BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional



dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

2

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2008 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 3 Maret 2016

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 21 Januari 2016

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 25 Februari 2016

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

Pasal II. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C.

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan HASIL UJI RESIDU ANTIBIOTIKA PMSR BPMSPH TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang, dimana pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan nasional merupakan upaya yang berkesinambungan yang meliputi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta melaksanakan ketertiban dunia berdasar kedamaian abadi dan kesejahteraan sosial Untuk mencapai tujuan nasional, pembangunan nasional harus dilaksanakan di segala bidang. Sektor-sektor pembangunan tersebut antara lain sektor politik, sektor ekonomi, sektor budaya, sektor hukum, sektor ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta sektor keamanan. Guna mencapai semuanya itu diperlukan peran negara dalam membangun dan mengimplementasikan kebijakan publik di bidang kesejahteraan (public welfare) pembangunan nasional dapat diwujudkan dengan upaya penanggulangan kemiskinan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, yang memiliki berbagai masalah pembangunan di dalamnya. Pada dekade tahun tujuh puluhan,

2 Schumacer dalam bukunya Small Is Beautiful telah mengingatkan bahwa persoalan negara berkembang terletak pada dua juta desa yang miskin dan terbelakang. Menurut Schumacher Selama beban hidup di pedesaan tidak dapat diringankan, maka masalah kemiskinan di dunia tidak akan dapat diselesaikan, dan mau tidak mau pasti akan lebih memburuk. Wasistiono dan Tahir, (2006: 42) Oleh karena itu, akar pemberdayaan masyarakat miskin seharusnya memang dimulai dari desa, dimana permasalahan tersebut pertama kali muncul dikarenakan kurang terbukanya pemikiran masyarakat pedesaan mengenai pentingnya pemberdayaan di segala bidang untuk mengurangi dampak kemiskinan. Namun, berkaca dari pemikiran tersebut, meskipun saat ini Negara Indonesia masih merupakan negara berkembang, namun persoalan yang seringkali muncul mengenai fenomena kemiskinan bukanlah hanya berasal dari pedesaan, bahkan cenderung mayoritas adalah dari perkotaan, hal ini mungkin juga disebabkan dari urbanisasi besarbesaran oleh masyarakat pedesaan menuju ke perkotaan. Hal tersebut membuktikan bahwa persoalan pemberdayaan masyarakat miskin harus dilakukan dari berbagai arah secara bersama-sama, bukan hanya dari pedesaan saja tetapi juga dari perkotaan. Kemiskinan bukanlah suatu sosok yang amorphous (sesuatu yang bersifat abstrak) tetapi merupakan fenomena yang bersifat komplek dan multimedimensional. Rendahnya tingkat taraf hidup yang sering kali dijadikan alat pengukur kemiskinan, pada hakekatnya hanyalah sejumlah faktor yang mewujudkan sindrom kemiskinan. Dari segi politik-ekonomi, kemiskinan dipahami sebagai produksi dan hubungan kekuasaaan dalam masyarakat yang keseluruhannya menciptakan kondisi miskin. Dari segi ini kemiskinan juga dianggap sebagai konsekuensi dari proses

3 yang telah mendorong konsentrasi kekayaan dan kekuasaan di suatu pihak dan menumbuhkan masa pinggiran yang mempunyai posisi penawar yang lemah di lain pihak. Moeljarto Tjokrowinoto (1996:4) Sehubungan dengan itu, pemerintah memandang perlu untuk membentuk suatu lembaga pemberdayaan yang mampu mengevaluasi program-program sebelumnya, terutama dalam menanggulangi persoalan kemiskinan struktural maupun yang diakibatkan oleh krisis ekonomi. Kegiatan ini tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat yang kini kita alami, namun juga bersifat strategis karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa intitusi masyarakat yang menguat bagi perkembangannya dimasa mendatang. Pada akhirnya upaya penanggulangan kemiskinan dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. (Kumaidi, PNPM Mandiri (http://fenditungkal. blogspot.com /2010/11/ Upaya Keluar Dari Kemiskinan, di akses 15 November 2012) Harapan evaluasi terhadap program-program pengentasan kemiskinan yang sering kali mengalami kegagalan serta peningkatan efektivitas penanggulangan kemiskinan muncul kembali seiring peluncuran Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal yang selanjutnya disingkat P2KPDT. Ditengah upaya pemerintah dalam mewujudkan pembangunan nasional, masih saja terdapat daerah yang tergolong ke dalam daerah tertinggal. Berdasarkan keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal No : 001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Pembangunan Daerah Tetinggal, dinyatakan bahwa terdapat 199 daerah di Indonesia yang tergolong tertinggal. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional semestinya tidak ada kesenjangan pembangunan di masing-masing daerah di Indonesia, karena

4 pembangunan dimaknai sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa dalam rangka pembinaan bangsa. Siagian (2000: 4) Pembangunan untuk daerah tertinggal perlu mendapatkan perhatian yang lebih demi terciptanya pemerataan pembangunan dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Berdasarkan keputusan menteri pembangunan daerah tertinggal nomor 001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal, dinyatakan bahwa : Pada hakekatnya pembangunan nasional harus bersifat adil, demokrasi, terbuka, partisipatif, dan terintegrasi sehingga kesenjangan pembangunan daerah yang ada saat ini dapat diatasi, dengan demikian untuk mengatasi kesenjangan pembangunan di daerah maka diperlukan strategi nasional pembangunan daerah tertinggal sebagai landasan bagi semua pihak (Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat) dalam melaksanakan pembangunan daerah tertinggal, sehingga dalam pelaksanaan pembangunan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Tabel 1. Sebaran Rata-rata Bantuan P2KPDT Tahun 2007 2009 No. Propinsi Jumlah Kab. Tertinggal Rata-Rata Bantuan P2KPDT 2007 2008 2009 Pertumbuhan 1. Nangroe Aceh Darussalam (NAD) 16 41,36 132,82 627,55 1.417,29 2. Sumatera Utara 6 1.375,78 1.277,65 1.427,96 4,30 3. Sumatera Barat 2 683,64 2.047,58 1.427,64 108,83 4. Riau 2 1.717,57 4.827,82 5,261,66 206,34 5. Jambi 2 957,60 2.233,21 2.213,04 131,10 6. Sumatera Selatan 6 949,95 1.319,62 1.362,48 43,43 7. Bengkulu 8 786,44 2.189,47 1.331,44 69,30 8. Lampung 5 1.303,11 1.486,77 2.205,25 55,42 9. Bangka Belitung 3 437,38 1.167,89 2.083,92 376,46

5 10. Kepulauan Riau 1 996,00 2.965,94 615,99 (38,15) 11. Jawa Barat 2 723,70 1.422,01 773,15 6,83 12. Jawa Tengah 3 1.387,83 2.063,75 1.870,47 34,83 13. D.I. Yogyakarta 2 345,12 1.530,30 1.478,41 328,38 14. Jawa Timur 8 1.059,34 1.699,66 1.346,24 27,08 15. Banten 2 400,15 2.032,29 1.434,95 258,60 16. Bali 1 0 699,47 546,52 (21,87) 17. Nusa Tenggara Barat 7 1.809,65 1.533,21 1.309,53 (27,64) 18. Nusa Tenggara Timur 15 1.276,22 1.621,85 1.413,65 10,77 19. Kalimantan Barat 9 974,00 1.078,28 1.133,49 16,37 20. Kalimantan Tengah 7 816,15 1.309,08 1.160,28 42,17 21. Kalimantan Selatan 2 1.167,22 1.566,87 1.360,87 7,39 22. Kalimantan Timur 3 316,25 1.585,16 1.502,71 37,17 23. Sulawesi Utara 2 1.181,27 3.371,18 2.507,89 112,27 24. Sulawesi Tengah 9 1.055,81 1.385,98 1.403,51 33,03 25. Sulawesi Selatan 13 515,40 1.060,98 1.572,99 71,84 26. Sulawesi Tenggara 8 718,91 857,99 2.149,33 198,97 27. Gorontalo 4 983,83 1.747,71 1.799,37 82,91 28. Sulawesi Barat 5 982,98 1.393,61 1.980,64 101,49 29. Maluku 7 807,49 1.138,58 1.837,39 127,54 30. Maluku Utara 6 1.178,32 1.228,78 1.498,22 27,15 31. Papua Barat 7 1.009,70 988,85 981,37 (2,81) 32. Papua 19 1.092,02 1.086,57 973,51 (10,85) INDONESIA 199 990,98 1.443,95 1.444,19 45,73 Sumber : Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2010

Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu wilayah yang ditetapkan kedalam daerah tertinggal, berdasarkan keputusan menteri pembangunan daerah tertinggal nomor 001/KEP/M-PDT/I/2005 sehingga Kabupaten Lampung Barat mendapatkan program dari kementerian pembangunan daerah tertinggal agar mampu sejajar atau bahkan melebihi daerah-daerah sekitarnya. Pada tahun 2009 Kabupaten Lampung Barat melaksanakan program P2KPDT yang lebih diarahkan untuk memilih komoditas yang cepat menghasilkan seperti ternak, dalam pelaksanaan program P2KPDT ini Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat mendapatkan bantuan hewan ternak dari kementerian pembangunan daerah tertinggal yakni bantuan 108 ekor sapi untuk lima kelompok tani di lima kecamatan yaitu Kecamatan Sekincau, Kecamatan Kebun Tebu, Kecamatan Way Tenong, Kecamatan Pesisir Selatan, dan Kecamatan Gedung Surian. Tabel 2. Pelaksanaan Kegiatan P2KPDT di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009 No. Tahun Nama Kegiatan Wilayah Penerima Bantuan 6 1. 2009 Pengembangan karet unggul dengan luas 180 HA dari Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal 2. 2009 Bantuan hewan ternak dari Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal Sumber : Data Diolah, Tahun 2012 1. Desa Negeri Ratu. Tenumbang 2. Desa Pelita Jaya 3. Desa Sukarame 1. Kecamatan Sekincau 2. Kecamatan Kebun Tebu 3. Kecamatan Way Tenong 4. Kecamatan Pesisir Selatan 5. Kecamatan Gedung Surian Akan tetapi dalam pelaksanaannya, program P2KPDT ini masih menuai kritik terutama kritik yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Poros Pemuda yang mengeritik mengenai keberadaan ternak-ternak hasil bantuan

7 tersebut, setelah di lapangan dirasa tidak jelas keberadaannya dan jumlah antara bantuan yang diserahkan pemerintah daerah tidak sesuai dengan yang ada dilapangan.(sumber:http://translampungku.com/index.php?option=com_content& view=article&id=568:awasi bantuan-ternak&catid=16:lampung-barat&itemid=15) diakses pada tanggal 13 April 2012. Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang sejauhmana dampak program P2KPDT di Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2009 berjalan, sehingga diharapkan dapat menjadi acuan untuk memperbaiki pelaksanaan P2KPDT ini pada tahun yang akan datang. 1.2. Perumusan Masalah Dengan melihat permasalahan pada uraian di atas, maka rumusan masalah yang kan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pencapaian program P2KPDT di kabupaten Lampung Barat pada tahun 2009? 2. Apa sajakah dampak program P2KPDT terhadap percepatan pembangunan di Kabupaten Lampung Barat? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pencapaian program P2KPDT di Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2009. 2. Untuk mengetahui apa sajakah dampak program P2KPDT terhadap percepatan pembangunan di Kabupaten Lampung Barat.

8 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan Ilmu Administrasi Publik khususnya studi tentang Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerak Tertinggal (P2KP-DT) 2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat : a. Memberikan informasi dan partisipasi aktif masyarakat khususnya di Kabupaten Lampung Barat dalam setiap program P2KP-DT dan banyaknya manfaat yang akan di dapat setelah mereka turut serta dalam mensukseskan program P2KP-DT tahun 2009 b. Memberikan informasi kepada masyarakat di Kabupaten Lampung Barat agar dapat lebih memaksimalkan motivasi untuk berpartisipasi dalam setiap Program P2KP-DT tahun 2009 c. Sebagai bahan evaluasi bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tentang bagaimana upaya meningkatkan motivasi masyarakat dalam program P2KP-DT tahun 2009