BAB III POTENSI EKONOMI 3.1 GEOGRAFIS Dengan luas sekitar 5.782,50 km² sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi masih merupakan daerah kawasan hutan. Area kawasan hutan ini diperkirakan telah mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen, daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, dimanfaatkan sebagai daerah permukiman penduduk dengan luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04 persen. Sedang sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang Gambar 3.1 Luas Kabupaten Banyuwangi Dirinci Menurut Penggunaannya Tahun 2010 Hutan (31,72 %) Sawah (11,44 %) Lain-lain (17,48 %) Ladang (2,80 %) Perkebunan (14,21 %) Permukiman (22.04 %) Tambak (0,31 %) dan lain-lainnya. Selain penggunaan luas daerah yang demikian itu, Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta jumlah pulau ada 10 buah. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan manfaat besar bagi kemajuan ekonomi penduduk Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan yang datar I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i 2 0 1 0 17
dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7 43-8 46 Lintang Selatan dan 113 53-114 38 Bujur Timur. Secara administratif sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah Timur Selat Bali, sebelah Selatan Samudera Hindia serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso. Umumnya daerah bagian Selatan, Barat dan Utara merupakan daerah pegunungan atau hutan, sehingga pada daerah ini mempunyai tingkat kemiringan tanah dengan rata-rata mencapai 40 serta dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan daerah yang lain. Daerah datar terbentang luas dari bagian Selatan hingga Utara yang tidak berbukit. Daerah ini banyak dialiri sungai-sungai yang bermanfaat guna mengairi hamparan sawah yang luas. Daratan yang datar tersebut sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15 diikuti rata-rata curah hujan yang cukup memadai, sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah. Dari gambaran kondisi alam yang demikian itu menjadikan Kabupaten Banyuwangi pernah mendapat peringkat sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang merupakan daerah lumbung padi. Selain itu menurut data statistik juga memberikan adanya indikasi sebagai kabupaten potensi pertanian yang relatif besar setelah Kabupaten Malang dan Jember di kawasan Propinsi Jawa Timur. Dengan demikian berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan, berpotensi besar bagi peningkatan produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta mempunyai peluang besar bagi upayaupaya yang terkait dengan peningkatan potensi kelautan. Karena dari sepanjang garis pantai yang ada, yang merupakan daerah potensi perikanan laut dan biota lain itu masih belum dikelola secara optimal. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gajahmada Jogjakarta pada tahun 2002 menyebutkan bahwa, dari seluruh potensi laut yang ada itu masih kurang dari 10 persen yang baru bisa dikelola oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i 2 0 1 0 18
3.2 KEPENDUDUKAN Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti dengan penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). Jumlah penduduk telah digunakan sebagai salah satu penimbang terhadap besar kecilnya perolehan DAU bagi setiap pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Karena penduduk merupakan bagian dari pembangunan, maka posisi penduduk bisa sebagai subyek sekaligus bisa menjadi obyek dari pembangunan itu sendiri. Sampai dengan akhir tahun 2010 (sesuai dengan hasil sensus penduduk 2010) penduduk Kabupaten Banyuwangi tercatat sekitar 1.556.078 jiwa. Yang terdiri dari laki-laki sejumlah 774.448 jiwa dan perempuan ada sebanyak 781.630 jiwa. Dari sejumlah penduduk ini terdapat 467.733 kepala rumah tangga. 3.3 PENDIDIKAN Pada tahun 2010 jumlah fisik sekolah, murid dan guru untuk Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) jumlahnya masih mempunyai kecenderungan yang meningkat baik berstatus negeri maupun swasta. Bahkan keberadaan TK ini penyebarannya sudah bisa ditemui di setiap desa/kelurahan dengan jumlah sedikitnya ada satu lembaga sekolah. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang mempunyai kecenderungan jumlah lembaganya menurun dengan jumlah murid yang menurun pula. Penurunan jumlah lembaga SDN belakangan ini sebagai akibat dari kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan menyatukan dua SDN menjadi satu SDN, kebijakan ini diambil dengan mempertimbangkan jumlah murid pada SDN yang ada di bawah standar kecukupan sehingga perlu adanya efisiensi. Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat jumlah sekolah negeri perkembangannya terus bertambah, yang diikuti dengan naiknya jumlah SMP sederajat yang dikelola oleh pihak swasta. Pada sisi lain program pendidikan dasar atau yang lebih sering disebutsebut dengan istilah Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, secara kelembagaan di Kabupaten Banyuwangi sudah dapat dikategorikan cukup memadai, karena dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i 2 0 1 0 19
Banyuwangi seluruhnya sudah mempunyai SMP bahkan jumlahnya minimal ada satu SMP yang berstatus negeri. Pada jenjang pendidikan setingkat lebih tinggi yang disebut dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Lembaga SMA sederajat sampai dengan tahun 2010, keberadaannya di setiap kecamatan sudah relatif merata karena dari setiap kecamatan yang ada umumnya sudah mempunyai lembaga SMA sederajat minimal ada satu SMA baik negeri maupun swasta. Apabila setiap jenjang sekolah dari SD sederjat hingga SMA sederajat dihitung berdasarkan perbandingan antar jumlah lembaganya diperoleh bahwa, 5:1 untuk SD sederajat terhadap SMP sederajat, serta 2:1 untuk SMP sederajat terhadap SMA sederajat. Sedang perbandingan untuk jumlah muridnya diperoleh sekitar sekitar 3:1 untuk SD sederajat terhadap SMP sederajat, serta ada sekitar 2:1 untuk SMP sederajat terhadap SMA sederajat. Arti dari angka perbandingan tersebut bisa dimaknai bahwa dari setiap jumlah lulusan 5 SDN sederajat yang bisa meneruskan dan tertampung di SMP sederajat jumlahnya baru sekitar sepertiganya. Dan dari setiap jumlah lulusan 2 SMP sederajat yang bisa meneruskan dan tertampung di SMA sederajat jumlahnya baru sekitar separuhnya. 3.4 KESEHATAN Perkembangan program pembangunan di bidang kesehatan pada tahun 2010 bisa dilihat berdasarkan jumlah fisik dari masing-masing lembaga yang ada. Seperti lembaga Rumah Sakit (RS) Umum/Khusus yang sebanyak 11 RS, Puskesmas sebanyak 45 lembaga serta Poliklinik/BP ada sebanyak 43 unit. Beberapa kecamatan yang terletak di kawasan Selatan Kabupaten Banyuwangi sampai dengan tahun 2010 masih belum tersedia fasilitas kesehatan yang berupa Rumah Sakit, atau masih dicukupi dengan adanya Puskesmas Rawat Inap. Seharusnya di kawasan Selatan Kabupaten Banyuwangi ini dibangun RS, karena bagaimana pun juga RS mempunyai fasilitas yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan Puskesmas Dengan Dokter. Selain fasilitas kesehatan yang harus dibangun secara fisik, tenaga kesehatan atau para medis juga perlu mendapat tempat untuk bisa diupayakan keberadaannya, karena kebutuhan akan pelayanan I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i 2 0 1 0 20
kesehatan bagi setiap manusia mempunyai sifat yang paling mendasar. Bila diperhatikan jumlah Dokter (85 orang), Perawat dan Bidan (708 orang) pada tahun 2010, persebaran Dokter masih belum sebanding dengan persebaran penduduk. Sedang untuk Perawat dan Bidan mungkin dengan jumlah sebanyak 708 orang di tahun 2010 diperkirakan belum bisa mencukupi apabila dirasiokan dengan jumlah penduduk yang mencapai 1.556.078 jiwa. 3.5 PENDAPATAN PER KAPITA Ukuran kesejahteraan rakyat yang sering digunakan oleh para pengambil kebijakan salah satunya bisa berupa pendapatan per kapita. Walaupun kurang representatif pendapatan per kapita harus tetap disajikan untuk memperoleh gambaran sejauh mana pendapatan masyarakat secara rata-rata. Selain itu besaran pendapatan per kapita bisa digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan daerah satu dengan yang lain. Intepretasinya bila diperoleh angka pendapatan per kapitanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang lain, maka daerah yang lebih tinggi angka pendapatan per kapitanya tersebut lebih tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Pada tahun 2009 dan tahun 2010 Lima kecamatan yang menjadi pendukung utama perekonomian Kabupaten Banyuwangi adalah Kecamatan Muncar yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 1.928,8 miliar atau 9,31 persen pada tahun 2009, diikuti Kecamatan Wongsorejo (8,33 persen), Kecamatan Kalipuro (6,97 persen), Kecamatan banyuwangi dan Kecamatan Rogojampi yang masingmasing memberikan kontribusi sebesar 6,06 persen. Sementara itu 19 kecamatan lainnya memberikan kontribusi di bawah 5 persen. Pada tahun 2010 kondisi ini tidak banyak berubah, Kecamatan Muncar, Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan kalipuro, Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Rogojampi masih menjadi lima kecamatan dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banyuwangi, dengan kontribusi berturut-turut sebesar Rp. 2.226,3 miliar (9,45 persen), Rp. 1.912,4 miliar (8,12 persen), Rp. 1.585,1 I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i 2 0 1 0 21
miliar (6,73 persen), Rp. 1.459,8 miliar (6,20 persen), dan R p. 1.461,7 miliar (6,20 persen). Sektor pertanian menjadi sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Banyuwangi, dengan kontribusinya sebesar 47,5 persen di tahun 2009 dan 46,20 persen di tahun 2010. Kecamatan Wongsorejo mempunyai kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai tambah sektor pertanian di kabupaten banyuwangi, yaitu Rp. 1.309,6 miliar atau 13,30 persen di tahun 2009 dan meningkat menjadi Rp. 1.423,2 miliar atau 13,08 persen di tahun 2010 dengan subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan. Kecamatan Muncar menduduki peringkat berikutnya dengan kontribusi sebesar Rp. 1.057,2 miliar (10,74 persen) di tahun 2009 dan Rp. 1.203,9 miliar (11,36 persen) di tahun 2010. Berbeda dengan Kecamatan Wongsorejo, sektor pertanian Kecamatan Muncar didominasi oleh subsektor perikanan, terutama perikanan laut. Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Purwoharjo, dan Kecamatan Kalipuro menjadi penyumbang terbesar berikutnya dalam pembentukan nilai tambah sektor pertanian di Kabupaten banyuwangi dengan subsektor andalannya adalah subsektor tanaman bahan makanan. Sementara itu, Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Giri memiliki kontribusi terkecil dalam sektor pertanian. Pada tahun 2007 angka pendapatan per kapita terendah dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi berada di Kecamatan Siliragung yang jumlahnya baru mencapai Rp.3.610.000,00,- dan Kedua Kecamatan Tegalsari sebesar Rp.3.950.000,00,-. Kedua kecamatan ini merupakan dua kecamatan baru dari hasil pemekaran beberapa tahun yang lalu. Di dua kecamatan ini pula diperoleh hasil penghitungan PDRB yang terendah dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi. Jadi bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa Kecamatan Siliragung dan Tegalsari ini harus mendapat perhatian yang lebih bila dibanding dengan kecamatan lain terkait dengan pelaksanaan program pembangunan daerah, utamanya dalam rangka memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i 2 0 1 0 22