4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kondisi geografi dan iklim Kabupaten Sukabumi

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan umum daerah Kabupaten Sukabumi Geografi dan klimatologi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

7 KAPASITAS FASILITAS

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

31 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kondisi geografi dan iklim Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa Barat yang beribukota di Palabuhanratu. Berdasarkan Kabupaten Sukabumi dalam Angka (2010), Kabupaten Sukabumi memiliki jarak tempuh 96 km dari ibukota propinsi Jawa Barat atau Bandung, dan 119 km dari ibukota negara atau Jakarta. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak diantara 6º 57-7º 25 Lintang Selatan dan 106º 49-107º 00 Bujur Timur, dengan luas daerah 4.161 km 2 (11,21% dari luas Jawa Barat atau 3,01% dari luas Pulau Jawa) dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kabupaten Bogor - Sebelah Selatan : Samudera Indonesia - Sebelah Barat : Kabupaten Lebak dan Samudera Indonesia - Sebelah Timur : Kabupaten Cianjur Selain itu, secara administratif, Kabupaten Sukabumi juga berbatasan langsung dengan wilayah Kota Sukabumi yang merupakan daerah kantong (enclave) yang dikelilingi oleh beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Sukabumi di sebelah Utara, Kecamatan Nyalindung di sebelah Selatan, Kecamatan Cisaat dan Kecamatan Gunung Guruh di sebelah Barat, serta Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Kebon Pedes di sebelah Timur. Menurut badan pelayanan perizinan terpadu (BPPT) Kabupaten Sukabumi (2010), wilayah kepemerintahan yang berada di Kabupaten Sukabumi meliputi 47 Kecamatan, 4 Kelurahan, 363 Desa, 3.046 RW, dan 11.653 RT. Pada tahun 2007, terjadi pemekaran wilayah desa sebanyak 10 desa. Berdasarkan kategori wilayah, yang berkategori perkotaan sebanyak 66 desa/kelurahan dan sisanya yaitu 293 desa merupakan kategori pedesaan. Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki karakteristik tertentu meliputi permukaan yang bergelombang di daerah bagian selatan dan bergunung di daerah bagian utara dan tengah dengan ketinggian berkisar antara 0

32 2.960 m. Kabupaten Sukabumi juga memiliki variasi bentang alam yang cukup lengkap mulai dari pegunungan dan perbukitan, hingga laut dan pantai. Selain daerah pesisir pantai yang cukup luas dan panjang sekitar 117 km, di Kabupaten Sukabumi juga terdapat Gunung Salak dan Gunung Gede dengan ketinggian masing-masing 2.211 m dan 2.958 m (BPPT Kabupaten Sukabumi 2010). Adanya daerah pantai dan gunung-gunung di Kabupaten Sukabumi menyebabkan keadaan lereng sangat miring (lebih besar dari 35 0 ) meliputi 29% dari luas Kabupaten Sukabumi. Kemiringan antara (13 0-35 0 ) meliputi 37%, dan kemiringan antara (2 0-13 0 ) meliputi 21% dari luas Kabupaten Sukabumi. Sisanya merupakan daerah datar meliputi 13% dari luas Kabupaten Sukabumi. Keadaan tersebut menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap erosi tanah, longsor, dan lain-lain (Kabupaten Sukabumi dalam Angka 2010). Kondisi topografi di atas, selain rawan bencana alam juga menyebabkan jalan-jalan penghubung menjadi berkelok-kelok, banyak tanjakan dan turunan, serta sempit. Akibatnya jarak tempuh Kabupaten Sukabumi baik ke ibukota negara (Jakarta) maupun ke ibukota propinsi Jawa Barat (Bandung) yang tergolong tidak jauh/strategis menjadi memakan waktu yang cukup lama. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti buruknya infrastruktur jalan-jalan penghubung juga mengganggu kelancaran pengangkutan/pendistribusian hasil perikanan baik didalam maupun keluar wilayah Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan aspek kemampuan tanah (kedalaman efektif dan tekstur), daerah Kabupaten Sukabumi sebagian besar bertekstur tanah sedang (tanah lempung). Kedalaman tanahnya dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan besar, yaitu kedalaman tanah sangat dalam (lebih dari 90 cm) yang tersebar di bagian utara; dan kedalaman tanah kurang dalam (kurang dari 90 cm) yang tersebar di bagian tengah dan selatan. Hal ini mengakibatkan wilayah bagian utara lebih subur dibandingkan wilayah bagian selatan. Jenis tanah di bagian utara pada umumnya terdiri dari tanah latosol, andosol dan regosol; di bagian tengah terdiri dari tanah latosol dan podsolik; sedangkan di bagian selatan sebagian besar terdiri dari tanah laterit, grumosol, podsolik dan alluvial (Kabupaten Sukabumi dalam Angka 2010).

33 Selanjutnya dalam Kabupaten Sukabumi dalam Angka disebutkan bahwa, Kabupaten Sukabumi seperti juga daerah lainnya di Indonesia termasuk beriklim tropis. Udara yang cukup hangat hampir setiap tahunnya. Pada tahun 2009, ratarata curah hujan di Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 191,25 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan curah hujan sebesar 362 mm. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli dengan curah hujan sebesar 68 mm. Kegiatan melaut nelayan sangat bergantung pada kondisi cuaca di laut. Jika cuaca cerah nelayan dapat melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan, sehingga pendaratan hasil tangkapan dan aktivitas lainnya di pelabuhan perikanan berjalan dengan baik. Sebaliknya jika cuaca buruk akan menyebabkan gelombang tinggi dan angin kencang (badai) sehingga nelayan yang akan melaut menjadi tidak dapat melaut. Akibatnya nelayan merugi karena sedikitnya ikan yang tertangkap bahkan bisa jadi tidak ada yang dapat di tangkap. Hal ini berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang didaratkan dan harga jual ikan, yaitu ikan yang didaratkan sedikit dan menyebabkan harga jual ikan menjadi tinggi. 4.1.2 Penduduk Kabupaten Sukabumi Penduduk merupakan salah satu faktor strategis dalam pembangunan karena posisinya bukan hanya sebagai subyek tetapi juga obyek dari pembangunan tersebut. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi jika kualitasnya baik dan dapat juga menjadi hambatan jika kualitasnya rendah. Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2009 adalah 2.328.804 jiwa, yang terdiri dari 1.185.833 laki-laki (50,91%) dan 1.142.971 perempuan (49,08%), dengan rasio jenis kelamin sebesar 103,75 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Penduduk Kabupaten Sukabumi tersebar di 47 Kecamatan, jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Cicurug yaitu sebesar 108.735 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Cidolog yaitu sebesar 17.974 jiwa (Kabupaten Sukabumi dalam Angka 2010). Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang berada di wilayah pesisir, terutama yang memiliki sarana perikanan tangkap penduduknya mayoritas bekerja di bidang perikanan tangkap. Kecamatan yang memiliki sarana perikanan

34 tangkap adalah Kecamatan Palabuhanratu, Kecamatan Cisolok, Kecamatan Surade, Kecamatan Ciracap, Kecamatan Simpenan, dan Kecamatan Ciemas. Penduduk yang berada di kecamatan-kecamatan ini bekerja sebagai nelayan, pedagang ikan, dan pengolahan ikan (ikan asin, ikan pindang, ikan asap). Jumlah, persentase pertumbuhan dan kepadatan penduduk per km 2 Kabupaten Sukabumi cenderung meningkat dalam kurun waktu 2005-2009 (Tabel 7). Selama periode tersebut rata-rata jumlah penduduk sebesar 2.265.994 jiwa, dengan rata-rata jumlah laki-laki sebesar 1.156.734 jiwa dan rata-rata jumlah perempuan sebesar 1.109.260 jiwa. Kemudian rata-rata persentase pertumbuhan penduduk sebesar 1,15% dengan rata-rata kepadatan penduduknya sebesar 545 per km 2. Pada tahun 2009, terjadi peningkatan jumlah penduduk terbesar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selisih jumlah penduduk tahun 2008-2009 yaitu sebesar 51.784 jiwa dengan selisih persentase pertumbuhan sebesar 1,44%. Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2009 adalah sebesar 559 jiwa per km 2, ini berarti bahwa setiap 1 km 2 wilayah Kabupaten Sukabumi dihuni oleh sekitar 559 jiwa. Pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Sukabumi tiap tahunnya akan menambah tingkat kepadatan penduduk per km 2 di Kabupaten Sukabumi. Tabel 7 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun 2005-2009 Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Pertumbuhan Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah (%) per km 2 2005 1.136.359 1.088.634 2.224.993-535 2006 1.151.103 1.089.798 2.240.901 0,71 539 2007 1.151.413 1.106.840 2.258.253 0,77 543 2008 1.158.964 1.118.056 2.277.020 0,83 547 2009 1.185.833 1.142.971 2.328.804 2,27 559 Rata-rata 1.156.734 1.109.260 2.265.994 1,15 545 Sumber : Kabupaten Sukabumi dalam Angka 2010 (data diolah kembali) Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Sukabumi tahun 2009, jumlah penduduk kelompok usia muda (0-14 tahun) yaitu sebesar 752.723 jiwa, usia produktif (15-64 tahun) sebesar 1.442.412 jiwa, dan usia tua ( 65 tahun) sebesar 133.669 jiwa. Ini artinya, pada tahun 2009 penduduk

35 dengan kelompok usia produktif merupakan yang terbanyak di Kabupaten Sukabumi. Hal ini terbukti dari banyaknya jumlah pencari kerja pada tahun 2009 dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 yang terbanyak adalah lulusan Sekolah Menengah Tinggi Atas (SMTA) sebesar 7.962 orang, kemudian sarjana muda sebesar 3.800 orang. Hal ini memperlihatkan semakin besarnya komitmen pemerintah daerah dalam bidang pendidikan agar dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas (Kabupaten Sukabumi dalam Angka 2010). Berdasarkan uraian di atas, kelompok penduduk usia produktif merupakan yang paling banyak di Kabupaten Sukabumi. Ini artinya kelompok usia ini memiliki tenaga kerja potensial yang cukup tinggi, yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja di berbagai bidang termasuk bidang perikanan tangkap. Pemerinyah daerah sudah seharusnya semakin memberikan perhatian yang tinggi untuk memajukan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi, dengan cara antara lain menyediakan lapangan-lapangan pekerjaan di bidang perikanan tangkap. Dengan demikian, harapan peningkatan produktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi akan dapat direalisasikan dengan berkesinambungan. 4.1.3 Pendidikan Kabupaten Sukabumi Kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat sangat tergantung dari kualitas pendidikannya. Untuk itu, pendidikan penting dalam meningkatkan kemampuan penduduk; termasuk masyarakat umum dan nelayan. Pemerintah dalam hal ini terus membuat program-program dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di daerah-daerah. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dalam menikmati layanan pendidikan yang dibutuhkan, sehingga anak-anak usia sekolah dapat bersekolah dengan baik. Program pemerintah diantaranya adalah pembangunan gedung-gedung sekolah baru dan pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk SD dan SLTP, sehingga jumlah sekolah di Kabupaten Sukabumi terus bertambah. Ketersediaan prasarana dan sarana fisik pendidikan dan tenaga pengajar yang memadai dan berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pendidikan di suatu daerah. Berdasarkan Kabupaten Sukabumi dalam Angka (2010), pada

36 tahun 2009 pemerintah Kabupaten Sukabumi telah menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan berupa Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1.183 unit dengan jumlah tenaga pengajar 10.140 orang; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 207 unit dengan tenaga pengajar 4.414 orang; Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 55 unit dengan tenaga pengajar 1.384 orang; dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 62 unit dengan 1.433 orang. Jumlah fasilitas/bangunan sekolah dan tenaga pengajar tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas di Kabupaten Sukabumi. Selain jenis sekolah di atas, ada juga sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 293 unit dengan tenaga pengajar sebanyak 2.666 orang; Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 189 unit dengan tenaga pengajar sebanyak 3.671 orang; dan Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 71 unit dengan tenaga pengajar sebanyak 1.360 orang. Upaya pemerintah dalam penyediaan fasilitas pendidikan di Kabupaten Sukabumi menghasilkan partisipasi penduduk dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah murid di semua jenjang pendidikan. Pada tahun 2009, jumlah murid SD sebanyak 272.129 orang; murid SLTP sebanyak 77.649 orang; murid SMU sebanyak 17.209 orang; dan murid SMK sebanyak 19.478 orang. Jumlah tersebut meningkat dari jumlah murid tahun sebelumnya. Hal ini juga terjadi pada jumlah murid yang bersekolah di Madrasah, yaitu jumlah murid MI sebanyak 51.019 orang; murid MTs sebanyak 41.528 orang; dan murid MA sebanyak 8.260 orang (Kabupaten Sukabumi dalam Angka 2010). Banyaknya jumlah SD di Kabupaten Sukabumi diharapkan dapat mengurangi masyarakat yang buta huruf, menekan angka anak yang putus sekolah, serta untuk mensukseskan program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Selain itu, banyaknya jumlah SMK diharapkan agar lulusannya memiliki keahlian (skill) khusus sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Sukabumi. Salah satu SMK yang bergerak di bidang perikanan adalah SMK Negeri 1 Pelayaran Palabuhanratu. Sekolah ini diharapkan mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat meningkatkan produktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi.

37 4.1.4 Prasarana dan sarana umum Kabupaten Sukabumi 1) Transportasi/perhubungan Transportasi di Kabupaten Sukabumi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu transportasi darat dan transportasi laut. Transportasi darat merupakan yang paling mendominasi dan berpengaruh terhadap perkembangan dan kegiatan perekonomian di Kabupaten Sukabumi. Hal ini terlihat dari tingginya arus lalu lintas barang dan jasa melalui transportasi darat. Berdasarkan Kabupaten Sukabumi dalam Angka (2010), pada tahun 2009 panjang jalan yang dikelola oleh negara dan propinsi masing-masing sepanjang 172,830 km dan 242,360 km dengan jenis permukaan diaspal. Kondisi jalan propinsi baik (sepanjang 121,655 km), kondisi sedang (sepanjang 97,919 km), dan kondisi rusak sedang (sepanjang 22,786 km). Jalan yang dikelola kabupaten sepanjang 1.752,285 km; dengan jenis permukaan diaspal (sepanjang 1.277,935 km), kerikil (sepanjang 413,050 km), dan masih tanah (sepanjang 61,300 km). Kondisi jalan kabupaten baik (sepanjang 170,050 km), kondisi sedang (sepanjang 525,335 km), kondisi rusak sedang (sepanjang 143,850 km), kondisi rusak (sepanjang 753,400 km), kondisi rusak berat (sepanjang 159,650 km). Kemudian jalan desa sepanjang 485,200 km dengan jenis permukaan diaspal (sepanjang 74,500 km), kerikil (sepanjang 301,700 km), dan tanah (sepanjang 109,000 km). Kondisi jalan desa baik (sepanjang 2,700 km), kondisi sedang (sepanjang 21,800 km), kondisi rusak sedang (sepanjang 43,000 km), kondisi rusak (sepanjang 374,000 km), dan kondisi rusak berat (sepanjang 43,700 km). Secara umum, Kabupaten Sukabumi merupakan daerah yang strategis pada sisi industri barang dan jasa sebab jaraknya yang hanya berkisar 119 km dari Jakarta. Oleh sebab itu, banyak industri yang berpusat di Jakarta membangun beberapa pabriknya di wilayah Kabupaten Sukabumi. Mengingat besarnya peranan jalan raya sebagai prasarana transportasi darat dalam memperlancar kegiatan perekonomian di Kabupaten Sukabumi, pemerintah Kabupaten Sukabumi harus memperbaiki semua infrastruktur yang berhubungan dengan transportasi darat. Hal ini untuk mempermudah mobilisasi penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dan jasa, seperti pendistribusian hasil tangkapan nelayan baik berupa ikan segar maupun olahan ke daerah-daerah pemasarannya.

38 Daerah pemasaran tersebut baik lokal maupun antar propinsi yang tidak dapat dijangkau melalui transportasi laut. Di Kabupaten Sukabumi terdapat 2 jenis kendaraan, yaitu kendaraan umum dan kendaraan bukan umum. Pada tahun 2009, jumlah kendaraan umum di Kabupaten Sukabumi sebesar 5.371 unit; sedangkan kendaraan bukan umum sebesar 10.590 unit. Jumlah tersebut bertambah dibandingkan tahun lalu. Adapun jenis kendaraan umum yang beroperasi di wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu oplet/angkutan pedesaan (24 unit), otobis (78 unit), truk (79 unit), pick up (5 unit), tangki (4 unit), bis metro/micro (205 unit), angkutan kota (4.500 unit), bus mini (467 unit), mobil box (4 unit), dan tandem (5 unit). Jenis kendaraan bukan umum, yaitu besten wagon (6 unit), otobis (6 unit), truk (4.104 unit), pick up (5.874 unit), tangki (102 unit), bis metro/micro (6 unit), bis mini (21 unit), box (411 unit), tandem (50 unit), dan kendaraan khusus (10 unit). Jenis kendaraan terbanyak di Kabupaten Sukabumi adalah kendaraan bukan umum berupa pick up (5.874 unit). Kendaraan ini digunakan untuk mengangkut hasil perikanan, pertanian, dan lainlain (Kabupaten Sukabumi dalam Angka 2010). Jenis kendaraan yang sering digunakan dalam pendistribusian hasil tangkapan ikan adalah mobil box dan pick up. Mobil box yang telah dilengkapi alat pendingin digunakan untuk pendistribusian jarak jauh, sedangkan pick up untuk pengangkutan lokal atau jarak dekat. Kendaraan lainnya seperti truk digunakan dalam pendistribusian es balok ke PP/PPI dan masyarakat umum di Kabupaten Sukabumi. 2) Komunikasi Telekomunikasi memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan dan perekonomian Kabupaten Sukabumi dalam era globalisasi saat ini. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Sukabumi telah menyediakan sarana dan prasarana telekomunikasi dengan cukup baik. Seluruh ibukota Kecamatan di Kabupaten Sukabumi tersambung dengan jaringan telepon, baik telepon PSTN, seluler maupun telepon satelit. Provider sambungan telepon seluler yang ada di Kabupaten Sukabumi diantaranya adalah Telkomsel, Indosat, Excelcom, Telkom Flexi, dan Mobile-8 (BPPT Kabupaten Sukabumi 2010).

39 Telekomunikasi berperan penting dalam kegiatan perikanan tangkap, karena dapat mempermudah hubungan komunikasi jarak jauh. Berdasarkan hasil wawancara, nelayan memanfaatkan seluler dalam pemesanan bahan kebutuhan melaut, seperti es balok. Hal ini dikarenakan nelayan memperoleh es balok dari luar pelabuhan. Selain itu, seluler juga menjadi sarana pertukaran informasi antar nelayan. 3) Air bersih Pengadaan air bersih di Kabupaten Sukabumi dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Sukabumi. Untuk mendapatkan pelayanan pengadaan air bersih tersebut pelanggan dikenakan beban biaya setiap bulannya. Air PDAM umumnya digunakan oleh penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan, sedangkan air sumur/tanah dan air sungai banyak digunakan penduduk yang berada dipinggiran perkotaan. Berdasarkan Kabupaten Sukabumi dalam Angka (2010), pada tahun 2009 jumlah air bersih yang didistribusikan oleh PDAM Kabupaten Sukabumi sebesar 4.526.459 M 3. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya. Jenis konsumen yang menggunakan jasa PDAM adalah sebanyak 17.853 unit, terdiri dari rumah tempat tinggal (16.689 unit), niaga kecil (474 unit), niaga besar (46 unit), social (440 unit), instansi (89 unit), keran umum (67 unit), industri (21 unit), khusus (4 unit), dan TNI/POLRI (23 unit). Rumah tempat tinggal merupakan konsumen terbesar. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya pembangunan perumahan di Kabupaten Sukabumi. Konsumen PDAM tidak hanya rumah tempat tinggal dan industri, namun juga pelabuhan perikanan. Air sumber PDAM penting dalam menunjang aktivitas perikanan di pelabuhan tersebut, seperti air bersih untuk perbekalan melaut nelayan, pencucian TPI, pencucian basket dan keranjang ikan, dan lain-lain. Selain penggunaan air yang berasal dari PDAM, beberapa jenis usaha di Kabupaten Sukabumi juga menggunakan air tanah. Jenis usaha tersebut terdiri dari AMDK (sebesar 2.909.053 m 3 ), industri (sebesar 573.446 m 3 ), makanan dan minuman (sebesar 2.290.876 m 3 ), PDAM (sebesar 4.409.275 m 3 ), perkebunan (sebesar 47.043 m 3 ), perumahan/mess/kantor (sebesar 19.415 m 3 ), dan peternakan (sebesar 841.191 m 3 ) (Kabupaten Sukabumi dalam Angka 2010). Berdasarkan data di atas, beberapa PDAM juga menggunakan air tanah sebagai sumber airnya.

40 4) Listrik Pengadaan listrik di Kabupaten Sukabumi dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) Distribusi Jawa Barat, sehingga untuk mendapatkan pelayanan pengadaan listrik pelanggan dikenakan beban biaya setiap bulannya. Jaringan listrik PLN telah menjangkau seluruh desa dan kelurahan serta seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Sukabumi. Selain itu, tingginya curah hujan dan debit air juga dimanfaatkan oleh penduduk Kabupaten Sukabumi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), terdapat dua unit Pembangkit listrik, yaitu PLTA Ubrug dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Gunung Salak. Program listrik masuk desa di Kabupaten Sukabumi berjalan baik, hal ini terlihat dari rumahrumah penduduk yang telah dialiri listrik serta jumlah pengguna sarana listrik di Kabupaten Sukabumi yang terus meningkat tiap tahunnya (BPPT Kabupaten Sukabumi 2010). Berdasarkan Kabupaten Sukabumi dalam Angka (2010), pada tahun 2009 jumlah langganan/pengguna meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 430.568 unit. Peningkatan langganan/pengguna tersebut menyebabkan pemakaian listrik semakin bertambah sehingga Kwh yang terjual mencapai 818.009.353 Kwh dengan pendapatan sebesar Rp.509.567.338.000;. Meningkatnya pengguna listrik di Kabupaten Sukabumi disebabkan oleh banyaknya pembangunan baik berupa perumahan maupun pertokoan. Pengadaan listrik juga penting dalam menunjang berbagai kegiatan di pelabuhan perikanan, antara lain untuk keperluan penerangan, peralatan elektronik dalam pembuatan kapal, perbaikan kapal dan mesin, dan perbengkelan. Industri atau usaha yang berada di pelabuhan perikanan juga membutuhkan pasokan listrik yang cukup untuk kegiatan operasionalnya, seperti industri pengolahan ikan, cold storage, pabrik es, dan lain-lain. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi 4.2.1 Unit penangkapan ikan 1) Alat tangkap Alat tangkap yang digunakan nelayan di Kabupaten Sukabumi cukup beragam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan tabel tersebut, pada

41 tahun 2009, jumlah alat tangkap di Kabupaten Sukabumi sebesar 1951 unit. Jenis alat tangkap yang dominan adalah jaring insang hanyut sebesar 905 unit atau sebesar 46,39%; sedangkan alat tangkap yang paling sedikit adalah jaring insang lingkar sebesar 9 unit atau 0,46%. Jenis alat tangkap lainnya yang digunakan nelayan di Kabpaten Sukabumi adalah rawai tuna sebesar 350 unit atau 17,94%; bagan tancap sebesar 154 unit atau 7,89%; payang sebesar 150 unit atau 7,69%; jaring insang tetap sebesar 106 unit atau 5,43%; pancing tonda sebesar 100 unit atau 5,13%; pancing ulur sebesar 84 unit atau 4,31%; bagan tancap sebesar 54 unit atau 2,77%; dogol sebesar 24 unit atau 1,23%; dan garpu, tombak, dan lain-lain sebesar 15 unit atau 0,77%. Adanya program rumponisasi disekitar Teluk Palabuhanratu serta di Samudera Hindia berpotensi pada terjadinya peningkatan penggunaan alat tangkap pancing rawai tuna, pancing tonda, dan pancing ulur di Kabupaten Sukabumi. Tabel 8 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit) Persentase (%) Payang 150 7,69 Dogol 24 1,23 Jaring Insang Hanyut 905 46,39 Jaring Insang Lingkar 9 0,46 Jaring Insang Tetap 106 5,43 Bagan Perahu/Rakit 154 7,89 Bagan Tancap 54 2,77 Rawai Tuna 350 17,94 Pancing Tonda 100 5,13 Pancing Ulur 84 4,31 Garpu, Tombak, dan lain-lain 15 0,77 Jumlah 1951 100,00 Sumber : DKP Kabupaten Sukabumi 2010 (data diolah kembali) 2) Armada penangkapan ikan Kategori armada penangkapan ikan yang beroperasi di Kabupaten Sukabumi terdiri dari Perahu Tanpa Motor (PTM), Motor Tempel (MT), dan Kapal Motor (KM). Jumlah armada penangkapan ikan secara keseluruhan mengalami peningkatan sejak tahun 2005-2008. Pada periode ini peningkatan jumlah armada terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 253 unit atau 18,74%. Namun pada tahun 2009, jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten

42 Sukabumi mengalami penurunan yaitu sebesar 64 unit atau 3,90%. Penurunan armada penangkapan ikan ini disebabkan penurunan jumlah armada kategori perahu tanpa motor yang menurun sejak periode 2005-2009. Hal ini dapat disebabkan oleh perkembangan teknologi dan modernisasi, sehingga nelayan yang menggunakan perahu tanpa motor menjadi berkurang. Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan tahun 2005-2009 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi tahun 2005-2009 Tahun Kategori Armada Penangkapan ikan (unit) Jumlah Pertumbuhan Perahu Tanpa Motor Kapal (unit) (%) Motor Tempel Motor 2005* 370 723 187 1.280-2006 332 785 233 1.350 5,50 2007 278 960 365 1.603 18,74 2008 290 975 374 1.639 2,25 2009 224 975 376 1.575-3,90 Rata-rata 299 884 307 1.489 5,64 Keterangan : *hasil estimasi Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi 2010 (data diolah kembali) 3) Nelayan Nelayan yang ada di Kabupaten Sukabumi dibedakan dalam dua kelompok yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki modal dan armada penangkapan ikan serta tidak selalu ikut melaut, sedangkan nelayan buruh adalah orang yang ikut dalam operasi penangkapan. Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi tahun 2005-2009 Nelayan (orang) Jumlah Pertumbuhan Tahun Nelayan Buruh Nelayan Pemilik (orang) (%) 2005* 11.080 1.227 12.307-2006 10.951 1.350 12.301-0,05 2007 10.745 1.603 12.348 0,38 2008 10.761 1.639 12.400 0,42 2009 10.568 1.743 12.311-0,72 Rata-rata 10.821 1.512 12.333 0,01 Keterangan : *hasil estimasi Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi 2010 (data diolah kembali)

43 Berdasarkan tabel di atas, periode 2005-2009 rata-rata jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi sebesar 12.333 per tahun, yang terdiri dari nelayan buruh sebesar 10.821 orang dan nelayan pemilik sebesar 1.512 orang; dengan pertumbuhan rata-rata per tahun adalah 0,01%. Pada tahun 2006 jumlah nelayan mengalami penurunan sebesar 0,05%; kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 0,38% hingga 2008 sebesar 0,42%. Namun pada tahun 2009 jumlah nelayan kembali mengalami penurunan sebesar 0,72%. Penurunan jumlah nelayan yang terjadi di Kabupaten Sukabumi disebabkan oleh penurunan jumlah nelayan buruh. 4.2.2 Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan Potensi kelautan dan perikanan Kabupaten Sukabumi sangatlah besar. Wilayah pesisir pantai di Kabupaten Sukabumi cukup panjang yakni sepanjang 117 km, yang membentang dari Kecamatan Tegalbuleud yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur, sampai dengan Kecamatan Cisolok yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lebak. Luas lahan produksi perikanan laut diukur dari garis pantai sampai 4 mil laut adalah seluas 702 km², namun pengembangan usaha perikanan laut hanya dilakukan di enam Kecamatan saja, yaitu Kecamatan Palabuhanratu, Cisolok, Ciemas, Ciracap, Simpenan, dan surade (BPPT Kabupaten Sukabumi 2010). Perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan perikanan laut Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan perikanan laut di Kabupaten Sukabumi tahun 2005-2009 Tahun Produksi Pertumbuhan Nilai Produksi Pertumbuhan (10 3 ton) (%) (Rp.10 6 ) (%) 2005* 10,76-50.923-2006 10,04-6,76 52.495 3,09 2007 8,66-13,75 46.443-11,53 2008 7,38-14,75 47.461 2,19 2009 7,88 6,76 56.155 18,32 Rata-rata 8,94-7,12 50.695 3,02 Keterangan : *hasil estimasi Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi 2010 (data diolah kembali)

44 Berdasarkan tabel di atas, rata-rata perkembangan produksi hasil tangkapan di Kabupaten Sukabumi periode 2005-2009 mengalami penurunan yaitu sebesar 7,12%; sedangkan rata-rata perkembangan nilai produksinya mengalami peningkatan sebesar 3,02%. Penurunan produksi hasil tangkapan terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 14,75% dengan nilai produksi sebesar Rp.47.461.000.000,-. Namun pada tahun 2009 jumlah produksi hasil tangkapan mengalami peningkatan sebesar 6,76% dengan nilai produksi sebesar Rp. 56.155.000.000,-. Jumlah nilai produksi ini merupakan yang terbesar selama periode 2005-2009. Besarnya nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Sukabumi disebabkan oleh hasil tangkapan yang didaratkan merupakan ikan ekonomis penting, seperti yellowfin tuna dan cakalang. Hasil tangkapan tersebut banyak yang didaratkan di PPN Palabuhanratu yang merupakan pusat perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. 4.2.3 Prasarana perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi Kegiatan perikanan tangkap terbesar di Kabupaten Sukabumi berada di Kecamatan Palabuhanratu, karena pada kecamatan ini terdapat fasilitas perikanan yang cukup besar, yaitu PPN Palabuhanratu; selain itu terdapat aktivitas yang cukup tinggi di pelabuhan perikanan tersebut. Hal ini menyebabkan kecamatan ini menjadi pusat aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. 1) PPN Palabuhanratu (1) Lokasi dan kondisi PPN Palabuhanratu Lokasi PPN Palabuhanratu terletak di kecamatan Palabuhanratu yang merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, PPN Palabuhanratu berada pada posisi 06º59'47,156" LS dan 106º32 61,884" BT, merupakan daerah pesisir selatan Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia (PPN Palabuhanratu 2010 a ). Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu berada di Kecamatan Palabuhanratu yang merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, yang berjarak 123 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 180 km dari Ibukota Negara (Jakarta). Wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak di Pantai Selatan Jawa dan

45 berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Panjang pantai Teluk Palabuhanratu sekitar 117 km dimulai dari ujung barat Kecamatan Cisolok sampai dengan ujung timur Kecamatan Tegalbuled yang melintasi 9 kecamatan pesisir serta 65 desa (DKP Kabupaten Sukabumi 2010). Secara administrasi Palabuhanratu berbatasan dengan Kecamatan Cisolok di sebelah utara, Samudera Hindia di sebelah barat, Kecamatan Ciemas di sebelah selatan, dan Kecamatan Warung Kiara di sebelah timur. Luas wilayah Kecamatan Palabuhanratu adalah 9.087 ha dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebesar 82.863 jiwa (Statistik Kabupaten Sukabumi 2010). Topografi teluk Palabuhanratu menunjukkan tipe perairan yang dangkal sampai jarak 300 meter dari garis pantai, yaitu memiliki kedalaman sampai 200 meter. Perairan dengan jarak di atas 300 meter dari garis pantai memiliki kedalaman sampai 600 meter, dimana sepanjang 7,9 km merupakan jenis pantai berpasir (Statistik Kecamatan Palabuhanratu 2010). Topografi Pantai Palabuhanratu berupa perpaduan antara pantai yang curam dan landai, tebing karang terjal, hempasan ombak dan memiliki ombak yang sangat kuat. (2) Sarana dan prasarana PPN Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu merupakan basis kegiatan perikanan tangkap terbesar di Kabupaten Sukabumi. Untuk mendukung kelancaran operasional dan aktivitas di PPN Palabuhanratu maka dibangun fasilitas-fasilitas yang terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan/penunjang. Diantara fasilitas yang ada di PPN Palabuhanratu (Tabel 12), ada beberapa fasilitas yang mendukung secara langsung dalam kegiatan penyediaan bahan kebutuhan melaut nelayan. Mendukung secara langsung maksudnya adalah pihak PPN Palabuhanratu menyediakan fasilitas berupa lahan, bangunan, instalasi dan prasarana lainnya; sedangkan yang mengelolanya adalah pihak ketiga. Fasilitas tersebut meliputi instalasi BBM, instalasi air bersih, mobil tangki air bersih, dan lain-lain. Untuk kebutuhan es nelayan memesannya dari luar pelabuhan karena tidak adanya pabrik es di dalam pelabuhan.

46 Tabel 12 Jenis dan volume fasilitas yang ada di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Fasilitas Volume a. Fasilitas Pokok Areal Pelabuhan 10,29 ha Kolam I Pelabuhan 3 ha Kolam II Pelabuhan 2 ha Dermaga Lama (tahap I) 500 m - Areal Tambat Labuh 310 m - Areal Tempat Pendaratan Ikan 94 m - Areal Tempat Perbekalan 106 m - Tempat Pendaratan Perahu 3.953 m Breakwater I/Utara 140 m Breakwater II/Selatan 340 m Breakwater Baru Timur 200 m Breakwater Baru Barat 50 m Alur Masuk 295 m Alat Bantu Navigasi 5 unit Krip Penahan Sedimen 75 m b. Fasilitas Fungsional Gedung TPI 920 m 2 UPT PPN Palabuhanratu 528 m 2 Air Bersih : - Tangki Air 400 m 3 - Rumah Pompa 54 m 2 - Jaringan Pipa Air Bersih 1.178 m BBM: - Kantor Penjualan 96 m 2 - Tangki BBM I 208 m 3 - Tangki BBM II 320 m 3 - Instalasi BBM 495 m Listrik dan Instalasi 82,4 KVA Genset dan Instalasi 95 KVA Gedung Bengkel 250 m 2 Balai Pertemuan Nelayan 150 m 2 Tempat Perbaikan Jaring 500 m 2 Tempat Penjemuran Jaring 3.000 m 2 Areal Docking 6.000 m 2 Radio SSB 52 m 2 Garasi Alat Berat 200 m 2 Forklift 2 unit Dump truck 2 unit Truck folder crane 2 unit Kendaraan operasional 9 unit Laboratorium mutu hasil perikanan 117 m 2 c. Fasilitas Penunjang Rumah tipe 70 (2 Rumah) 140 m 2 Rumah Tipe 50 (5 Rumah) 250 m 2 Rumah Tipe 45 (5 Rumah) 225 m 2 Mess Operator Tipe 36 (7 Rumah) 252 m 2 Wisma Nelayan Tipe 36 (6 Rumah) 216 m 2 Masjid Nelayan 1.035 m 2 Guest house 2 unit Billboard informasi prakiraan cuaca 1 unit Pasar Ikan 360 m 2 Tempat Parkir Sumber: PPN Palabuhanratu 2010 b

47 Kegiatan perikanan tangkap yang tinggi di PPN Palabuhanratu menyebabkan pihak pengelola menambah kolam pelabuhan (Kolam II). Selain itu, karena kolam pelabuhan I (Kolam I) sudah tidak mampu menampung kapal-kapal ikan yang akan tambat-labuh. Hal ini disebabkan kurang tertibnya nelayan dalam menambat-labuhkan kapal-kapalnya sehingga mengganggu alur masuk/keluar kapal lain yang akan tambat-labuh, melakukan pendaratan hasil tangkapan, ataupun pengisian bahan kebutuhan melaut. (3) Unit penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu Keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan sangat ditentukan oleh unit penangkapan ikan yang ada. Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan yang saling terkait dalam operasi penangkapan ikan yang terdiri dari alat tangkap, armada penangkapan (perahu atau kapal penangkapan ikan dan mesin), dan nelayan. a) Alat tangkap Jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan PPN Palabuhanratu sangat beragam. Berdasarkan PPN Palabuhanratu (2010 c ), tahun 2009 terdapat 9 jenis alat tangkap yang dominan dioperasikan yaitu pancing ulur, payang, pancing tonda (pancing rumpon), jaring rampus, gillnet, tuna longline, bagan apung, trammel net, dan purse seine. Jumlah dan persentasenya dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13 Jenis dan jumlah alat tangkap serta persentasenya di PPN Palabuhanratu tahun 2009 Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit) Persentase (%) Pancing Ulur 1.677 36,34 Payang 971 21,04 Pancing Tonda 605 13,11 Jaring Rampus 443 9,60 Gillnet 370 8,02 Tuna Longline 274 5,94 Bagan Apung 164 3,55 Trammel Net 93 2,02 Purse Seine 18 0,39 Jumlah 4.615 100,00 Sumber: PPN Palabuhanratu 2010 c

48 Gambar 4 Komposisi jenis alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2009 Berdasarkan tabel dan gambar di atas, pada tahun 2009 alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan PPN Palabuhanratu adalah pancing ulur yaitu sebesar 1.677 unit (36,34%), sedangkan jumlah alat tangkap paling sedikit adalah purse seine yang hanya 18 unit (0,39%). Berdasarkan wawancara, tingginya penggunaan alat tangkap pancing ulur dikarenakan keberadaan perusahaan pengekspor layur (PT. AGB), tingginya produksi dan permintaan layur pada tahun itu. Menurut mereka penggunaan pancing ulur untuk penangkapan layur lebih efektif dan lebih hemat (tidak memerlukan modal yang besar). Selain alat tangkap pancing ulur, alat tangkap lainnya yang dominan digunakan nelayan di PPN Palabuhanratu adalah payang sebesar 971 unit (21,04%), pancing tonda (pancing rumpon) sebesar 605 unit (13,11%), jaring rampus sebesar 443 unit (9,60%), gillnet sebesar 370 unit (8,02%), tuna longline sebesar 274 unit (5,94%), bagan apung sebesar 164 unit (3,55%), dan trammel net sebesar 93 unit (2,02%). b) Armada penangkapan ikan Kategori armada penangkapan ikan yang menggunakan fishing base-nya PPN Palabuhanratu adalah Perahu Motor Tempel (PMT) dan Kapal Motor (KM) dengan ukuran kapal < 10 GT s/d > 30 GT. Perahu motor tempel menggunakan mesin luar (outboard boat), sedangkan kapal motor menggunakan mesin dalam (inboard boat). Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 5.

49 Tabel 14 Jumlah armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Jumlah Kapal/Perahu Perikanan Tahun (unit) Jumlah Pertumbuhan Perahu Motor Tempel (PMT) Kapal Motor (KM) (unit) (%) 2005 428 248 676-2006 511 287 798 18,05 2007 531 321 852 6,77 2008 416 230 646-24,18 2009 364 394 758 17,34 Rata-rata 450 296 746 4,49 Kisaran 364-531 230-394 646-852 (-24,18)-18,05 Sumber: PPN Palabuhanratu 2010 c Gambar 5 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2005-2007, jumlah armada penangkapan ikan perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) di PPN Palabuhanratu mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2008-2009 terus mengalami penurunan, berbeda dengan KM yang mengalami penurunan pada tahun 2008 tetapi meningkat drastis pada tahun 2009. Jika dilihat berdasarkan jumlah keseluruhan, pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar 18,05% (122 unit), sedangkan penurunan jumlah armada penangkapan terjadi pada tahun 2008 sebesar 24,18 % (206 unit). Rata-rata pertumbuhan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu sebesar 4,49%. Jumlah terbesar terjadi pada tahun 2007 sebesar 852 unit, sedangkan jumlah terkecil terjadi tahun 2008 sebesar 646 unit.

50 Hal ini karena pada tahun 2008 kedua jenis armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu mengalami penurunan. Jumlah PMT dan KM di PPN Palabuhanratu dipengaruhi oleh adanya program rumponisasi dari pemerintah yang bertujuan meningkatkan produksi hasil tangkapan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan; dan bertambahnya perusahaan pengekspor ikan layur di PPN Palabuhanratu. Selain itu karena menurunnya produksi hasil tangkapan alat tangkap payang dan gillnet menyebabkan banyak nelayan yang berpindah alat tangkap, sehingga berpengaruh pada armada penangkapan yang digunakan. c) Nelayan Nelayan adalah orang yang melakukan operasi penangkapan ikan di laut dengan menggunakan suatu alat tangkap dan jenis perahu/kapal tertentu. Berdasarkan wawancara, nelayan yang terdapat di PPN Palabuhanratu merupakan penduduk asli dan pendatang diantaranya dari Cirebon, Binuangen, Sumatera, dan Sulawesi. Nelayan di PPN Palabuhanratu dibedakan dalam dua kelompok, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan buruh adalah orang yang ikut dalam operasi penangkapan, sedangkan nelayan pemilik adalah orang yang memiliki modal dan armada penangkapan ikan serta tidak selalu ikut melaut. Nelayan pemilik biasa disebut juragan. Adapun pertumbuhan dan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu pada periode 2000-2009 dapat dilihat pada Tabel 15 Gambar 6. Tabel 15 Jumlah dan persentasi pertumbuhan nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Tahun Jumlah Nelayan (orang) Pertumbuhan (%) 2005 3.498-2006 4.363 24,73 2007 5.994 37,38 2008 3.900-34,93 2009 4.453 14,18 Rata-rata 4.442 10,34 Kisaran 3.498-5.994 (-34,93)-37,38 Sumber: PPN Palabuhanratu 2010 c

51 Gambar 6 Perkembangan nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Berdasarkan tabel dan grafik di atas, pertumbuhan dan jumlah nelayan pada kurun waktu 2005-2009 mengalami fluktuasi. Rata-rata pertumbuhan jumlah nelayan pertahun adalah sebesar 10,34%. Pada tahun 2008, terjadi penurunan jumlah nelayan sebesar 2.094 orang (34,93%), sedangkan pertumbuhan jumlah nelayan terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1.631 orang (37,38%). Namun pada tahun 2009 jumlah nelayan kembali meningkat 553 orang (14,18%) dari tahun 2008. Berdasarkan wawancara, penurunan jumlah nelayan disebabkan terjadinya penurunan jumlah hasil tangkapan nelayan dari beberapa alat tangkap seperti payang dan gillnet, sehingga nelayan tersebut ada yang beralih alat tangkap namun ada juga yang beralih pekerjaan. Selain itu, sebagian nelayan yang bekerja sebagai ABK merupakan nelayan sementara atau nelayan sambilan tambahan. d) Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu Produksi hasil tangkapan adalah banyaknya hasil tangkapan (ton) yang didaratkan di suatu pelabuhan perikanan, sedangkan nilai produksi adalah suatu nilai/nominal yang dihasilkan dari sejumlah hasil tangkapan yang didaratkan (rupiah). Produksi ikan di PPN Palabuhanratu berasal dari hasil tangkapan yang didaratkan oleh nelayan domisili dan ikan yang berasal dari luar pelabuhan. Adapun produksi dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 7.

52 Tabel 16 Produksi dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Ikan didaratkan di Ikan Asal luar PPNP Jumlah PPNP Tahun Produksi Nilai Produksi Nilai Produksi Nilai (10 3 ton) (Rp.10 9 ) (10 3 ton) (Rp.10 9 ) (10 3 ton) (Rp 10 9 ) 2005 6,60 32 5,87 34 12,47 66 2006 5,46 33 4,47 29 9,93 62 2007 6,06 39 7,49 50 13,55 89 2008 4,58 43 4,26 36 8,84 78 2009 3,95 57 4,77 53 8,72 110 Rata-rata 5,33 41 5,37 40 10,70 81 Sumber: PPN Palabuhanratu 2010 c Produksi (10 3 ton) 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 2005 2006 2007 2008 2009 120 100 80 60 40 20 0 Nilai Produksi (Rp.10 9 ) Produksi HT Tahun Nilai Produksi HT Gambar 7 Perkembangan produksi dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Berdasarkan tabel dan gambar di atas, jumlah total produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu pada periode 2005-2009 mengalami fluktuasi. Jumlah total produksi hasil tangkapan terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 13.546,68 ton dengan nilai produksi sebesar Rp88.619.812.654,00; sedangkan nilai produksi hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp109.655.164.610,00 dengan jumlah produksi hanya sebesar 8.716,78 ton. Rata-rata total produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu periode 2005-2009 adalah sebesar 10.701,44 ton dengan rata-rata nilai produksi sebesar Rp80.852.174.056,00. Jumlah produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu terdiri dari yang didaratkan oleh kapal-kapal ikan yang menjadikan PPN Palabuhanratu sebagai

53 fishing base-nya, dan dari luar PPN Palabuhanratu. Hasil tangkapan yang berasal dari luar PPN Palabuhanratu berupa kiriman dari daerah lain yang melalui jalan darat seperti Jakarta, Juwana, Binuangeun, Indramayu, Pameungpeuk; dan sentral pendaratan ikan lainnya yang ada di kabupaten Sukabumi seperti Loji, Cisolok, Ujung Genteng; sedangkan kapal-kapal ikan pendatang yang mendarakan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta, Bali, Sibolga dan Binuangeun (PPN Palabuhanratu 2010 a ). Berdasarkan PPN Palabuhanratu (2010 c ), jenis ikan yang dominan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 adalah ikan layaran (indo-pacific sailfish) dengan jumlah produksi sebesar 30,72 ton dan nilai produksi sebesar Rp398.848.000,00; ikan peperek (slipmounths) dengan jumlah produksi sebesar 29,92 ton dan nilai produksi sebesar Rp133.789.500,00; ikan cucut (shark) dengan jumlah produksi sebesar 20,29 ton dan nilai produksi sebesar Rp175.998.000,00; ikan tongkol komo (eastern little tuna) dengan jumlah produksi sebesar 15,19 ton dan nilai produksi sebesar Rp112.601.500,00; serta ikan tongkol abu-abu (longtail tuna) dengan jumlah produksi sebesar 12,05 ton dan nilai produksi sebesar Rp102.578.000,00. e) Musim penangkapan ikan Pada masyarakat nelayan ada 3 macam musim ikan, yaitu musim puncak, musim sedang, dan musim paceklik. Musim puncak merupakan musim banyak ikan, musim sedang merupakan musim dimana ikan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, sedangkan musim paceklik merupakan musim dimana ikan jumlahnya sedikit. Musim paceklik terjadi pada musim barat. Namun masyarakat di PPN Palabuhanratu mengenal 2 musim penangkapan ikan, yaitu musim barat dan musim timur. Pada musim barat (Desember-Maret) sebagian besar nelayan di PPN Palabuhanratu tidak melaut, karena sering terjadi angin kencang, gelombang besar dan hujan lebat. Selain itu ada musim ini, nelayan yang tidak melaut, terutama kapal-kapal ukuran < 10 GT lebih memilih melakukan aktivitas di pelabuhan, seperti perbaikan kapal, mesin, dan alat tangkap. Berbeda halnya ketika musim timur (Juni-Agustus), keadaan perairan lebih tenang, angin yang bertiup tidak terlalu kencang dan jarang terjadi hujan. Pada kondisi ini nelayan kembali

54 beraktivitas/melaut. Musim ini merupakan musim puncak bagi nelayan PPN Palabuhanratu karena merupakan musim banyak ikan. f) Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan nelayan PPN Palabuhanratu menurut jenis/ukuran kapal dan jenis alat tangkap pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Daerah penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu menurut jenis/ukuran kapal dan jenis alat tangkap tahun 2009 No. Jenis/ukuran kapal Jenis alat tangkap Daerah penangkapan 1. Perahu Motor Tempel (PTM) Payang Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng, Bayah, Binuangen. Pancing ulur Teluk Palabuhanratu Rampus Teluk Palabuhanratu 2. Kapal Motor (KM) < 10 GT 3. Kapal Motor (KM) 11-20 GT 4. Kapal Motor (KM) 21-30 GT 5. Kapal Motor (KM) > 30 GT Trammel net Purse seine Bagan Gill net Pancing ulur Rawai Trammel net Pancing tonda Payang Gill net Rawai Gill net Rawai Tuna long line Gill net Rawai Tuna long line Sumber : PPN Palabuhanratu 2010 c Teluk Palabuhanratu Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Teluk Palabuhanratu Ujung Genteng, Cidaun, Ujung kulon (Perairan Selatan Jawa) Samudera Hindia Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Samudera Hindia Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng, Bayah, Binuangeun. Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon (Perairan Selatan Jawa), Samudera Hindia Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon (Perairan Selatan Jawa) Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon (Perairan Selatan Jawa), Samudera Hindia Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon (Perairan Selatan Jawa) Samudera Hindia Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon (Perairan Selatan Jawa), Samudera Hindia Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon (Perairan Selatan Jawa) Samudera Hindia

55 Nelayan yang menjadikan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base-nya mayoritas merupakan nelayan tradisional. Kapal yang digunakan masih terbuat dari kayu dan fiber dengan ukuran <10 GT. Hal ini menyebabkan daya jelajah armada penangkapannya menjadi terbatas. Daerah penangkapan ikan nelayan PPN Palabuhanratu masih banyak dilakukan di sekitar Teluk Palabuhanratu. Berdasarkan tabel di atas, armada penangkapan ikan jenis perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) < 10 GT dominan masih melakukan operasi penangkapan ikan di sekitar Teluk Palabuhanratu, kecuali gill net dan pancing tonda yang daerah operasinya telah mencapai Samudera Hindia. Hal ini dikarenakan fishing ground pancing tonda (pancing rumpon) adalah rumpon yang ditanam/dipasang di perairan Samudera Hindia (Lampiran 3). Kapal motor ukuran > 11 GT telah melakukan operasi penangkapan sampai ke Ujung Kulon (Perairan Selatan Jawa), Sumatera, dan Samudera Hindia. 4.2.4 Pangkalan pendaratan ikan Selain PPN Palabuhanratu, di Kabupaten Sukabumi terdapat enam Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang mendukung aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi, yaitu PPI Cisolok, PPI Cibangban, PPI Loji, PPI Minajaya, PPI Ujunggenteng, dan PPI Ciwaru. Keenam PPI tersebut terletak di enam titik di Kabupaten Sukabumi (Putri 2011) yaitu : 1) PPI Cisolok Terletak di Desa Pajagan Cikahuripan, Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. PPI Cisolok terletak kurang lebih 17 km dari PPN Palabuhanratu. Letaknya tidak terlalu jauh dari PPN Palabuhanratu, maka aktivitas yang dilakukan baik oleh nelayan, pedagang dan pendistribusi hasil tangkapan sering berinteraksi dengan PPN Palabuhanratu. 2) PPI Cibangban Terletak di Desa Pasir Batu Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. Letak PPI Cibangban tidak jauh dari PPI Cisolok, hanya sekitar 5 km setelah PPI Cisolok. Letaknya yang cukup jauh ke pusat kota Palabuhanratu maka aktivitas yang dilakukan baik itu oleh nelayan, pedagang maupun pendistribusian hasil

56 tangkapan kurang sering berinteraksi dengan PPN Palabuhanratu, terkecuali pada musim ikan. PPI Cibangban dibangun oleh pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi guna menunjang perikanan di daerah-daerah yang cukup jauh dengan pusat kota. 3) PPI Loji Terletak di Desa Loji Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi. Letak PPI Loji cukup jauh dengan pusat kota Palabuhanratu. Aktivitas yang dilakukan oleh nelayan di daerah Loji masih ada, terbukti dengan adanya pendaratan hasil tangkapan dan perahu-perahu nelayan yang jumlahnya tidak terlalu banyak dan mmendarat disepanjang pantai Loji. Sebelum tahun 2000 PPI Loji berfungsi sebagaimana mestinya, yakni sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) bagi masyarakat nelayan daerah Loji. Pemerintah Kabupaten Sukabumi membangun PPI Loji di atas tanah milik pemerintah daerah, dan memiliki beberapa fasilitas fungsional dan tambahan, kecuali fasilitas pokok seperti dermaga, breakwater, dan kolam pelabuhan. Namun sekitar tahun 2000 pemerintah menjual tanah tersebut ke PT. Texmaco, sehingga seluruh bangunan PPI Loji dihancurkan untuk membangun perusahaan tersebut. Setelah 3 tahun berlalu, PT. Texmaco belum melakukan pembangunan, sehingga masyarakat yang dulunya telah berpindah tempat kini kembali ke daerah PPI Loji dan kembali melakukan aktivitas perikanan tangkap hingga sekarang. 4) PPI Minajaya Terletak di Desa Minajaya Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Letak PPI Minajaya jaraknya kurang lebih 20 km dari pusat kota Surade, 80 km dari pusat kota Palabuhanratu dan kurang lebih 150 km dari pusat kota Sukabumi. PPI Minajaya memiliki luas yang sangat kecil, meskipun demikian aktivitas didalam PPI Minajaya tersebut cukup ramai. Letaknya yang cukup jauh dari pusat kota dan akses jalan yang kurang baik maka nelayan umumnya hanya menjual hasil tangkapan ke daerah lokal yakni sekitar PPI Minajaya, dan menjual langsung ke penampung yang berada di dalam PPI. Pemerintah daerah membangun PPI Minajaya dikarenakan potensi wilayah perairan Minajaya cukup besar, dengan potensi wilayah perairan berkarang sehingga menghasilkan hasil tangkapan

57 ekonomis penting. Namun tanah bangunan dari PPI Minajaya bertumpang tindih dengan tanah swasta sehingga kepemilikan tanah di PPI Minajaya kurang jelas. 5) PPI Ujunggenteng Terletak di Desa Ujunggenteng, Gunung Batu Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi. Letak PPI Ujunggenteng berjarak kurang lebih 23 km dari PPI Minajaya. Namun karena kondisi PPi Ujunggenteng lebih baik daripada PPI Minajaya dan akses jalan yang lebih cukup memadai maka PPI Ujunggenteng lebih banyak aktivitas nelayannya, baik dari segi jumlah nelayan dan fasilitas lebih banyak daripada PPI Minajaya. PPI Ujunggenteng mendistribusikan hasil ke daerah lokal sekitar PPI dan juga umumnya langsung menjual ke pengumpul untuk dibawa ke Jakarta dan di ekspor. Pembangunan PPI Ujunggenteng oleh pemerintah daerah, namun kepemilikannya masih sering bersengketa dengan AURI karena letaknya dari PPI Ujunggenteng berada dalam wilayah dan bersebelahan dengan AURI. 6) PPI Ciwaru Terletak di Desa Palampang Ciwaru, Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi. Letak PPI Ciwaru berjarak kurang lebih 60 km dari PPI Ujunggenteng dengan menempuh 2 jam perjalanan. PPI Ciwaru berada di daerah aliran muara sungai Palampang, sehingga perahu-perahu nelayan umumnya menambatkan perahunya di sepanjang muara. Pemerintah daerah membangun PPI Ciwaru di atas tanah milik pemerintah daerah yang bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan perikanan tangkap yang cukup ramai disekitar aliran muara sungai Palampang dan untuk meningkatkan perekonomian daerah khususnya Kecamatan Ciwaru. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa nelayan dari beberapa PPI tersebut ada yang mendaratkan hasil tangkapan dan mengisi bahan kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu. Hal ini dikarenakan PPI tersebut belum memiliki fasilitas yang memadai terkait penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut. Selain itu, tingginya aktivitas di PPN Palabuhanratu memberikan peluang yang lebih besar bagi nelayan dari PPI-PPI tersebut dalam penjualan hasil tangkapannya dengan harga yang lebih baik.