayani wisatawan 3. Harus ada sarana transportasi dan 4. Meningkatkan SDM di bidang pariwisata agar bertambah banyak atraksi wisata di Desa Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan maka dirumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa yaitu: 1. Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Berbasis Kearifan Lokal Program yang perlu dilakukan dalam pengembangan potensi atraksi wisata, yaitu: a. Potensi atraksi wisata berbasis kearifan lokal yaitu situs budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat desa perlu dikelola dengan baik dengan memelihara lingkungan sekitar situs dan pemasangan sarana informasi bagi wisatawan tentang situs budaya tersebut. Perlu adanya media pemasaran dan promosi untuk mengangkat situs budaya sehingga dikenal masyarakat luas dan mendorong wisatawan untuk berkunjung. b. Potensi atraksi wisata alam yaitu keindahan pantai selat Mandar perlu ditata dan dirawat dengan baik. Adanya fasilitas wisata yang disediakan seperti cafe yang menyuguhkan makanan kuliner khas Mandar dengan vista pantai dan aktivitas pembuatan perahu dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. c. Potensi home industry sentra penenun lipa saqbe mandar perlu ditata dengan baik yang menyuguhkan kebudayaan dan juga pengetahuan bagi wisatawan yang datang tentang pembuatan lipa saqbe dimulai dari budidaya tanaman murbey, penakaran ulat sutera dan sentra penenun lipa saqbe. 2. Pengembangan Sarana dan Prasarana Wisata Pengembangan sarana dan prasarana wisata seperti sarana informasi bagi wisatawan, sarana akomodasi berupa penginapan dan transportasi bagi wisatawan. Sarana perekonomian seperti pusat perbelanjaan, rumah makan, 140 Volume 7 Nomor 2 Oktober 2018 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973

café, dan sarana perekonomian lainnya yang dapat memberikan pelayanan bagi wisatawan. 3. Spot Atraksi Wisata yang Terintegrasi Spot atraksi wisata yang terintegrasi dengan jalur penghubung seperti jalan, jalur pejalan kaki dan ruang hijau yang menghubungkan antar spot atraksi wisata, terdapat rute tiap spot wisata yang jelas dengan frekuensi pelayanan dan harga yang dikenakan, serta adanya peraturan pemerintah yang meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan transportasi. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Desa dapat dikembangkan menjadi desa wisata yang berbasis kearifan lokal dengan potensi wisata yaitu situs budaya, home industry lipa saqbe, makanan khas Mandar yaitu golla kambu, kassippi, dan gogos, ritual adat, sifat masyarakat desa yang khas dan kental yaitu sifat yang baik, ramah, tidak kasar, suka menolong dan menerima orang baru, keindahan alam pantai, dan hasil perikanan dan perkebunan desa. Faktor pendukung pengembangan desa wisata adalah potensi wisata budaya lokal yang dimiliki Desa dan peran serta masyarakat yang kuat dalam peningkatan perekonomian, dan faktor penghambat pengembangan desa wisata adalah atraksi wisata yang tidak dikelola dengan baik, dukungan pemerintah, dan sarana prasarana wisata yang belum tersedia. Strategi pengembangan desa wisata yang dilakukan adalah pengembangan potensi atraksi wisata berbasis kearifan lokal, pengembangan sarana dan prasarana wisata, dan spot atraksi wisata yang terintegrasi. DAFTAR PUSTAKA Darjosanjoto, Endang T.S. 2012. Penelitian Arsitektur Di Bidang Perumahan dan Permukiman.Itspress. Surabaya Pitana, I Gede dan Diarta, I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Andi Publishing. Yogyakarta Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and Leisure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure. Suwena, I Ketut, 2010.Pariwisata Berkelanjutan Dalam Pusaran Krisis Global.Denpasar : Penerbit Udayana University Press Yoeti A. Oka. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnyaparamita. Jakarta Zakaria, Fariz. dan Suprihardjo, Rima. 2014. Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan. Jurnal Teknik POMITS Vol. 3. No. 2. Surabaya Volume 7 Nomor 2 Oktober 2018 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 141