FRAMEWORK INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN DAN BERKETAHANAN IKLIM DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK STRATEGIS NASIONAL INDONESIA

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION OLEH KONTRAKTOR DALAM PROYEK GEDUNG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna

RAN MAPI KEMENTERIAN PU BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

Versi 27 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun , dan tidak termasuk. Tabel 1.1 Pertumbuhan Panjang Jalan di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim. Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

Iklim Perubahan iklim

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

Komunikasi: Tiktik Dewi Sartika Rina Widiyaningsih

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana

Sosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan

I. Permasalahan yang Dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2011 NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 Batam, 8-9 September 208 FRAMEWORK INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN DAN BERKETAHANAN IKLIM DI INDONESIA Wulfram I. Ervianto Program Studi Teknik Sipil,Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 44 Yogyakarta Email: ervianto@mail.uajy.ac.id ABSTRAK Fenomena terjadinya perubahan iklim di Bumi sedikit banyak dipicu oleh aktifitas manusia berupa pembangunan berbagai jenis infrastruktur, diantaranya bangunan gedung, jalan raya, waduk, jalan kereta api, pelabuhan, bandar udara dan lainnya. Jika tidak menerapkan pendekatan yang tepat, maka dapat berdampak negatif terhadap terganggunya ketersediaan material terutama yang bersifat tak terbarukan. Oleh karenanya, pengelolaan proyek konstruksi perlu bermetamorfosa dari pendekatan konvensional menjadi pendekatan ramah lingkungan yang fokus pada aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Di sisi lain, adanya perubahan iklim menimbulkan banyak persoalan lingkungan, diantaranya banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Tentu hal ini menimbulkan berbagai persoalan lingkungan yang berdampak langsung bagi manusia. Oleh karenanya, perlu dilakukan pendekatan baru dalam melaksanakan aktifitas konstruksi, tidak hanya pendekatan ramah lingkungan namun perlu mengelaborasi dampak perubahan iklim. Tujuan kajian ini adalah mengidentifikasi tantangan yang terkait dengan integrasi aspek ketahanan infrastruktur terhadap perubahan iklim dan aspek keberlanjutan, serta memformulasikan pendekatan terbaik dalam mengelola infrastruktur agar lebih tahan terhadap pengaruh alam dan berkelanjutan. Penelitian didasarkan pada kajian secara komprehensif terhadap berbagai dokumen akademis maupun hasil penelitian yang telah dipublikasikan baik di dalam maupun di luar negeri. Temuan dalam kajian ini adalah dimungkinkannya mengintegrasikan aspek teknis, sosial, politik dan strategis dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan sebagaimana yang dilakukan di Jepang dalam sistem penilaian CASBEE. Kata kunci: infrastruktur, berkelanjutan, berketahanan iklim. PENDAHULUAN Di era sekarang ini khususnya untuk Indonesia, infrastruktur menjadi sangat penting sebagai pendukung penggerak roda perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan karakteristik spesifik wilayah Indonesia yang terdiri dari.860 pulau dan terpisahkan satu sama lain oleh perairan dan lautan (BPS, 207). Saat ini, infrastruktur pelabuhan laut yang tersedia untuk menghubungkan antar pulau adalah 40 pelabuhan, sehingga rasio antara pelabuhan dan jumlah pulau adalah :. Kondisi ini menyebabkan tingginya biaya transportasi komoditas barang dan jasa di berbagai daerah yang berdampak meningkatnya harga barang dan jasa di pulau-pulau tertentu. Bagi pemerintah, tentu hal ini menjadi persoalan penting yang harus segera diselesaikan. Salah satu solusinya adalah membangun infrastruktur di darat dan di laut sesuai kebutuhan. Respon dari persoalan ini berupa program proyek strategis nasional. Jumlah proyek yang masuk dalam skema proyek strategis nasional Indonesia adalah 225 proyek yang terbagi menjadi 24 jenis proyek (gambar ). Sejumlah proyek strategis nasional tersebut diatas diyakini akan mampu mengakomodasi persoalan wilayah-wilayah di Indonesia yang masih tertinggal dalam pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, politik masih sangat terbatas dan terisolir dari wilayah sekitarnya. Dampak lainnya adalah belum berkembangnya wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh. Di sisi lain, setiap aktivitas proyek konstruksi cenderung menghasilkan dampak negatif dimana setiap jenis proyek akan menimbulkan dampak yang bervariasi dalam hal volume dan jenisnya. Banyak sedikitnya limbah yang dihasilkan sepanjang aktivitas proses konstruksi salah satunya ditentukan oleh kapasitas tim proyek, khususnya dalam hal memilih metoda konstruksi, jenis peralatan yang akan digunakan, dan kapasitas manajemen proyek yang dimiliki oleh tim proyek. Persoalan lainnya adalah pemerintah akan melakukan percepatan pembangunan proyek strategis nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor Tahun 206 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional pasal 2 Ayat, dinyatakan bahwa Pemerintah melakukan percepatan Proyek Strategis Nasional yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Badan Usaha, yang bersumber dari anggaran Pemerintah dan/atau non-anggaran Pemerintah. Dampak langsung adanya percepatan proyek adalah meningkatnya biaya proyek itu sendiri. Selain itu, fakta yang terjadi saat ini ada sejumlah proyek konstruksi yang mengalami kegagalan pengelolaan sehingga menimbulkan kerugian secara finansial, waktu dan korban jiwa. ISBN: 978-602-60286--7 MK - 65

MK - 66 Proyek Strategis Nasional Indonesia Program pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan Proyek pertanian dan kelautan Proyek pembangunan smelter Pariwisata Pembangunan kawasan industri prioritas /kawasan ekonomi khusus Proyek infrastruktur IPTEK strategis lainnya Proyek peningkatan jangkauan broadband Proyek bendungan Proyek pembangunan pos lintas batas (PLBN) dan sarana penunjang Proyek pembangunan tanggul penahan banjir Proyek penyediaan infrastruktur sistem air limbah komunal Proyek penyediaan infrastruktur air minum Proyek infrastruktur energi asal sampah Proyek pipa gas/terminal LPG Proyek pembangunan kilang minyak Program satu juta rumah Proyek pembangunan pelabuhan baru dan pengembangan kapasitas Proyek bandar udara strategis lainnya Proyek pembangunan bandar udara baru Proyek revitalisasi bandar udara Proyek pembangunan infrastruktur kereta api dalam kota. Proyek pembangunan infrastruktur sarana dan pra-sarana kereta api Proyek pembangunan infrastruktur jalan nasional/strategis nasional Proyek pembangunan infrastruktur jalan tol 2 2 4 5 6 7 7 8 2 24 47 59 Gambar. Proyek Strategis Nasional Indonesia Aspek regulasi, telah dipublikasikannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 05/PRT/M/205 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Pada Penyelenggaan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Dan Permukiman wajib diakomodasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Inti regulasi ini adalah adanya kewajiban untuk mengimplementasikan konstruksi berkelanjutan, yaitu sebuah pendekatan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menciptakan fasilitas fisik yang memenuhi tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan pada masa yang akan datang, serta memenuhi prinsip berkelanjutan. Dampak regulasi ini cukup signifikan terutama dalam hal pembiayaan proyek yang mengalami kenaikan sekitar 0% dari biaya proyek tanpa mengakomodasi isu berkelanjutan. Namun demikian, hal ini tetap harus dilakukan guna memastikan keberlanjutan kehidupan bagi generasi mendatang. Aspek lainnya yang menjadi isu adalah persoalan berketahanan iklim. Indonesia telah meratifikasi Kerangka Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada tahun 994 berupa Undang-Undang No. 6 tahun 994. Dengan meratifikasi UNFCCC tersebut maka Indonesia berkewajiban mengkomunikasikan berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi dampak pemanasan global akibat terjadinya perubahan iklim global. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia ikut bertanggung jawab terhadap persoalan lingkungan di tingkat global lebih spesifik perubahan iklim di Bumi. Beberapa persoalan tersebut diatas perlu ditindaklanjuti dalam bentuk program yang operasional sehingga terlihat kegiatan nyata. Tujuan dalam kajian ini adalah memformulasikan pendekatan yang secara nyata dalam membangun infrastruktur yang berkelanjutan sekaligus berketahanan iklim. 2. KAJIAN PUSTAKA Sejalan dengan rencana pembangunan proyek strategis nasional harus diikuti dengan pendekatan berkelanjutan. Undang-Undang No. 2 Tahun 997, menyebutkan pembangunan berkelanjutan didefinisikan Upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Turunan dari pembangunan berkelanjutan adalah green. Capaian terkait isu berkelanjutan saat ini sudah lebih baik dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Jenis infrastruktur yang telah mengimplementasikan isu inipun telah beragam, antara lain adalah bangunan gedung (green building), infrastruktur jalan (green road), sedangkan infrastruktur lainnya masih dalam tahap penelitian, diantaranya adalah pelabuhan laut hijau (green port). Persoalan lainnya adalah bagaimana mengimplementasikan pendekatan green dalam pembangunan infrastruktur saat konstruksi berlangsung maupun setelah operasional? Perubahan iklim global disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang sangat berpengaruh terhadap siklus air sehingga berpotensi memperpanjang kemarau dan meningkatkan intesitas hujan serta menaikan permukaan laut. Hal ini akan ISBN: 978-602-60286--7

MK - 67 berdampak terhadap kerawanan kekeringan dan banjir. Berdasarkan data diketahui bahwa ± 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan perkotaan, salah satunya dari tempat pembuangan akhir yang bersifat open dumping sebagai penghasil gas metana (CH4). Selain itu, bangunan gedung menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi di tahap konstruksi dan operasi. Dengan demikian, daerah perkotaan merupakan kawasan yang rentan terhadap perubahan iklim ditambah lagi populasi penduduk perkotaan relatif lebih besar dibanding perdesaan sehingga dalam menghasilkan gas rumah kaca cenderung lebih besar. Isu lainnya adalah persoalan perubahan iklim yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Adanya isu tersebut secara langsung akan berpengaruh terhadap ketiga isu lain, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan demikian seluruh infrastruktur yang akan dibangun di Indonesia perlu mengakomodasi empat isu tersebut (Gambar 2). Sejauh ini belum ditemui formulasi infrastruktur berkelanjutan dan berketahanan iklim yang komprehensif. Gambar 2. Pendekatan Isu Berkelanjutan dan Berketahanan Iklim Pengetahuan tentang berketahanan iklim perlu dilakukan studi secara komprehensif terlebih dahulu. Upaya pemerintah dalam pengurangan dampak perubahan iklim dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 20 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Perpres ini mencakup lima sektor, yaitu: kehutanan dan lahan gambut, limbah, pertanian, industri, energi dan transportasi. Secara nyata, aktivitas kontruksi mencakup empat dari lima isu tersebut diatas, yaitu (a) kehutanan, mengingat sebagian besar material konstruksi dipanen dari hutan berupa kayu, (b) limbah, proses konstruksi menghasilkan limbah relatif besar meskipun banyak sedikitnya bergantung dari kemampuan manajemen kontraktor, (c) industri, ketergantungan produk manufaktur dalam proyek konstruksi relatif tinggi, apalagi adanya usaha untuk mengindustrialisasikan proyek konstruksi, (d) energi, komoditas ini berperan penting dalam proses konstruksi, (e) transportasi, aktivitas ini sangat bergantung dari ketersediaan energi, dimana saat ini masih didominasi energi fosil. Dengan demikian apabila sebuah proyek konstruksi mengakomodasi kelima isu tersebut dalam pembangunannya maka dapat dinyatakan bahwa infrastruktur tersebut berkelanjutan dan berketahanan iklim. Namun demikian masih perlu diformulasikan di tingkat indikator agar dapat diukur pencapaiannya. Kerangka pikir dalam konsep berketahanan iklim didasarkan pada interaksi tiga elemen, yang terdiri dari (a) Sistem, didefinisikan suatu kesatuan yang terdiri elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan terjadinya aliran informasi, materi, energi guna mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini berupa infrastruktur, ekosistem, pasokan makanan dan air, energi, transportasi, tempat berlindung (shelter), komunikasi. (b) Institusi, mencakup aturan sosial atau konvensi dalam aspek sosial dan ekonomi. (c) Agen, yaitu individual, rumah tangga, organisasi sektor swasta dan pemerintah. Ketiga aspek tersebut saling berinteraksi dan berkolaborasi menciptakan pendekatan berketahanan iklim (Gambar ). Berketahanan iklim dalam lingkup kota, terdiri dari empat komponen penting, yaitu: (a) kesehatan dan kehidupan yang layak, (b) aspek sosial dan ekonomi, (c) infrastruktur dan lingkungan, (d) strategi dan kepemimpinan. Selain itu terdapat tujuh hal yang terkait dengan kualitas berketahanan iklim, yaitu: (a) integrasi, (b) inklusif, (c) selalu membutuhkan sumberdaya, (d) fleksibel, (e) sesuai kebutuhan, (f) kuat, (g) reflektif. ISBN: 978-602-60286--7

MK - 68 Sistem Agen Institusi Gambar. Elemen Penting Dalam Konsep Berketahanan Iklim Berketahanan iklim diukur dalam banyak sedikitnya emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sebuah negara, yang dikontribusi secara kolaborasi dari tingkat kabupaten kota, propinsi, negara. Timbulnya emisi CO 2 dipicuoleh berbagai hal, antara lain persoalan hutan dan lahan gambut, transportasi, pertanian, industri, energi, dan limbah. Dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau COP 2 pada tahun 205 yang lalu telah disepakati pembatasan emisi gas rumah kaca. Dengan harapan tidak akan terjadi pemanasan global lebih dari 2 o Celcius hingga tahun 200. The Washington Post memprakirakan emisi pada tahun 207 akan mencapai 7 miliar ton karbon dioksida, yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research Letters. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dalam Rencana Aksi Nasional Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (RAN MAPI) yang fokus pada beberapa hal penting sebagai upaya mitigasi maupun adaptasi, yaitu: (a) Bidang Sumberdaya air dalam upaya mitigasi perubahan iklim pada penanganan pengelolaan tata air lahan gambut di kawasan rawa berupa rehabilitasi sistem jaringan irigasi hemat air serta mendorong terlaksananya gerakan hemat air. (b) Bidang jalan dan jembatan mengarahkan rencana aksi mitigasi melalui upaya penurunan kemacetan serta penggunaan material jalan ramah lingkungan, sedangkan upaya adaptasi fokus pada upaya penurunan risiko kerusakan jalan akibat dampak perubahan iklim. (c) Bidang Keciptakaryaan fokus pada upaya mitigasi dan pengelolaan sampah dan limbah guna menurunkan emisi gas metana, dan pengelolaan bangunan dan lingkungan hemat energi. Adaptasi diarahkan untuk mengaktifkan gerakan hemat air dan penanganan sistem drainase sehingga mampu mengantisipasi dampak dari perubahan curah hujan yang ekstrem. (e) Bidang penataan ruang mengupayakan mitigasi perubahan iklim yang difokuskan pada upaya mendorong perwujudan 0% kawasan konservasi pada daerah aliran sungai guna meningkatkan carbon sink melalui percepatan penetapan perda RTRW provinsi dan kabupaten/kota. Upaya lain adalah melalui konsep ekonomi rendah karbon dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sementara dalam upaya adaptasi lebih diarahkan untuk mengidentifikasi wilayah (kabupaten/kota) yang rentan terkena dampak perubahan iklim.. METODOLOGI Kajian untuk memperoleh pengetahuan terkait dengan isu berkelanjutan dan berketahanan iklim untuk infrastruktur digunakan pendekatan dan tahapan sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Tahap pertama, yaitu mendefinisikan pendekatan infrastruktur berkelanjutan yang terdiri dari 42 indikator (Ervianto, 205). Tahap kedua, mendefinisikan pendekatan infrastruktur berketahanan iklim khususnya untuk wilayah di Indonesia. Tahap ketiga, mengagregasikan hasil kajian pendekatan berkelanjutan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Sedangkan hasil kajian berketahanan iklim, terdiri dari isu kehutanan dan lahan gambut, isu transportasi, isu pertanian, isu industri, isu energi, dan isu limbah. Tahap berikutnya adalah mengidentifikasi sejumlah indikator yang merupakan representasi dari isu berkelanjutan dan berketahanan iklim yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan di Indonesia (gambar 4). Perlu dipahami bahwa indikator berkelanjutan dan berketahanan iklim antara negara yang satu dengan negara lainnya belum tentu sama dikarenakan isu keduanya sangat bergantung dengan karakter spesifik lokal namun berdampak global. Pengetahuan yang bersumber dari berbagai pihak yang terlibat harus terintegrasi menjadi sebuah pengetahuan baru yang mengakomodasi isu berkelanjutan dan berketahanan iklim. Persoalan dalam mengintegrasikan dua pendekatan tersebut bukan persoalan mudah, namun perlu segera dilaksanakan meskipun melalui proses panjang (gambar 4). Salah satu pendekatan yang mungkin dilakukan adalah melalui program insentif dan kebijakan. Belajar dari negara Jepang, dalam mengintegrasikan seluruh pemangku kepentingan tersebut diatas melalui sistem penilaian yang mengintegrasikan resilience dan sustainability yang disebut CASBEE (Comprehensive Assessment System for Building Environmental Efficiency). ISBN: 978-602-60286--7

MK - 69 Mulai Isu Berkelanjutan Isu Berketahanan Iklim Aspek Ekonomi Kehutanan dan lahan gambut Aspek Sosial Faktor/Indikator Pembangunan Berkelanjutan Faktor/Indikator Berketahanan Iklim Transportasi Aspek Lingkungan Pertanian Faktor/Indikator Berkelanjutan dan berketahanan iklim Industri Energi Selesai Limbah Gambar 4. Pendekatan Infrastruktur Berkelanjutan dan Berketahanan Iklim Pengetahuan yang bersumber dari berbagai pihak yang terlibat harus terintegrasi menjadi sebuah pengetahuan baru yang mengakomodasi isu berkelanjutan dan berketahanan iklim. Persoalan dalam mengintegrasikan dua pendekatan tersebut bukan persoalan mudah, namun perlu segera dilaksanakan meskipun melalui proses panjang (gambar 4). Salah satu pendekatan yang mungkin dilakukan adalah melalui program insentif dan kebijakan. Belajar dari negara Jepang, dalam mengintegrasikan seluruh pemangku kepentingan tersebut diatas melalui sistem penilaian yang mengintegrasikan resilience dan sustainability yang disebut CASBEE (Comprehensive Assessment System for Building Environmental Efficiency). 4. BELAJAR DARI SISTEM PENILAIAN CASBEE CASBEE rating tools adalah instrumen yang digunakan untuk menilai seberapa ramah lingkungan sebuah infrastruktur yang dibangun. Instrumen ini dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu : Tool- : CASBEE for new construction, Tool-2 : CASBEE for existing building. Tool- : CASBEE for renovation. Tool-4 : CASBEE for heat island. Tool-2 : CASBEE for urban development. Sekilas instrumen ini ada kemiripan dengan instrumen penilai yang ada di Indonesia, yaitu GREENSHIP yang dikelola oleh Green Building Council Indonesia. Perbedaannya terletak pada diakomodasinya CASBEE for heat island. Tentu saja setiap instrumen tidak selalu sama antara negara satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam mengakomodasi isu tertentu akan berbeda kondisi lingkungan negara satu dengan yang lain. Sebagai langkah awal dapat digunakan sistem rating GREENSHIP selanjutnya dapat ditingkatkan secara gradual. 5. KESIMPULAN Temuan dalam kajian ini secara teknis isu tentang keberlanjutan dan berketahanan iklim dimungkinkan untuk diagregasikan melalui proses yang relatif panjang yang melibatkan berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai pemangku kepentingan antara lain ilmu teknik, strategis, sosial, dan politik. Mengagregasikan antara insentif dan kebijakan merupakan salah satu pendekatan terbaik agar seluruh pemangku kepentingan terintegrasi. Di setiap daerah/negara indikator mengenai berkelanjutan dan berketahanan iklim belum tentu sama oleh karenanya jika akan mengadopsi indikator dari suatu daerah/negara harus disesuaikan dengan karakter lokalitasnya. Kajian ini masih di tahap konsep yang bertujuan untuk memformulasikan pengetahuan yang mengagregasikan isu berkelanjutan dan berketahanan iklim, sehingga keluarannya masih berupa tahapan dalam menemukan isu yang sesungguhnya. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Tahun 207. ISBN: 978-602-60286--7

MK - 70 CASBEE (Comprehensive Assessment System for Building Environmental Efficiency). Green Building Council Indonesia, GREENSHIP Versi.. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor : 05/PRT/M/205 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Pada Penyelenggaan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor : 05/PRT/M/205 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Pada Penyelenggaan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. Peraturan Presiden Nomor Tahun 206 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 20 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Undang-Undang No. 2 Tahun 997, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang No. 6 Tahun 994. Tentang Pengesahan United Nations Framework Convention On Climate Change. ISBN: 978-602-60286--7