Muhammad Nur Jamaluddin [MNJ] Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pasundan Program Kekhususan Hukum Tata Negara G-mail:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

Silakan kunjungi My Website

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

BAB III KERANGKA TEORI. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perjanjian. C. Unsur-unsur Perjanjian. B. Dasar Hukum Perjanjian 26/03/2017

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

BAB I PENDAHULUAN. asal tidak melanggar ketentuan Undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

Buku I mengenai Hukum Perorangan (Persoonrecht), Buku ke II mengenai Hukum Kebendaan (Zakenrecht), Buku ke III mengenai Hukum Perikatan

REVIEW OF THE LAW AGAINST DEBT ABSORPTION BANKING CREDIT AGREEMENT YUYUK HERLINA / D

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN PENITIPAN BARANG. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar kata perjanjian,

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kepada kreditor (si berpiutang)). Berdasarkan Hukum Positif Indonesia,

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

Perjanjian yang terjadi antara pedagang klitikan dengan Kantor. pemakaian los Pasar Klitikan Niten juga dipandang menarik untuk diteliti,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB 2 PEMBAHASAN. Jual beli tanah..., Ni Wayan Nagining Sidianthi, FH UI, , halaman 17. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF. Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB II PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DAN PENGATURAN HUKUM DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. A. Pengertian Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN SEWA MENYEWA. Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ia kekurangan dana, maka salah satu alternatifnya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai undang-undang

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT MENURUT UU NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

Asas asas perjanjian

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

Pembebanan Jaminan Fidusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB II KARAKTERISTIK PINJAM PAKAI PADA PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK

PELAKSANAAN ASURANSI TERHADAP DEBITUR SECARA TANGGUNG RENTENG DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 1278 KUH PERDATA

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN UTANG PIUTANG

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN GADAI DAN PEGADAIAN. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN UTANG. Dalam Pasal 1233 KUHPerdata disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GADAI. mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.

pada Klinik Kesehatan Bersama di Jl.AR Hakim No.168 Medan. mengenai permasalahan yang telah dibahas penulis serta saran-saran atas

Transkripsi:

Muhammad Nur Jamaluddin [MNJ] Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pasundan Program Kekhususan Hukum Tata Negara G-mail: muhnurjamaluddin@gmail.com Phone Number: 081 223 956 738 Website: 1

TUGAS HUKUM PERIKATAN 1. Jelaskan kelemahan Pasal 1313 KUHPerdata menurut Subekti, R. Setiawan dan Sri Sudewi! Jawaban: Menurut Prof. Abdulkadir Muhammad dalam bukunya Berjudul Hukum Perikatan, beliau mengatakan Pasal 1313 KUHPerdata kurang memuaskan karena ada kelemahannya, yaitu: a. Hanya menyangkut sepihak saja. Dari rumusan ini diketahui satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih. Kata kerja mengikat sifatnya hanya dating dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu saling mengikat diri terlihat adanya consensus dari kedua belah pihak. b. Kata perbuatan mencakup tanpa consensus maksudnya dalam pengertian perbuatan termasuk tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa (zaakwaarneming) dan tindakan melawan hukum yang tidak mengandung adanya kesepakatan (consensus), seharusnya dipakai kata persetujuan saja. c. Pengertian perjanjian terlalu luas, dikatakan terlalu luas karena terdapat juga dalam lapangan hukum keluarga yang terdapat di dalam buku I seperti janji kawin, pelangsungan perkawinan. Sedangkan perjanjian yang dikehendaki oleh buku III KUHPer sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan bukan personal. d. Dalam rumusan pasal tersebut tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga para pihak mengikat dirinya tidak untuk apa. e. Atas dasar yang dikemukakan diatas menurut Abdulkadir Muhammad perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri untuk melakukan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Penjelasan: a. Menurut R. Sbekti dalam bukunya Hukum Perjanjian menjelaskan perjanjian merupakan suatu peristiwa bahwa seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. b. Menurut R. Setiawan dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Hukum Perikatan juga berpendapat bahwa definisi perjanjian dalam pasal 1313 KUHPer selain belum lengkap juga terlalu luas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka definisi perjanjian perlu diperbaiki menjadi: 1) Perbuatan tersebut harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum. 2

2) Menambahkan perkataan atau saling mengikatkan dirinya dalam pasal 1313 KUHPer. Menurut R. Setiawan, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. c. Menurut Sri Soedewi Sofwan Masjchoen perjanjian merupakan perbuatan hukum dimana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seorang lain atau lebih. Menurut BUKU III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dalam Pasal 1313 dikatakan perjanjian sebagai suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Dalam hal ini, sebuah perjanjian menjadi sumber dari terjadinya perikatan tersebut. Perikatan yang lahir karena perjanjian mempunyai akibat hukum yang memang dikehendaki oleh para pihak, karena memang perjanjian didasarkan atas kesepakatan para pihak. Sedangkan perikatan yang lahir dikehendaki oleh para pihak, tetapi hubungan hukum dan akibat hukumnya ditentukan oleh undangundang. d. Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya hukum perdata tentang persetujuan tertentu menjelaskan pengertian perjanjian yaitu persetujuan sebagai suatu penghubung hukum mengenai harta benda kekayaan antara 2 (dua) pihak dalam suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji tersebut. e. Menurut Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja dalam Bukunya Perikatan yang lahir dari perjanjian menjelaskan perjanjian mengakibatkan dirinya terhadap orang lain yang berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu orang/ pihak kepada orang/ pihak lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu terdapat dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib melakukan prestasi (debitur) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditur). f. Menurut Sudikno Mertokusumo perjanjian merupakan hubungan hukum antara 2 (dua) pihak atau lebih berdasar kata sepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum. 3

2. Objek prestasi diatur dalam Pasal 1234 KUHPerdata, jelaskan: Jawaban a. Tindakan memberikan sesuatu, misalnya penyerahan hak milik dalam jual beli, sewa menyewa, gadai dan lain-lain. b. Melakukan suatu perbuatan, misalnya membiayai dan mebelikan dan melaksanakan pekerjaan tertentu. c. Tidak berbuat sesuatu, misalnya tidak akan membangun suatu bangunan pada suatu bidang tanah tertentu. 3. Schuld dan haftung, jelaskan dan hubungkan dengan Pasal 1131 KUHPerdata! Jawaban: Pada setiap perikatan selalu terdapat 2 (dua) pihak yaitu Kreditor sebagai pihak yang berhak atas suatu prestasi dan Debitur sebagai pihak yang wajib berprestasi. Pada terdapat 2 (dua) unsur yakni schuld dan haftung. Schuld merupakan kewajiban Debitur untuk melakukan sesuatu terhadap Kreditur, sedangkan haftung merupakan kewajiban Debitur mempertanggungjawabkan harta kekayaan Debitur sebagai pelunasan schuld. Dalam hal perjanjian hutang piutang, schuld merupakan utang Debitur kepada Kreditur. Setiap Debitur memiliki kewajiban untuk menyerahkan prestasi kepada Kreditur, oleh karena itu Debitur mempunyai kewajiban untuk membayar pelunasan hutang. Kemudian, haftung merupakan harta kekayaan Debitur yang dipertanggung jawab sebagi pelunasan hutang tersebut. Debitur tersebut berkewajiban untuk membiarkan Kreditur untuk mengambil harta kekayaannya sebanyak hutang yang dimiliki oleh Debitur untuk pelunasan hutang tersebut apabila Debitur tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar pelunasan hutang tersebut. Setiap Kreditur yang memiliki piutang kepada Debitur memiliki hak menagih atas pembayaran pelunasan piutang tersebut jika Debitur tidak memenuhi prestasinya untuk pelunasan pembayar hutangnya. Di dalam Hukum Perdata, disamping memiliki hak menagih (vorderingerecht), Kreditur memiliki hk menagih kekayaan Debitur sebasar piutang yang miliki oleh Debitur tersebut (verhaalarecht). Berdasarkan Pasal 1131 KUHPerdata yang mengatur bahwa Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa pasal tersebut mengandung asas bahwa kekayaan Debitur dipertanggung jawabkan sebagai 4

penulasan hutangnya kepada Kreditur. Namun, terdapat penyimpangan antara schuld dan haftung, yakni: a. Schuld tanpa Haftung Hal ini dapat dijumpai dalam perikatan alam (natuurlijke verbentenis). Dalam perikatan alam sekalipun Debitur memiliki hutang (schuld) kepada Kreditur, namun jika Debitur tidak melaksanakan prestasinya, Kreditur tidak dapat menuntu pemenuhannya. Contohnya dapat ditemukan dalam hutang yang timbul karena perjudian. Sebaliknya jika Debitur memenuhi prestasi, Debitur tidak dapat menuntut pengembalian apa yang telah dibayarkan. b. Schuld dengan Haftung terbatas Dalam hal ini Debitor tidak bertanggung jawab dengan seluruh harta kekayaannya, akan tetapi terbatas sampai dengan jumlah tertentu atau atas barang tertentu. Contoh: ahli waris yang menerima warisan dengan hak pendaftaran berkewajiban untuk membayar schuld daripada pewaris samapai schuld jumlah harta kekayaan pewaris yang diterima oleh ahli waris tersebut. c. Haftung dengan Schuld pada pihak lain Jika pihak III menyerahkan barangnya untuk dipergunakan sebagai jaminan oleh Debitor kepada Kreditur maka walupun dalam hal ini pihak III tidak memiliki hutang kepada Kreditor akan tetapi pihak III tersebut bertanggung jawab atas hutang Debitur dengan barang yang dipakai sebagia jaminan. Hal ini dapat dikatakan sebagi bourtogh (pertanggungan). Contoh: A mengadakan perjanjian hutang piutang dengan B akan tetapi C bersedia menjaminkan barang yang dimilikinya untuk pelunasan hutang yang dimiliki oleh A terhadap B walaupun C tidak memiliki hutang terhadap B. Bandung, 26 September 2018 Penulis, 5