GAMBAR TEKNIS PERENCANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Drainase P e r kotaa n

Dosen: Haryono Putro, ST.,SE.,MT. Can be accessed on:

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE ANALISIS

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG. Disusun untuk Memenuhi. Tugas Mata Kuliah Drainase. Disusun Oleh:

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN SEMESTER I Anggota Kelompok

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

TUGAS GAMBAR TEKNIK SEMESTER I 2013/2014

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB III METODE PELAKSANAAN

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

(Ririn Endah Badriani, ST., MT.) A. Umum. B. Acuan Normatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

BAB III LANDASAN TEORI

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN JARINGAN DRAINASE SUB SISTEM BANDARHARJO BARAT (Drainage Design of West Bandarharjo Sub System)

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

Widi Setyogati, M.Si

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN LOKASI (Route Location)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah

TUGAS GAMBAR TEKNIK SEMESTER I 2012/2013

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

BAB V RENCANA PENANGANAN

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HANDOUT GAMBAR TEKNIK

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

GAMBAR PRODI PEND. TEKNIK ARSITEKTUR

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

ABSTRAK. Kata Kunci: debit banjir, pola aliran, saluran drainase sekunder, Mangupura. iii

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Kolam Retensi (Retarding Basin) Sebagai Alternatif Pengendali Banjir Dan Rob.

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

GAMBAR TEKNIS PERENCANAAN 1. PENDAHULUAN Menggambar merupakan salah satu cara komunikasi antara seseorang dengan yang lainnya, sehingga dengan melihat suatu gambar maka seseorang akan dapat mengerti arti gambar itu. Karena gambar teknis merupakan suatu alat komunikasi, maka gambar teknis tidak boleh menimbulkan tafsiran yang berbeda bagi orang yang melihatnya. Oleh karena itu perlu ada tanda-tanda atau patokan tertentu atau standar sebagai suatu perjanjian bersama. Dengan demikian, gambar teknis harus: 1) Memakai tanda-tanda gambar standar dan seragam 2) Selengkap mungkin agar dapat memberikan pengertian yang lengkap 3) Mudah dimengerti oleh orang lain. Gambar teknis bisa digambarkan dalam bentuk: 1) Gambar proyeksi ortogonal atau gambar dua dimensi 2) Gambar perspektif atau gambar tiga dimensi 3) Gambar proyeksi dua dimensi atau disebut juga gambar proyeksi tegak lurus inilah yang dipakai untuk gambar teknis, terutama gambar-gambar detail. 2. KETENTUAN-KETENTUAN Huruf teknis Di dalam gambar teknis juga harus ada keseragaman bentuk huruf, yaitu huruf teknis yang berupa huruf cetak besar. Ukuran kertas Untuk membuat gambar yang membutuhkan beberapa kertas sekaligus, dianjurkan memakai kertas dengan ukuran yang sama. Untuk menentukan ukuran-ukuran kertas tersebut dipakai patokan atau ukuran standar yaitu: A0, A1,A2, A3 atau A4. Jenis garis dan tebal garis Macam-macam garis yang biasa dipakai dalam gambar teknis adalah sebagai berikut: 1) Garis kontinu: untuk melukiskan bagian-bagian benda yang terlihat, dan untuk tepi garis kertas. 2) Garis strip-strip: untuk melukiskan bagian-bagian yang tidak terlihat/ dibelakang irisan 3) Garis strip titik: untuk garis-garis sumbu, dan tempat irisan 4) Garis-titik-titik: menyatakan bangunan yang akan dibongkar 1

Tabel 1 Gambar jenis garis dan tebal garis Garis Kontinu Garis Strip-Strip Garis Strip Titik Garis Tipis Garis Titik-Titik Skala gambar Pakailah skala dengan angka-angka yang bulat dan mudah yaitu sebagai berikut: Gambar situasi skala 1:5.000 sampai 1:10.000 Gambar potongan dan denah skala 1:50 sampai 1:100 Gambar detail skala 1:1 sampai 1:10 Gambar penampang atau simbol bahan Normalisasi gambar bahan-bahan bangunan untuk memperjelas gambar teknis harus memakai tanda standar/ seragam. Tabel 2 Gambar penampang dan simbol bahan Besi Kayu Permukaan tanah Permukaan air 2

Pasangan batu kali Pasangan batu bata Beton Urugan tanah dan pasangan batu 3. GAMBAR HASIL PENGUKURAN Ada beberapa macam gambar yang akan dibuat dalam pekerjaan perencanaan drainase yaitu meliputi : Gambar hasil pengukuran atau gambar eksisting Gambar hasil perencanaan Gambar hasil pengukuran merupakan tahap penyajian data dan merupakan tahap terakhir dari proses pengukuran. Gambar-gambar hasil pengukuran akan ditampilkan sebagai eksisting dari kondisi lapangan yang sebenarnya. Gambar-gambar hasil pengukuran tersebut yaitu : Gambar situasi Gambar potongan profil melintang saluran Gambar potongan profil memanjang saluran Pekerjaan penggambaran dilakukan di atas kertas milimeter dan obyek penggambaran sebagai berikut: Penentuan koordinat X dan Y Plotting semua titik poligon Plotting tempat pengamatan situasi dan profil Penggambaran potongan melintang dan memanjang dengan komputer dan plotter yang meliputi pengisian nama patok jarak dan tinggi. 3

Skala gambar, untuk penampang memanjang dengan skala 1:1.000 ke arah horizontal dan skala 1:100 ke arah vertikal yang dilengkapi gambar situasi trase saluran Untuk penampang melintang digambar dengan skala 1:100 baik ke arah vertikal maupun horizontal Gambar detail menggunakan skala 1:10 Aturan khusus penggambaran ukuran tanah: Seluruh penampang melintang harus digambar dengan melihat ke arah hilir (sesuai arah aliran). Istilah tebing kiri dan tebing kanan juga dibuat sesuai dengan arah ke hilir tersebut (sesuai dengan aturan yang lazim). Penampang memanjang digambar dengan arah aliran dari kiri ke kanan. 4. GAMBAR DESAIN / PERENCANAAN Jenis gambar hasil perencanaan Penggambaran hasil perencanaan akan disajikan antara lain meliputi : Gambar peta lay-out atau situasi sistem drainase rencana. Gambar potongan memanjang saluran, yang penggambarannya akan diplot langsung pada gambar eksisting yang sudah dilengkapi gambar situasi atau trase. Gambar potongan melintang saluran, dibuat seperti pada gambar potongan memanjang yaitu penggambaran potongan melintang ini juga akan diplot diatas gambar eksisting. Gambar bangunan pelengkap (gorong-gorong, bangunan terjun, dll) dilengkapi dengan beberapa gambar potongan. Gambar-gambar detail seperti detail konstruksi dan lain-lain. Skala gambar hasil perencanaan Skala gambar hasil perencaan akan disajikan dengan ketentuan sebagai berikut: Peta lay-out atau situasi sistem drainase rencana, dibuat dengan skala 1:5.000 sampai dengan 1:10.000 Gambar potongan memanjang saluran, dibuat dengan skala 1:1.000 untuk arah horizontal dan skala 1:100 untuk arah vertikal Gambar potongan melintang saluran, dibuat dengan skala 1:100 untuk arah vertikal dan horizontal Gambar bangunan pelengkap (gorong-gorong, bangunan terjun, dll) dibuat dengan skala 1:100 yang dilengkapi dengan beberapa gambar potongan Gambar-gambar detail seperti detail konstruksi dan lain-lain dibuat dengan skala minimal 1:10 4

Gambar 1. Potongan pipa beton untuk gorong-gorong Gambar 2. Potongan melintang bangunan terjun tegak 5

6 Gambar 3. Potongan melintang bangunan terjun miring

Gambar 4. Peta situasi dan detail potongan saluran drainase 7

Gambar 5. Gambar Tipikal Pintu Air 8 Gambar 6. Gambar Tipikal Pintu Air

Gambar 7. Gambar Tipikal Pelindung Pintu Air 9

10 Gambar 8. Gambar Tipikal Rumah Pompa dan Jaringan Pipa Pompa

Gambar 9. Gambar Contoh Peletakan Rumah Pompa 11

Gambar 10. Gambar Tipikal Kolam Intake 5. STANDARISASI GAMBAR Tujuan Standarisasi Karena sistem drainase sudah mulai banyak dikenal oleh penduduk dengan bentuk yang sudah mulai seragam, maka diperlukan standarisasi bangunan tipikal sistem drainase, mengingat alasan yang sudah jelas menguntungkan, baik pada biaya konstruksi sistem drainase ini, maupun penghematan biaya dan waktu perencanaan secara berulang-ulang oleh pihak yang silih berganti untuk barang yang sama. Selain itu, standarisasi dimaksudkan agar penduduk yang boleh dikatakan awam dalam bidang teknik, akan dapat membangun sendiri sistem drainase di dalam dan di depan rumahnya tanpa memerlukan keikutsertakan ahli teknik profesional, hanya dengan membaca dan melaksanakan gambar tipikal yang diberikan standarisasinya. 12

Tanpa standarisasi, dapat saja penduduk membangun sistem drainasenya sendiri, seperti yang telah banyak dilihat pada sistem drainase perkotaan yang ada. Tetapi kesalahan bentuk teknis yang ada saat ini, akan diulangi dimana-mana, karena menyebar dengan cepat dari satu tempat ke tempat yang lain. Standarisasi ini, selain bermaksud untuk memasyarakatkan gambar-gambar tipikal drainase, berguna pula untuk : Mengatasi Bottle Neck pada Gorong-Gorong Menentukan suatu batasan mimimum dan maksimum suatu besaran seperti misalnya, batas ukuran gorong-gorong yang akan memiliki ukuran minimum tertentu, agar orang masih dapat masuk untuk membersihkan saluran tersebut. Ukuran gorong-gorong maksimum diperlukan bilamana pelaksanaannya terlalu sukar dan lebih baik diganti saja dengan jembatan. Standarisasi Ukuran Bahan Bangunan Menentukan standarisasi ukuran bahan sistem drainase, seperti misalnya ukuran buis beton, pelat tutup, pelat man-hole, pagar pengamanan gorong-gorong, dan lain-lain, agar pabrik dan suplier bahan bangunan ini dapat mendapatkan keseragaman barang yang dijualnya, sehingga memudahkan pasangan dan pelaksanaan. Mencegah Kurangnya Salah Satu Elemen Bangunan. Standarisasi juga dimaksudkan agar kesalahan hidraulik yang banyak dijumpai pada bangunan drainase yang dibuat oleh penduduk bisa diperbaiki, seperti misalnya pembuatan bangunan gorong-gorong di depan rumah, yang terlalu kecil (lebih kecil daripada penampang salurannya sendiri), bangunan saluran dalam yang tidak diperlengkapi dengan pagar, sehingga membahayakan penduduk, bangunan goronggorong yang melayani saluran tanah, tetapi tidak ada bangunan transisi inlet maupun outletnya. Membenahi Bangunan Bangunan drain- inlet di sepanjang jalan raya memerlukan konstruksi yang benar-benar dapat menjamin agar air hujan yang melimpah di jalan raya akan segera melimpah ke saluran. Dan tidak menggenangi jalan dan badan jalan. Oleh karena itu, standarisasi bangunan drain-inlet ini akan mengajarkan pentingnya untuk memiliki kemiringan lahan di sekitar saluran, sehingga setelah hujan berhenti jalanan tidak tergenang air hujan. Standarisasi Penampang Saluran 13

Bentuk penampang melintang berbagai saluran dengan berbagai debit dan keadaan (kemiringan lahan yang curam atau landai) sangat menentukan sekali, karena saluran ini dibuat dalam jumlah banyak, sehingga kesalahan yang berulang harus dihindari. Dalam aspek hidraulik, dikenal istilah yang paling menguntungkan dalam segi kapasitas hidrauliknya, sedangkan pada segi biaya dikenal saluran yang paling ekonomis. Keduanya akan dipadukan, sehingga diperoleh standar penampang saluran untuk dipakai secara luas, yang dengan sendirinya harus terbagi atas saluran tanah, saluran berdinding pasangan batu kali, dan dasarnya dari tanah, atau saluran beton maupun saluran dari buis beton. Standarisasi untuk memudahkan operasi dan pemeliharaan. Ada dua hal yang dikehendaki oleh pihak yang menyelenggarakan Operasi dan Pemeliharaan saluran yaitu sistem drainase tidak mudah mengalami erosi, dan sebaliknya juga jangan menimbulkan endapan, atau sedapat mungkin endapan ini dilokalisir. Untuk mencapai hal ini, peran standarisasi tipikal bangunan sistim drainase sangatlah besar, karena dapat menanggulangi erosi dan mengelola pengendapan secara meluas, seperti misalnya memperkenalkan dalam standarisasi adanya pemasangan dinding pasangan pada belokan luar suatu sungai atau saluran tanah, menyarankan adanya bangunan outlet yang menurut standar pada gorong-gorong, atau menyarankan dipakainya saluran berdinding pasangan batu kali pada saluran yang curam didaerah perbukitan. Sebaliknya, endapan dilokalisir, dengan memperkenalkan suatu bangunan penangkap pasir yang letaknya pada persimpangan saluran, agar endapan dapat dilokalisir, atau mensyaratkan adanya bangunan penangkap endapan, bilamana air yang melimpas berasal dari kawasan yang tanahnya labil, serta mudah mengalami erosi. Dengan demikian sebelum memasuki sistim drainase lebih jauh, maka endapan dapat di-intersepsi dan dilokalisir serta dikeruk dengan rutin. Standarisasi Tipikal Struktural Bangunan Saluran Drainase Tipikal bangunan saluran memiliki resiko yang tinggi bilamana mengalami kesalahan dalam bidang struktur, karena keruntuhan saluran yang tipikal strukturil bangunan salurannya salah, menyebabkan hampir seluruh saluran drainase kota mengalami keruntuhan, dengan kerugian finansial yang besar. 14 Tetapi sebaliknya, tipikal struktur bangunan saluran yang terlalu kuat dan berlebihan ukurannya dapat menyebabkan pemborosan biaya pelaksanaan saluran drainase kota, meskipun saluran ini sangat aman terhadap kemungkinan keruntuhan, tetapi bilamana

dipandang dari segi finansial kurang menguntungkan. Oleh karena itu dengan standarisasi diharapkan diperoleh tipikal struktur bangunan saluran drainase yang tepat konstruksinya dan dengan sendirinya layak ekonomis. Perlu dicatat, bahwa standarisasi tipikal struktur bangunan saluran drainase juga memiliki parameter yang cukup luas, seperti misalnya beban kendaraan yang bervariasi menurut kelas jalan raya, jenis tanah dan kekuatan dari tanah tersebut. Untuk Menampung Air Limbah Buangan Rumah Tangga Seperti kita ketahui, bahwa saluran drainase di negara kita tidak saja dipergunakan untuk menampung air hujan saja, tetapi juga untuk menampung air limbah rumah tangga, maka sifat-sifat dari air limbah ini juga harus sedikit banyak dipahami dan diterapkan pada bentuk tipikal bangunan drainase yang hendak dipakai. Air limbah rumah tangga jumlahnya tidak sebanyak air hujan lebat, tetapi air hujan lebat hanya terjadi beberapa kali dalam setahun, sehingga dalam prakteknya Tipikal Bangunan Saluran Drainase harus memiliki lekukan pada bagian dasarnya, yang biasanya dibuat dari pipa setengah lingkaran, yang khusus disediakan untuk menampung air limbah rumah tangga ini, sehingga kecepatan air limbah dapat dipertahankan cukup besar untuk mencegah sedimentasi. Bilamana lekukan ini tidak diberikan pada bagian dasar saluran ini, maka air limbah akan menyebar keseluruh dasar saluran dan menyebabkan kecepatannya menurun, sehingga menimbulkan pengendapan. Pemahaman ini kurang banyak diketahui oleh perencana dan pihak yang membuat saluran drainase, sehingga perlu disebar luaskan pengertian penampungan air limbah rumah tangga ini dalam bentuk standar tipikal bangunan sistem drainase, sehingga disamping mencegah pengendapan air limbah ini, juga dapat mencegah agar air limbah yang berpotensi menyebabkan pencemaran yang dapat mematikan manusia ini bisa dicegah, yaitu dengan memberikan dasar pasangan batu kali, atau pipa beton setengah lingkaran didasar saluran. Meskipun berupa saluran tanah. Peralatan Penahan Sampah Saluran yang direncanakan dengan baik dan lengkap akan memiliki peralatan penahan sampah baik pada bangunan drain inlet, atau menutupnya dengan pelat beton, atau memasang jeruji besi penahan aliran sampah. 15

Hal ini hendak diingatkan pemakaiannya pada Standarisasi Tipikal Bangunan Sistem Drainase, sehingga dengan demikian kekurangan yang ada dapat disempurnakan dalam skala yang luas, diseluruh penanganan drainase perkotaan. Standarisasi Pekerjaan Kontraktor Sistem Saluran Drainase Dengan adanya standarisasinya tipikal bangunan sistem drainase, maka kontraktor yang melaksanakan pekerjaan ini, juga akan mengalami kemudahan karena melaksanakan pekerjaan sama secara berulang-ulang sehingga organisasi kontraktor dan methodologi kerja telah menyesuaikan terhadap standar kerja. Begitu juga dengan stock persediaan bahan (misalnya pipa setengah lingkaran) dari kontraktor juga disesuaikan dengan standar yang berlaku. Dengan sendirinya biaya konstruksi dapat ditekan menjadi lebih murah, karena standarisasi ini. Sehingga dapat dicapai penghematan yang bersifat skala besar, didalam melaksanakan sistem drainase ini. ASPEK-ASPEK YANG AKAN DIPERTIMBANGKAN Menetapkan suatu tipikal bangunan sistem drainase yang dapat langsung diterima oleh masyarakat, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Banyak aspek-aspek yang harus diperhatikan, agar tipikal ini mudah dilaksanakan, kelihatan manfaat nyata yang dapat diperoleh oleh masyarakat, seperti misalnya : Pemakaian Bahan Lokal dan Harga Bahan yang Murah Bahan saluran drainase dengan pasangan batu kali, misalnya merupakan bahan lokal yang harganya termasuk murah, sehingga banyak dipergunakan dimana-mana dan standarisasi tipikal dengan bahan ini banyak mendapat sambutan masyarakat. Kemampuan Teknis Masyarakat Yang Ada Salah satu tujuan dari Standarisasi Tipikal Bangunan Drainase adalah untuk memberikan panduan pembangunannya tetapi tidak perlu lagi tenaga ahli untuk membantu mengadakan monitoring dan supervisi pelaksanaannya. Oleh karena itu, Tipikal Bangunan harus dibuat sedemikian sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat. Standar Tipikal Bangunan harus dipersiapkan dengan matang dan siap pakai karena sistem drainase harus dilaksanakan secara besar-besaran, maka kesalahan teknis pada tipikal bangunan ini akan mengakibatkan kerugian yang ada dalam skala besar. Oleh karena itu Tipikal bangunan harus dipersiapkan dengan matang dan siap pakai dalam arti kata telah diadakan pengujian dan post monitoring yang intensif. 16

Secara berangsur-angsur dipersiapkan agar tipikal bangunan drainase dapat dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Dalam kebijakan pembangunan terdahulu banyak perencanaan teknis drainase perkotaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Tetapi mengingat kuantitas perkotaan yang memerlukan sistem drainase yang memadai, maka secara berangsur-angsur pelaksanaan sistem drainase akan didelegasikan kepada masyarakat dalam bentuk swadaya, sehingga dengan sendirinya Tipikal Bangunan Sistem Drainase harus dipersiapkan juga untuk dapat dilaksanakan oleh masyarakat dengan cara swasembada, swadaya dan swakelola. 17