BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan. Bahkan jika dibandingkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu. mengatasi bahaya-bahaya yang dapat mengancam eksistensinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

III. METODE PENELITIAN. Dalam analisa penelitian ini, penulis memilih jenis penelitian normatif, 47 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

TINJAUAN YURIDIS PENGAKHIRAN SEWA MENYEWA RUMAH YANG DIBUAT SECARA LISAN DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN

PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia guna meningkatkan

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

Transkripsi:

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. ** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. *** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan. Bahkan jika dibandingkan dengan makhluk lain, manusia adalah merupakan makhluk yang memiliki kebutuhan yang sangat kompleks. Tidak saja kebutuhan lahiriah, tetapi juga kebutuhan bathiniah. Mulai dari soal pernafasan sampai kepada cara-cara menyelenggarakan kematian. Bagi mereka yang merasa haus, merasa butuh minum. Bagi mereka yang ingin bepergian mereka membutuhkan transportasi. Mereka yang ingin mengetahui tentang sesuatu,membutuhkan ilmu. 1 Pada prinsipnya masyarakat mengalami perkembangan, semula masyarakat sederhana kemudian berkembang menjadi semakin kompleks. Adanya perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan perkembangan hukum yang berlaku. Keduanya dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan masyarakat tersebut dapat menimbulkan perubahan di bidang hukum sesuai dengan pergaulan hidup setiap orang yang memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda-beda. Kebutuhan dan kepentingan masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisiologis, seperti makanan, minuman, 1 OK Khairuddin, Sosiologi Hukum, cetakan pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hal 83.

pakaian, perumahan, kebutuhan keamanan, ketertiban, dan ketentraman, kebutuhan akan kerja sama yang saling menguntungkan. 2 45. 2 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan keempat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal

Berbagai hubungan antara individu di dalam masyarakat sebagai akibat dari kenakeragaman kepentingan yang ada di dalam kehidupan sosial. Agar tidak timbul kekacauan di dalam masyarakat, diperlukan peraturan-peraturan yang mampu menjamin stabilitas para anggota masyarakat. Maksudnya, diperlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat. 3 Hidup bermasyarakat memiliki konsekuensi tersendiri bagi individuindividu yang menjadi anggota kelompok. Salah satu konsekuensi yakni rasa tanggung jawab masing-masing individu akan keutuhan dan kelancaran hidup sosial. Perasaan demikian tidak timbul dengan sendirinya, melainkan harus ditanamkan sedini mungkin, terutama bagi masyarakat yang heterogen. Setiap manusia untuk melangsungkan hidupnya harus bekerja sama dengan manusia lain di sekitarnya. Apabila manusia menjalin kerja sama dengan orang lain maka kemungkinan kebutuhan hidupnya secara minimal akan dapat terpenuhi sehingga dapat hidup layak. Hubungan kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat tersebut menimbulkan perbuatan-perbuatan yang diperbolehkan oleh hukum, seperti, jual beli, sewa-menyewa, hibah, wasiat, dan beberapa perbuatanperbuatan lainnya yang diperbolehkan. 4 Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat atau bernegara disertai sanksi yang tegas apabila dilanggar. 5 3 Ibid., hal 48. 4 Ibid., hal 65. 5 Abdulkadir Muhammad I, Hukum Perdata Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hal 1.

Tujuan hukum memberikan peraturan-peraturan (petunjuk, pedoman) dalam pergaulan hidup, untuk melindungi individu dalam hubungannya dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diharapkan terwujud suatu keadaan aman, tertib, dan adil. 6 Hukum sangat terkait dengan kehidupan sosial masyarakat. Dalam konteks hubungan sosial masyarakat, dimensi hukum dapat dipahami sebagai kaidah atau norma yang merupakan petunjuk hidup dan pedoman perilaku yang pantas atau diharapkan. Hukum bermaksud mengatur tata tertib masyarakat. Oleh karena itu, ketika petunjuk hidup tersebut yang berisi perintah atau larangan ini dilanggar, maka dapat menimbulkan tindakan dalam bentuk pemberian sanksi dari pemerintah atau penguasa masyarakat. Hukum tersebut memiliki 4 (empat) unsur : 1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat. 2. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwenang. 3. Peraturan bersifat memaksa, artinya bahwa setiap orang harus patuh atau taat kepada hukum. 4. Sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah tegas. 7 Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, karena akibat tersebut dianggap menjadi kehendak dari yang melakukan perbuatan itu. Perbuatan hukum dapat bersifat sederhana dan perbuatan hukum yang bersifat tidak sederhana. Perbuatan hukum yang bersifat sederhana merupakan perbuatan hukum yang bersegi satu, ialah apabila hanya merupakan 6 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal 133. 7 Lukman Santoso, Hukum Perjanjian Kontrak, Cakrawala, Yogyakarta, 2012, hal 6.

satu kejadian saja atau apabila akibat hukumnya ditimbulkan oleh kehendak seorang saja yaitu orang yang yang melakukan perbuatan itu, seperti pembuatan surat wasiat. Perbuatan hukum yang bersifat tidak sederhana merupakan perbuatan hukum yang bersegi dua atau lebih, perbuatan hukum ini akibat hukumnya ditimbulkan oleh kehendak dari dua atau lebih subyek hukum, seperti sewa-menyewa, jual-beli, perjanjian kredit,semua perjanjian dan perikatan, seperti yang disebutkan dalam Pasal 1313 KUH Perdata. 8 Para pihak yang terkait didalam perbuatan hukum tersebut dapat secara tertulis yang disebut sebagai perjanjian atau kontrak. Pihak yang terkait di dalam suatu perjanjian tertulis memiliki kebebasan dalam hal membuat perjanjian. Sehingga para pihak dapat leluasa untuk membuat perjanjian apa saja, asal tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan. Perjanjian yang dibuat oleh kedua pihak memiliki unsur mengikat diantara keduanya. Salah satu kebutuhan manusia yang terpenting adalah tempat tinggal. Adanya pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan banyak penduduk yang kekurangan tempat tinggal rumah maupun tempat usaha. Salah satu cara untuk mengatasi kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal adalah dengan cara menambah jumlah rumah. Sebagian masyarakat tersebut tidak semua bisa membangun rumah. Hal ini dikarenakan taraf ekonomi dari lapisan masyarakat yang berbeda-beda. Bagi masyarakat yang taraf perekonomiannya mampu untuk membangun rumah tersebut, mereka dapat menyewakan rumahrumah mereka kepada orang-orang yang membutuhkan dan tidak mampu untuk membangun rumah. Masyarakat yang perekonomiannya golongan kebawah tidak 8 Abdulkadir Muhammad I, op. cit, hal 2.

mampu untuk membeli rumah ataupun membangun rumah mereka sendiri. Sehingga mereka memilih untuk menyewa rumah dengan harga yang dapat dijangkau mereka. Perjanjian sewa-menyewa merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang sering dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian sewa-menyewa yang dilakukan oleh para pihak tersebut merupakan salah satu dari bentuk hubungan-hubungan hukum yang sekarang ini sering dilakukan oleh seseorang demi memenuhi kebutuhannya. Sewa-menyewa,seperti halnya dengan jual-beli dan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya,adalah suatu perjanjian konsensual. Artinya, perjanjian itu sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya, yaitu barang dan harga. 9 Meskipun sewa-menyewa adalah suatu perjanjian yang konsensual, namun oleh undang-undang diadakan perbedaan antara sewa-menyewa tertulis dan lisan. Jika sewa-menyewa itu diadakan secara tertulis, maka sewa-menyewa itu berakhir demi hukum(otomatis) apabila waktu yang ditentukan sudah habis, tanpa diperlukannya sesuatu pemberitahuan pemberhentian itu. Sebaliknya, kalau sewamenyewa tidak dibuat secara tertulis,maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan,melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada si penyewa bahwa ia hendak menghentikan sewanya, pemberitahuan mana harus dilakukan dengan mengindahkan jangka waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat. Jika tidak ada pemberitahuan seperti itu, maka dianggaplah bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama. Perihal sewa tertulis itu 9 R.Subekti I, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal 39.

diatur dalam Pasal 1570 KUH Perdata dan perihal sewa yang tidak tertulis diatur dalam Pasal 1571 KUH Perdata. 10 Peraturan tentang sewa-menyewa yang termuat dalam bab ketujuh dari Buku III KUH Perdata berlaku untuk segala macam sewa menyewa, mengenai semua jenis barang, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang memakai waktu tertentu maupun yang tidak memakai waktu tertentu, oleh karena waktu tertentu bukan syarat mutlak untuk perjanjian sewa-menyewa. Perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya. Kewajiban yang timbul diantara keduanya harus dilaksanakan demi berlangsungnya perjanjian yang baik. Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak lain, sedangkan kewajiban pihak yang kedua ini adalah membayar harga sewa. Jadi, barang diserahkan tidakuntuk dimiliki seperti halnya dalam jual beli, tetapi hanya untuk dipakai, dinikmati kegunaannya. Dengan demikian maka penyerahan hanya bersifat menyerahkan kekuasaan belaka atas barang yang disewa itu. Selain melaksanakan kewajiban, para pihak juga harus memenuhi hak yang seharusnya didapatkan oleh masing-masing pihak, seperti pihak yang menyewakan harus menyewakan rumahnya dalam keadaan yang layak untuk disewa, dan pihak penyewa harus membayar uang sewa sesuai seperti yang disepakati dengan pihak yang menyewakan rumah tersebut. 11 Hak dan kewajiban merupakan akibat hubungan hukum yaitu hubungan yang diatur oleh hukum. Hubungan antara dua orang, misalnya janji untuk bersama-sama pergi ke kampus, meskipun menurut moral atau kesopanan 10 Ibid., hal 47 11 Ibid, hal 40-41.

menimbulkan hak dan kewajiban, bukanlah perikatan dalam pengertian hukum, sebab hak dan kewajiban tersebut bukan lahir dari hubungan hukum. Namun, tidak berarti semua hubungan yang diatur oleh hukum dianggap sebagai perikatan dalam pengertian hukum. Untuk menentukan apakah suatu hubungan hukum merupakan perikatan dalam pengertian hukum atau tidak, pada mulanya para sarjana mempergunakan ukuran dapat tidaknya dinilai dengan uang. Bilamana suatu hubungan hukum, hak dan kewajiban yang ditimbulkannya dapat dinilai dengan uang, hubungan tersebut adalah perikatan. 12 Hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban dalam perikatan tersebut adalah antara dua pihak. Pihak yang berhak atas prestasi (pihak yang aktif) adalah kreditur atau orang yang berpiutang. Sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi prestasi (pihak yang pasif) adalah debitur atau orang yang berutang. Kreditur dan debitur inilah yang disebut subyek perikatan. 13 Persoalan kapan lahirnya perjanjian adalah sangat penting untuk diketahui dan ditetapkan,adakalanya terjadi perubahan dalam peraturan perundangundangan yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan perjanjian, beralihnya risiko dalam perjanjian, tempat lahirnya dan ditutupnya perjanjian dan sebagainya. 14 Perjanjian sewa-menyewa rumah, si penyewa diwajibkan melakukan pembetulan-pembetulan kecil dalam sehari-hari. Pasal 1583 KUH Perdata memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksudkan dengan pembetulanpembetulan kecil dan sehari-hari itu, sebagai berikut: 12 Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, cetakan ketiga, Bandung,2004, hal 196. 13 Ibid., hal 197 14 Ibid., hal 207

Jika tidak ada perjanjian, maka dianggap sebagai demikian pembetulanpembetulan pada lemari toko, tutupan jendela, kunci-kunci dalam, kacakaca jendela, baik di dalam maupun di luar rumah dan segala sesuatu yang dianggap termasuk itu, menurut kebiasaan setempat. Berhubung dengan semakin banyaknya kasus mengenai perjanjian sewamenyewa yang melanggar isi dari perjanjian tersebut. Salah satu contoh kasus menegenai perjanjian sewa-menyewa terdapat di dalam kasus Putusan perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Kasus tersebut mengenai perjanjian sewamenyewa rumah yang tidak disebutkan batas waktunya. Perjanjian sewamenyewa rumah yang tidak disebutkan batas waktunya tersebut membuat masalah diantara pihak yang membuat perjanjian. Sehingga tidak ada batasan waktu kapan penyewa harus mengakhiri masa sewanya. Berdasarkan kasus yang terdapat di dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn tersebut, penulis mencoba meninjau lebih lanjut mengenai kasus tersebut dengan menganalisis batas waktu di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam skripsi ini. Pokok permasalahan yang dimaksud adalah : 1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi para pihak dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn?

2. Bagaimanakah akibat hukumnya jika di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah tidak disebutkan batas waktunya? 3. Bagaimanakah pertimbangan hukum dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn? C. Tujuan Penulisan Setiap penulisan skripsi tentu mempunyai tujuan pembahasan penulisan. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak yang terkait di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah pada Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. 2. Untuk mengetahui akibat hukum yang terjadi di dalam perjanjian sewamemyewa rumah apabila tidak disebutkan batas waktunya. 3. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hukum yang terdapat pada Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn di dalam menyelesaikan perkara perdata di antara pihak yang terkait di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah. D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain : 1. Secara teoretis, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa yang tertarik pada bidang keperdataan khususnya mengenai masalah

perjanjian sewa-menyewa rumah. Penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian untuk menambah pengetahuan bagi perkembangan hukum dalam masalah perjanjian sewa-menyewa rumah, serta diharapkan mampu membuka cakrawala berpikir dalam menilai tentang masalah yang timbul terhadap perjanjian sewa-menyewa rumah. 2. Secara praktis, adalah untuk memberikan masukan sekaligus pengetahuan kepada para pihak baik penyewa maupun yang menyewakan dalam melakukan kegiatan sewa-menyewa rumah mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak, dapat menjadi bahan pertimbangan masyarakat pada umumnya untuk menghindari permasalahan yang mungkin dapat terjadi di dalam melakukan perjanjian sewa-menyewa rumah, khususnya di antara para pihak yang membuat perjanjian E. Metode Penelitian Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,sistematika,dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. 15 Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini sebagai berikut : 15 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal 38.

1. Jenis Penelitian Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk menganalisa Batas Waktu Di dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn), maka metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada pada masyarakat. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara menelaah kasus (studi kasus/case study) yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. 16 2. Sumber data Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder dan didukung data primer. Data primer yaitu data yang secara langsung diperoleh, data primer yang diperoleh yaitu dari Pengadilan Negeri Medan. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil studi pustaka, tulisan ilmiah dan berbagai sumber tulisan tangan lainnya.data sekunder didapatkan melalui : a. Bahan Hukum Primer yaitu Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn, bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum perdata yang mengikat, antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) maupun literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas. 16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hal 94.

b. Bahan Hukum Sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat pakar hukum, rancangan undang-undang, dan hasilhasil penelitian yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. c. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus, ensiklopedia, makalah dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan. 3. Sifat Penelitian Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu memberikan gambaran dan memaparkan sebagian atau keseluruhan dari objek yang diteliti yang bersumber dari data sekunder yang didukung oleh data primer yaitu putusan pengadilan dan selanjutnya data tersebut dianalisis secara kualitatif sehingga memperoleh suatu kesimpulan. 17 4. Analisis Data Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, putusan Pengadilan Negeri Medan, dan hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif, dan beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dan pembahasan skripsi ini. F. Keaslian Penulisan Masalah sewa-menyewa diatur dalam Buku III Bab VII Pasal 1547-1600 KUH Perdata. Ketentuan tersebut berlaku untuk segala macam sewa-menyewa, 17 Soejono, Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal 56.

mengenai semua jenis barang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik barang yang memakai jangka waktu tertentu maupun tidak memakai jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui keaslian penulisan skripsi ini, sebelum melakukan penulisan Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di dalam Perjanjian Sewa- Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN- Mdn), terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, serta hasil penelitian baik itu dari media elektronik yang ditelusuri tidak ada kesamaan dalam penulisan judul skripsi ini. Selain itu, Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 23 Desember 2014 menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama.sekalipun ada, hal tersebut di luar sepengetahuan penulis dan tetntu saja substansinya berbeda dengan substansi yang ada pada skripsi ini. Permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini merupakan hasil olah pikir sendiri. Maka dengan demikian keaslian penulisan ini dapat terjamin dan dapat dipertanggungjawabkan. G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan suatu skripsi harus terdapat keteraturan agar terciptanya karya ilmiah yang baik. Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka akan dibuat sistematika secara teratur daoam bagian-bagian yang berhubungan satu dengan yang lainnya.

Sistematika tersebut dibagi dalam beberapa bab yang saling berkesinambungan antara bab yang satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut : BAB I :PENDAHULUAN. Pada bab ini diuraikan latar belakang yaitu apa yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul tersebut, perumusan masalah yaitu hal yang menjadi permasalaham skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan yaitu maksud dari penulis dalam menulis skripsi ini, metode penelitian yaitu metode yang digunakan penulis dalam mengkaji permasalahan yang ada pada skripsi ini, dan keaslian penulisan yaitu bahwa skripsi tentang Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn) belum pernah dibahas sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. BAB II :TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Bab ini berisikan hukum perikatan pada umumnya, yang terdiri dari pengertian perikatan, sumber-sumber perikatan, sistem terbuka dalam hukum perikatan. Selain itu, pada bab ini juga dibahas pengaturan mengenai perjanjian yang terdiri dari syarat sahnya perjanjian, asas-asas dalam perjanjian, berakhirnya suatu perjanjian. BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN SEWA- MENYEWA. Bab ini berisikan tentang pengertian perjanjian sewa-menyewa yaitu membahas pengertian perjanjian sewa-menyewa dengan lebih luas, para pihak yang terkait di dalam perjanjian sewa-menyewa yaitu membahas pihak-pihak mana saja yang

terkait di dalam membuat suatu perjanjian dan bagaimana kewajiban yang harus dilakukan oleh para pihak, dan usnur-unsur perjanjian sewa-menyewa merupakan pembahasan mengenai hal-hal apa saja yang terkait di dalam membuat suatu perjanjian. BAB IV :ANALISIS TERHADAP BATAS WAKTU DI DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA RUMAH. Pada bab ini dilakukan studi kasus terhadap Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Penulis juga membuat suatu kasus posisi di dalam bab ini agar lebih mudah dalam menganalisis kasus tersebut. Sebagai kelanjutan bab sebelumnya, bab ini akan membahas perlindungan hukum bagi para pihak, akibat hukum jika di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah tidak disebutkan batas waktunya, pertimbangan hukum dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Pada bab ini juga disertai amar putusan serta tanggapan terhadap Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/PN-Mdn. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini merupakan akhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari ketiga pembahasan yang telah ada sebelumnya. Setelah mendapatkan kesimpulan dari pembahasan sebelumnya, maka penulis dapat menciptakan saran dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.