Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

dokumen-dokumen yang mirip
Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Air dan air limbah Bagian 79: Cara uji nitrat (NO 3 -N) dengan spektrofotometer UV-visibel secara reduksi kadmium

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

Pupuk SP-36 SNI

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Pupuk amonium sulfat

Pupuk kalium sulfat SNI

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Pupuk amonium klorida

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Pupuk dolomit SNI

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

Pupuk super fosfat tunggal

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

Lampiran 1. Prosedur Analisis

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Pupuk fosfat alam untuk pertanian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

PENERAPAN KURVA KALIBRASI, BAGAN KENDALI AKURASI DAN PRESISI SEBAGAI PENGENDALIAN MUTU INTERNAL PADA PENGUJIAN COD DALAM AIR LIMBAH

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

SNI Standar Nasional Indonesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

Pupuk tripel super fosfat

LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORBEN CANGKANG GONGGONG

Pulp - Cara uji bilangan kappa

Pupuk kalium klorida

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

Air dan air limbah Bagian 12: Cara uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

Cara uji kadar nitrogen total sedimen dengan distilasi Kjeldahl secara titrasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

Peralatan : 1. Labu digesti, sebaiknya gunakan tabung kultur borosilikat dengan tutup (model TFE-lined screw)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Air dan air limbah Bagian 72: Cara uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand/ BOD)

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Cara uji... 2 4 Pengendalian mutu... 5 5 Presisi dan bias... 6 6 Rekomendasi... 6 Lampiran A (normatif) Pelaporan... 7 Bibliografi... 8 Tabel 1 - Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam digestion vessel... 4 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) ini merupakan revisi dari SNI 06-6989.2-2004, Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri. SNI ini menggunakan referensi dari metode standar internasional yaitu Standard Methods for the Examinatioan of Water and Wastewater, 21 st Edition, editor L.S Clesceri, A.E. Greenberg, A.D. Eaton, APHA, AWWA and WEF, Washington DC, 2005, Methods 5220 D (Closed Reflux, Colorimetric Methods). SNI ini telah melalui uji coba di laboratorium pengujian dalam rangka validasi dan verifikasi metode serta dikonsensuskan oleh Subpanitia Teknis 13-03-S1, Kualitas Air dari Panitia Teknis 13-03, Kualitas Lingkungan dan Manajemen Lingkungan dengan para pihak terkait. SNI ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat yang mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis dan pemerintah terkait pada tanggal 29 Oktober 2008 di Serpong, Tangerang Banten dan telah melalui jajak pendapat pada tanggal 18 Maret 2009 sampai dengan 18 Juni 2009, dengan hasil akhir RASNI. Dengan ditetapkannya SNI 06-6898.2-2009 ini, maka penerapan SNI 06-6989.2-2004 dinyatakan tidak berlaku lagi. Pengguna SNI agar dapat meneliti validasi SNI yang terkait dengan metode ini, sehingga dapat selalu menggunakan SNI edisi terakhir. ii

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri 1 Ruang lingkup Metode ini digunakan untuk pengujian kebutuhan oksigen kimiawi (COD) dalam air dan air 2- limbah dengan reduksi Cr 2 O 7 secara spektrofotometri pada kisaran nilai COD 100 mg/l sampai dengan 900 mg/l pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 600 nm dan nilai COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/l pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 420 nm. Metode ini digunakan untuk contoh uji dengan kadar klorida kurang dari 2000 mg/l. 2 Istilah dan definisi 2.1 blind sample larutan dengan kadar analit tertentu yang diperlukan seperti contoh uji 2.2 Chemical Oxygen Demand (COD) 2- jumlah oksidan Cr 2 O 7 yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O 2 untuk tiap 1000 ml contoh uji 2.3 kurva kalibrasi kurva yang menyatakan hubungan kadar larutan kerja dengan hasil pembacaan absorbansi yang merupakan garis lurus 2.4 larutan blanko atau air suling bebas organik air suling yang tidak mengandung senyawa organik atau mengandung senyawa organik dengan kadar lebih rendah dari batas deteksi atau perlakuannya sama dengan contoh uji 2.5 larutan induk larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah 2.6 larutan baku larutan induk yang diencerkan dengan air suling bebas organik, sampai kadar tertentu 2.7 larutan kerja larutan baku yang diencerkan dengan air suling bebas organik, digunakan untuk membuat kurva kalibrasi 2.8 spike matrix contoh uji yang diperkaya dengan larutan baku dengan kadar tertentu 1 dari 8

3 Cara uji 3.1 Prinsip Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr 2 O 7 2- dalam refluks tertutup menghasilkan Cr 3+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O 2 mg/l) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr 2 O 7 2- kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 420 nm dan Cr 3+ kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai COD 100 mg/l sampai dengan 900 mg/l kenaikan Cr 3+ ditentukan pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai COD yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama 2- dengan 90 mg/l penurunan konsentrasi Cr 2 O 7 ditentukan pada panjang gelombang 420 nm. 3.2 Bahan a) air bebas organik; b) digestion solution pada kisaran konsentrasi tinggi. Tambahkan 10,216 g K 2 Cr 2 O 7 yang telah dikeringkan pada suhu 150 C selama 2 jam ke dalam 500 ml air suling. Tambahkan 167 ml H 2 SO 4 pekat dan 33,3 g HgSO 4. Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 ml. c) digestion solution pada kisaran konsentrasi rendah. Tambahkan 1,022 g K 2 Cr 2 O 7 yang telah dikeringkan pada suhu 150 C selama 2 jam kedalam 500 ml air suling. Tambahkan 167 ml H 2 SO 4 pekat dan 33,3 g HgSO 4. Larutkan, dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 ml. d) larutan pereaksi asam sulfat Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag 2 SO 4 ke dalam 1000 ml H 2 SO 4 pekat. Aduk hingga larut. CATATAN Proses pelarutan Ag 2 SO 4 dalam asam sulfat dibutuhkan waktu pengadukan selama 2 (dua) hari, sehingga digunakan magnetic stirer untuk mempercepat melarutnya pereaksi. e) asam sulfamat (NH 2 SO 3 H). Digunakan jika ada gangguan nitrit. Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk setiap mg NO 2 -N yang ada dalam contoh uji. f) larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC 6 H 4 COOK, KHP) COD 500 mg O 2 /L Gerus perlahan KHP, lalu keringkan sampai berat konstan pada suhu 110 C. Larutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik dan tepatkan sampai 1000 ml. Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin pada temperatur 4 C ± 2 C dan dapat digunakan sampai 1 minggu selama tidak ada pertumbuhan mikroba. Sebaiknya larutan ini dipersiapkan setiap 1 minggu. CATATAN 1 Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat digunakan sebagai pengendalian mutu kinerja pengukuran. CATATAN 2 Bila nilai COD contoh uji lebih besar dari 500 mg/l, maka dibuat larutan baku KHP yang mempunyai nilai COD 1000 mg O 2 /L. CATATAN 3 Larutan baku KHP dapat menggunakan larutan siap pakai. 2 dari 8

3.3 Peralatan a) spektrofotometer sinar tampak (400 nm sampai dengan 700 nm); b) kuvet; c) digestion vessel, lebih baik gunakan kultur tabung borosilikat dengan ukuran 16 mm x 100 mm; 20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup ulir. Atau alternatif lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 ml (diameter 19 mm sampai dengan 20 mm); d) pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block); CATATAN Jangan menggunakan oven. e) buret; f) labu ukur 50,0 ml; 100,0 ml; 250,0 ml; 500,0 ml dan 1000,0 ml; g) pipet volumetrik 5,0 ml; 10,0 ml; 15,0 ml; 20,0 ml dan 25,0 ml; h) gelas piala; i) magnetic stirrer; dan j) timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg. 3.4 Persiapan dan pengawetan contoh uji 3.4.1 Persiapan contoh uji a) homogenkan contoh uji; CATATAN Contoh uji dihaluskan dengan blender bila mengandung padatan tersuspensi. b) cuci digestion vessel dan tutupnya dengan H 2 SO 4 20 % sebelum digunakan; 3.4.2 Pengawetan contoh uji Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan menambahkan H 2 SO 4 pekat sampai ph lebih kecil dari 2 dan disimpan dalam pendingin pada temperatur 4 C ± 2 C dengan waktu simpan maksimum yang direkomendasikan 7 hari. 3.5 Pembuatan larutan kerja Buat deret larutan kerja dari larutan induk KHP dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 kadar yang berbeda secara proporsional yang berada pada rentang pengukuran. 3.6 Prosedur 3.6.1 proses digestion a) pipet volume contoh uji atau larutan kerja, tambahkan digestion solution dan tambahkan larutan pereaksi asam sulfat yang memadai ke dalam tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam tabel berikut: 3 dari 8

Tabel 1 - Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam digestion vessel Digestion Vessel Tabung kultur 16 x 100 mm 20 x 150 mm 25 x 150 mm Standar Ampul: 10 ml Contoh uji (ml) 2,50 5,00 10,00 2,50 Digestion solution (ml) 1,50 3,00 6,00 1,50 Larutan pereaksi asam sulfat (ml) 3,5 7,0 14,0 3,5 Total volume (ml) 7,5 15,0 30,0 b) tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen; c) letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 C, lakukan refluks selama 2 jam. CATATAN Selalu gunakan pelindung wajah dan sarung tangan untuk melindungi dari panas dan kemungkinan menyebabkan ledakan tinggi pada suhu 150 C. 3.6.2 Pembuatan kurva kalibrasi Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut: a) hidupkan alat dan optimalkan alat uji spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian COD. Atur panjang gelombangnya pada 600 nm atau 420 nm; b) ukur serapan masing-masing larutan kerja kemudian catat dan plotkan terhadap kadar COD; a) buat kurva kalibrasi dari data pada butir 3.7.1.b) di atas dan tentukan persamaan garis lurusnya; b) jika koefisien korelasi regreasi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan ulangi langkah pada butir 3.7.1 a) sampai dengan c) hingga diperoleh nilai koefisien r 0,995. 3.6.3 Pengukuran contoh uji 3.6.3.1 Untuk contoh uji COD 100 mg/l sampai dengan 900 mg/l a) dinginkan perlahan-lahan contoh yang sudah direfluks sampai suhu ruang untuk mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat pendinginan sesekali tutup contoh dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas; b) biarkan suspensi mengendap dan pastikan bagian yang akan diukur benar-benar jernih; c) ukur serapan contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan (600 nm); d) hitung kadar COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi; e) lakukan analisa duplo. 3.6.3.2 Untuk contoh uji COD lebih kecil dari atau sama dengan 90 mg/l a) dinginkan perlahan-lahan contoh yang sudah direfluks sampai suhu ruang untuk mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat pendinginan sesekali tutup contoh dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas; b) biarkan suspensi mengendap dan pastikan bagian yang akan diukur benar-benar jernih; c) gunakan pereaksi air sebagai larutan referensi; d) ukur serapannya contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan (420 nm); e) hitung kadar COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi; f) lakukan analisa duplo. 7,5 CATATAN Apabila kadar contoh uji berada di atas kisaran pengukuran, lakukan pengenceran. 4 dari 8

3.7 Perhitungan Nilai COD sebagai mg O 2 /L: Kadar COD (mg O 2 /L) = C x f (1) Keterangan: C adalah nilai COD contoh uji, dinyatakan dalam miligram per liter (mg/l); f adalah faktor pengenceran. a) Masukkan hasil pembacaan serapan contoh uji ke dalam regresi linier yang diperoleh dari kurva kalibrasi. b) Nilai COD adalah hasil pembacaan kadar contoh uji dari kurva kalibrasi. 4 Pengendalian mutu a) Gunakan bahan kimia pro analisa (pa). b) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi. c) Gunakan alat ukur yang terkalibrasi. d) Gunakan air suling bebas organik untuk pembuatan blanko dan larutan kerja. e) Dikerjakan oleh analis yang kompeten. f) Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu simpan maksimum 7 hari. g) Perhitungan koefisien korelasi regresi linier (r) lebih besar atau sama dengan 0,995 dengan intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi. h) Lakukan analisis blanko dengan frekuensi 5 % sampai dengan 10 % per batch (satu seri pengukuran) atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol kontaminasi. i) Lakukan analisis duplo dengan frekuensi 5 % sampai dengan 10 % per satu seri pengukuran atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol ketelitian analisis. Jika Perbedaan Persen Relatif (Relative Percent Difference/RPD) lebih besar atau sama dengan 10 %, maka dilakukan pengukuran ketiga untuk mendapatkan RPD kurang dari 10 %. Persen RPD: hasil pengukuran duplikat pengukuran % RPD = 100% (2) (hasil pengukuran + duplikat pengukuran) / 2 j) Lakukan kontrol akurasi dengan larutan baku KHP dengan frekuensi 5 % sampai dengan 10 % per batch atau minimal 1 kali untuk 1 batch. Kisaran persen temu balik adalah 85 % sampai dengan 115 %. Persen temu balik (% recovery, % R): A % R = 100 % B Keterangan: A adalah hasil pengukuran larutan baku KHP, dinyatakan dalam milligram per liter (mg/l); B adalah kadar larutan baku KHP hasil penimbangan (target value), dinyatakan dalam milligram per liter (mg/l). (3) 5 dari 8

5 Presisi dan bias Standar ini telah melalui uji banding metode dengan peserta 7 laboratorium pada kadar 194 mg COD/L tanpa klorida dengan tingkat presisi (%RSD) 4,3 % dan akurasi (bias metode) 2,4 %, sedangkan pada kadar 48,6 mg COD/L tanpa klorida dengan peserta 8 laboratorium menghasilkan tingkat presisi (%RSD) 7,79 % dan akurasi (bias metode) 8,43 %. 6 Rekomendasi a) Lakukan analisis blind sample. b) Buat control chart untuk akurasi dan presisi analisis. 6 dari 8

Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut. Lampiran A (normatif) Pelaporan 1) Parameter yang dianalisis. 2) Nama analis. 3) Tanggal analisis. 4) Rekaman hasil pengukuran duplo, triplo dan seterusnya. 5) Rekaman kurva kalibrasi. 6) Nomor contoh uji. 7) Tanggal penerimaan contoh uji. 8) Batas deteksi. 9) Rekaman hasil perhitungan. 10) Hasil pengukuran persen temu balik. 11) Kadar kebutuhan oksigen kimiawi (COD) dalam contoh uji. 7 dari 8

Bibliografi Lenore S.Clesceri et al., Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater 21 st Edition, 2005, Methods 5220 D (Closed Reflux, Colorimetric Methods). 8 dari 8

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp: 021-574 7043; Faks: 021-5747045; e-mail : bsn@bsn.go.id