BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi fungsinya untuk membawa O 2 dalam jumlah yang cukup ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

MAKALAH GIZI ZAT BESI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (cairan darah) dan 45% sel-sel darah.jumlah darah yang ada dalam tubuh sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen di bawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn,2000). 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah (Sadikin, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi


BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja Remaja adalah aset bangsa dan sumber daya manusia (SDM) yang harus memiliki kualitas baik, disiapkan untuk dapat menghadapi perubahan dan kemajuan teknologi guna memajukan bangsa dan negara. Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan menderita anemia karena keunikan gaya hidupnya, terutama remaja putri. Remaja putri lebih berisiko menderita anemia daripada remaja putra. Hal tersebut disebabkan karena pola makan yang kurang tepat untuk menjaga penampilannya, pemahaman gizi yang keliru, kesukaan berlebihan terhadap makanan tertentu, menstruasi yang dialami setiap bulan. Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan menderita anemia, terutama remaja putri. Remaja yang menderita anemia akan mengalami terhambatnya proses tumbuh, motorik, mental dan kecerdasan serta penurunan tingkat kebugaran, daya ingat, daya imun dan daya konsentrasi sehingga berdampak pada kemampuan belajar rendah dan berpengaruh pada prestasi belajar (Retno, 2017). B. Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium. Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pola menstruasi yang dialami setiap remaja putri berbeda-beda. Sekitar umur menarche sampai umur 18 tahun, memungkinan menstruasi belum 6

teratur. Menstruasi yang tidak teratur ini menunjukkan aksis hipothalamus-hipofisisovarian belum sempurna. Pelepasan telur (ovum) hanya terjadi satu kali setiap bulan yaitu sekitar hari ke-14 pada siklus menstruasi normal 28 hari. Pelepasan telur (ovum) hanya terjadi satu kali setiap bulan yaitu sekitar hari ke-14 pada siklus menstruasi normal 28 hari. Pada siklus anovulatoir urutan tahapnya berubah oleh variasi kadar estrogen saja. Stimulasi berlebihan mengakibatkan jumlah perdarahan ini biasanya lebih banyak dibanding menstruasi normal (ovulatoir). Sebaliknya kekurangan estrogen menyebabkan perdarahan yang lebih jarang dan jumlah darah yang hilang lebih sedikit (Yunarsih, 2014). Pada saat remaja putri mengalami menstruasi yang pertama kali membutuhkan lebih banyak besi untuk menggantikan kehilangan akibat menstruasi tersebut. Jumlah kehilangan besi selama satu siklus menstruasi (sekitar 28 hari) kira-kira 0,56 mg per hari. Jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal sebesar 0,8 mg per hari. Sehingga jumlah total besi yang hilang sebesar 1,36 mg per hari. Selain itu jumlah makanan yang dikonsumsi lebih rendah daripada pria (Hadju, 2008). Menurut Yunarsih (2014), Pubertas adalah suatu bagian dari masa remaja dimana lebih ditekankan pada proses biologis yang mengarah pada kemampuan bereproduksi. Remaja putri lebih banyak membutuhkan zat besi dari pada remaja putra, karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya. Wanita mengalami kehilangan besi akibat menstruasi menyebabkan meningkatnya kebutuhan rata-rata zat besi setiap harinya sehingga zat besi yang harus diserap adalah 1,4 mg per hari. Masa remaja telah dilaporkan menjadi kesempatan untuk pertumbuhan catchup. Kecepatan pertumbuhan yang tinggi menyebabakan remaja membutuhkan energi dan protein yang tinggi. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan 7

perkembangan, baik secara fisik, mental dan aktivitas sehingga kebutuhan makanan yang mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar. Menurut Hadju (2008), Remaja putri lebih rawan terkena anemia karena remaja berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi termasuk besi. Remaja putri banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-harinya. Kekurangan zat besi dianggap penyebab paling umum dari anemia secara global, tetapi beberapa lainnya kekurangan gizi (termasuk folat, vitamin B12 dan vitamin A), akut dan peradangan kronis, parasit infeksi dapat menyebabkan anemia. Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan tidak sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet tidak sehat karena ingin langsing (mengabaikan sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan makan makanan siap saji. Sehingga remaja tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan anemia (Suryani, 2015). C. Darah Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Komposisi darah dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu korpuskula 45% dan plasma darah 55% (Pricilia, 2014). 8

Darah manusia berwarna merah terang ketika terikat pada oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul molekul oksigen. Dan ketika oksigen dilepas maka warna eritrosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru biruan pada pembuluh darah dan kulit. Dengan adanya perubahan warna darah ini bias dimanfaatkan untuk mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial (Pricilia, 2014). D. Anemia 1. Pengertian Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun. Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia (Alamanda, 2013) Tabel 1. Kategori Derajat Anemia Kategori Nilai Rujukan Normal: Nilai Rujukan Anemia Ringan Sekali 11,7-15,5 g/dl 10 g/dl - cut off point 9

Anemia Ringan 8-9,9 g/dl Anemia Sedang 6-7,9 g/dl Anemia Berat <6 g/dl Sumber: Bakta (2006) 1. Etiologi Menurut Alamanda ( 2013), Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain gangguan pembentukan eritrosit, perdarahan dan hemolisis. Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino serta gangguan pada sumsum tulang, perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi. Sedangkan hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit. 2. Klasifikasi Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia: a. Anemia normositik normokrom Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 101 fl, MCH 23 31 pg, MCHC 26 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit. b. Anemia makrositik hiperkrom 10

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik nonmegaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia). c. Anemia mikrositik hipokrom Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26-35 %) (Alamanda, 2013). a. Anemia Hipoproliferatif 1) Anemia aplastik Disebabkan oleh penurunan kadar prekursor dalam sumsum tulang dan penggantian sumsum tulang dengan lemak. Berbagai macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya atau dapat pula disebabkan oleh obat, bahan kimia atau kerusakan radiasi. 2) Anemia pada penyakit ginjal Derajat anemia ini terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir sangat bervariasi, tetapi secara umum terjadi pada pasien dengan nitrogen urea darah (BUN) yang lebih dari 10 mg/dl. Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritropoeti. Beberapa eritropoetin terbukti diproduksi diluar ginjal, karena terdapat eritropoesis yang masing terus berlangsung bahkan pada pasien yang ginjalnya telah diangkat. 3) Anemia karena kekurangan zat besi 11

Anemia karena kekurangan zat besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Dimana kandungan besi tubuh total turun di bawah tingkat normal. b. Anemia Megaloblastik 1) Anemia karena kekurangan asam folat Anemia karena kekurangan asam folat adalah suatu anemia megaloblastik yang disebabkan kekurangan asam folat. Asam folat adalah vitamin yang terdapat pada sayuran mentah, buah segar dan daging tetapi proses memasak biasanya dapat merusak vitamin ini. Karena tubuh hanya menyimpan asam folat dalam jumlah kecil, maka suatu makanan yang sedikit mengandung asam folat akan menyebabkan kekurangan asam folat dalam waktu beberapa bulan. 2) Anemia karena kekurangan vitamin B12 Anemia karena kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik. Pada anemia jenis ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal (megaloblas). c. Anemia Hemolitika Pada anemia hemolitika, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum tulang biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi 12

sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibanding kecepatan normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai gambaran laboratoris yang sama yaitu jumlah retikulosit meningkat, fraksi bilirubin indirek meningkat dan haptoglobin (protein yang mengikat hemoglobin bebas). 1. Anemia hemolitika turunan a. Sferositosis turunan Merupakan suatu anemia hemolitika ditandai dengan sel darah merah kecil berbentuk sferis dan pembesaran limpa (splenomegali). Kelainan ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak, namun dapat terlewat sampai dewasa karena gejalanya sangat sedikit. Penanganannya berupa pengambilan limpa secara bedah. b. Anemia sel sabit Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. 2. Anemia hemolitika didapat Terdapat berbagai macam anemia hemolitik didapat termasuk hemoglobinuria nokturnal paroksimal, anemia hemolitik imun, anemia hemolitika mikroangiopati, hemolisis katup jantung dan anemia sel spur. a. Anemia hemolitik imun Ketika antibodi bergabung dengan sel darah merah mereka dapat menjadi isoantibodi dan bereaksi dengan sel asing atau otoantibodi yang bereaksi dengan sel individu itu sendiri. Hemolisis imun yang terjadi bisa sangat berat. b. Anemia karena kekurangan vitamin C 13

Anemia karena kekurangan vitamin C adalah sejenis anemia yang jarang terjadi yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka waktu yang lama. c. Anemia karena kekurangan G6PD Kekurangan G6PD adalah suatu penyakit dimana enzim G6PD (glukosa 6 fosfat dehidrogenase) hilang dari selaput sel darah merah. Enzim G6PD membantu mengolah glukosa dan membantu menghasilkan glutation. d. Anemia karena penyakit kronik Penyakit kronik sering menyebabkan anemia terutama pada penderita usia lanjut. Keadaan-keadaan seperti infeksi, peradangan dan kanker menekan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Karena cadangan zat besi di dalam tulang tidak dapat digunakan oleh sel darah merah yang baru, maka anemia ini sering disebut anemia penggunaan ulang zat besi. e. Anemia karena perdarahan hebat Anemia karena perdarahan hebat adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang disebabkan oleh perdarahan hebat seperti kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecahnya pembuluh darah, perdarahan hidung dan wasir, perdarahan hidung dan wasir, perdarahan menstruasi yang sangat banyak (Desmawati, 2013) 14

3. Penyebab anemia mikrositik hipokrom yaitu berkurangnya zat besi (Anemia Defisiensi Besi), berkurangnya sintesis globin (Thalasemia dan Hemoglobinopati), berkurangnya sintesis heme (Anemia Sideroblastik) 4. Gejala yang timbul penyebab dari anemia adalah: a. Lemah, lesu, pusing, mudah marah atau sulit konsentrasi atau mudah lupa. b. Pucat terutama pada gusi dan kelopak mata atau bawah kuku. c. Jantung berdebar nafas pendek. d. Sariawan mulut atau lidah, bilur-bilur atau pendarahan tidak biasa. e. Mati rasa atau kesemutan di daerah kaki. f. Mual dan diare. g. Keletihan, mudah lelah bila berolahraga (Alamanda, 2013) 5. Penyebab Anemia Penyebab utama seseorang mengalami anemia, adalah kekurangan zat besi. Difesiensi besi adalah penyebab anemia paling umum. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan. Mula-mula simpanan zat besi dalam tubuh menurun hingga mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah secara perlahan. Defesiensi besi dapat terjadi dari pola makan sehari-hari yang rendah besi. Kurang protein, asam folat, vitamin B12 dari makanan sehari-hari juga memungkinkan terjadinya anemia, mengingat pentingnya unsur-unsur tersebut dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia juga bisa disebabkan oleh hal-hal lain seperti pendarahan kecil tetapi terus menerus (slow bleeding) seperti akibat wasir, tukak lambung, kanker lambung atau usus dan efek penggunaan aspirin atau obatobat nonsteroidal anti inflamasi terus menerus, menstruasi berat, penyakit yang 15

berhubungan dengan darah seperti leukemia dan infeksi (cacing, malaria) (HUDA, 2007). E. Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memilki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru paru ke jaringan-jaringan. Molekul hemoglobin yang terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme dan suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan zat lain dengan menggunakan zat kimia bernama nilai sinar yang berhasil diserap oleh hemoglobin. Adanya hemoglobin dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna merah karena hemoglobin merupakan 30% penyusun dari total isi eritrosit. Suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah menjadi merah karena Fe. Eritrosit Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxyhemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Hidayat, 2009). 2. Fungsi Hemoglobin Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen yaitu 16

menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Hidayat, 2009). Kegunaan dari hemoglobin antara lain : a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar c. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia. Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak dapat diketahui dengan pengukuran kadar Hemoglobin. Penurunan kadar Hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah. Kekurangan darah berarti anemia. Selain kekurangan Hemoglobin juga disertai dengan eritrosit yang berkurang serta nilai hematokrit dibawah normal (Hidayat, 2009) 3. Kadar Hemoglobin Menurut Hidayat ( 2009), Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik yang berupa butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen. Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sulit ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin 17

Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin adalah : a. Umur Semakin tua umur seseorang maka semakin berkurang kadar hemoglobinnya b. Jenis kelamin Pada umumnya pria memiliki kadar hemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan kadar hemoglobin pada wanita. Hal ini juga bersangkutan terhadap kandungan hormon pada pria maupun wanita. Kadar Hbwanita lebih rendah karena faktor aktifasinya yang lebih sedikit dibanding aktivitas pada pria selain wanita mengalami menstruasi. c. Geografi (tinggi rendahnya daerah) Tempat tinggal di dataran tinggi, makhluk hidup di sana tubuhnya cenderung lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk meningkatkan suhu tubuh dan lebih aktif mengikat kadar O2 yang lebih rendah dari pada di dataran rendah. Hb mahluk hidup yang tinggal di pesisir cenderung mempunyai Hb yang lebih rendah, sebab tubuh memproduksi sel darah merah dalam keadaan normal. d. Nutrisi Bila makanan yang dikonsumsi banyak mengandung Fe atau besi maka sel darah yang diproduksi akan meningkat sehingga hemoglobin yang terdapat dalam darah meningkat, dan begitu juga sebaliknya. e. Faktor kesehatan Kesehatan sangat mempengaruhi kadar Hb dalam darah. Jika kesehatan terjaga dengan baik, maka kadar Hb dalam keadaan normal. 18

f. Faktor Genetik (Hidayat, 2009). 5. Sintesis Hemoglobin Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas (Hidayat, 2009). Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah (Hidayat, 2009). 19

Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus prastitik yang disebut heme. Gugus heme yang menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen anorganik dan pusat atom besi. Komponen organik yang disebut protoporfirin terbentuk dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh jembatan meterna membentuk cincin tetra pirol. Empat gugus mitral dan gugus vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada cincin ini (Hidayat, 2009). Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia. Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan polinemis (Hidayat, 2009). 6. Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Pada pemeriksaan di laboratorium klinik, kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya dengan metode Flowcytometry. Flowcytometry merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis jenis-jenis sel yang terdapat pada suatu populasi sel. Sel dilabel fluoresen, dilewatkan celah sempit, dan ditembak sinar. Pada suatu populasi sel yang sejenis. Flowcytometry merupakan teknologi yang secara simultan mampu menghitung dan mengkarakterisasi berbagai macam sifat fisika dari partikel tunggal (biasanya sel). Flowcytometry dapat menganalisis suspensi partikel atau sel dengan dari ukuran 0,2-150 μm. Prinsip kerja flowcytometry adalah setiap sel akan dialirkan dalam sistem fluida, lalu ditembak dengan sinar laser, kemudian disebarkan oleh setiap sel. Selain itu, sinar laser tersebut 20

juga dapat mengaktivasi senyawa fluoresen yang terdapat dalam sel. Setiap sinyal sinar yang disebarkan maupun yang difluoresensikan akan diubah menjadi impuls elektrik sehingga dapat terdeteksi dan tersimpan sebagai data di dalam komputer. Flowcytometry dapat digunakan untuk deteksi adanya perubahan morfologi sel yang mengalami apoptosis menggunakan nuclear staining dan mampu menghitung jumlah sel yang mengalami apoptosis menggunakan flowcytometry Annexin V (Muti ah, 2016). 21