Muhammad Nur Jamaluddin [MNJ] Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pasundan Program Kekhususan Hukum Tata Negara G-mail: muhnurjamaluddin@gmail.com Phone Number: 081 223 956 738 Website: 1
TUGAS HUKUM PERIKATAN 1. Jelaskan kelemahan Pasal 1313 KUHPerdata menurut Subekti, R. Setiawan dan Sri Sudewi! Jawaban: Menurut Prof. Abdulkadir Muhammad dalam bukunya Berjudul Hukum Perikatan, beliau mengatakan Pasal 1313 KUHPerdata kurang memuaskan karena ada kelemahannya, yaitu: a. Hanya menyangkut sepihak saja. Dari rumusan ini diketahui satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih. Kata kerja mengikat sifatnya hanya dating dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu saling mengikat diri terlihat adanya consensus dari kedua belah pihak. b. Kata perbuatan mencakup tanpa consensus maksudnya dalam pengertian perbuatan termasuk tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa (zaakwaarneming) dan tindakan melawan hukum yang tidak mengandung adanya kesepakatan (consensus), seharusnya dipakai kata persetujuan saja. c. Pengertian perjanjian terlalu luas, dikatakan terlalu luas karena terdapat juga dalam lapangan hukum keluarga yang terdapat di dalam buku I seperti janji kawin, pelangsungan perkawinan. Sedangkan perjanjian yang dikehendaki oleh buku III KUHPer sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan bukan personal. d. Dalam rumusan pasal tersebut tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga para pihak mengikat dirinya tidak untuk apa. e. Atas dasar yang dikemukakan diatas menurut Abdulkadir Muhammad perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri untuk melakukan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Penjelasan: a. Menurut R. Sbekti dalam bukunya Hukum Perjanjian menjelaskan perjanjian merupakan suatu peristiwa bahwa seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. b. Menurut R. Setiawan dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Hukum Perikatan juga berpendapat bahwa definisi perjanjian dalam pasal 1313 KUHPer selain belum lengkap juga terlalu luas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka definisi perjanjian perlu diperbaiki menjadi: 1) Perbuatan tersebut harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum. 2
2) Menambahkan perkataan atau saling mengikatkan dirinya dalam pasal 1313 KUHPer. Menurut R. Setiawan, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. c. Menurut Sri Soedewi Sofwan Masjchoen perjanjian merupakan perbuatan hukum dimana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seorang lain atau lebih. Menurut BUKU III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dalam Pasal 1313 dikatakan perjanjian sebagai suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Dalam hal ini, sebuah perjanjian menjadi sumber dari terjadinya perikatan tersebut. Perikatan yang lahir karena perjanjian mempunyai akibat hukum yang memang dikehendaki oleh para pihak, karena memang perjanjian didasarkan atas kesepakatan para pihak. Sedangkan perikatan yang lahir dikehendaki oleh para pihak, tetapi hubungan hukum dan akibat hukumnya ditentukan oleh undangundang. d. Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya hukum perdata tentang persetujuan tertentu menjelaskan pengertian perjanjian yaitu persetujuan sebagai suatu penghubung hukum mengenai harta benda kekayaan antara 2 (dua) pihak dalam suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji tersebut. e. Menurut Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja dalam Bukunya Perikatan yang lahir dari perjanjian menjelaskan perjanjian mengakibatkan dirinya terhadap orang lain yang berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu orang/ pihak kepada orang/ pihak lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu terdapat dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib melakukan prestasi (debitur) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditur). f. Menurut Sudikno Mertokusumo perjanjian merupakan hubungan hukum antara 2 (dua) pihak atau lebih berdasar kata sepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum. 3
2. Objek prestasi diatur dalam Pasal 1234 KUHPerdata, jelaskan: Jawaban a. Tindakan memberikan sesuatu, misalnya penyerahan hak milik dalam jual beli, sewa menyewa, gadai dan lain-lain. b. Melakukan suatu perbuatan, misalnya membiayai dan mebelikan dan melaksanakan pekerjaan tertentu. c. Tidak berbuat sesuatu, misalnya tidak akan membangun suatu bangunan pada suatu bidang tanah tertentu. 3. Schuld dan haftung, jelaskan dan hubungkan dengan Pasal 1131 KUHPerdata! Jawaban: Pada setiap perikatan selalu terdapat 2 (dua) pihak yaitu Kreditor sebagai pihak yang berhak atas suatu prestasi dan Debitur sebagai pihak yang wajib berprestasi. Pada terdapat 2 (dua) unsur yakni schuld dan haftung. Schuld merupakan kewajiban Debitur untuk melakukan sesuatu terhadap Kreditur, sedangkan haftung merupakan kewajiban Debitur mempertanggungjawabkan harta kekayaan Debitur sebagai pelunasan schuld. Dalam hal perjanjian hutang piutang, schuld merupakan utang Debitur kepada Kreditur. Setiap Debitur memiliki kewajiban untuk menyerahkan prestasi kepada Kreditur, oleh karena itu Debitur mempunyai kewajiban untuk membayar pelunasan hutang. Kemudian, haftung merupakan harta kekayaan Debitur yang dipertanggung jawab sebagi pelunasan hutang tersebut. Debitur tersebut berkewajiban untuk membiarkan Kreditur untuk mengambil harta kekayaannya sebanyak hutang yang dimiliki oleh Debitur untuk pelunasan hutang tersebut apabila Debitur tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar pelunasan hutang tersebut. Setiap Kreditur yang memiliki piutang kepada Debitur memiliki hak menagih atas pembayaran pelunasan piutang tersebut jika Debitur tidak memenuhi prestasinya untuk pelunasan pembayar hutangnya. Di dalam Hukum Perdata, disamping memiliki hak menagih (vorderingerecht), Kreditur memiliki hk menagih kekayaan Debitur sebasar piutang yang miliki oleh Debitur tersebut (verhaalarecht). Berdasarkan Pasal 1131 KUHPerdata yang mengatur bahwa Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa pasal tersebut mengandung asas bahwa kekayaan Debitur dipertanggung jawabkan sebagai 4
penulasan hutangnya kepada Kreditur. Namun, terdapat penyimpangan antara schuld dan haftung, yakni: a. Schuld tanpa Haftung Hal ini dapat dijumpai dalam perikatan alam (natuurlijke verbentenis). Dalam perikatan alam sekalipun Debitur memiliki hutang (schuld) kepada Kreditur, namun jika Debitur tidak melaksanakan prestasinya, Kreditur tidak dapat menuntu pemenuhannya. Contohnya dapat ditemukan dalam hutang yang timbul karena perjudian. Sebaliknya jika Debitur memenuhi prestasi, Debitur tidak dapat menuntut pengembalian apa yang telah dibayarkan. b. Schuld dengan Haftung terbatas Dalam hal ini Debitor tidak bertanggung jawab dengan seluruh harta kekayaannya, akan tetapi terbatas sampai dengan jumlah tertentu atau atas barang tertentu. Contoh: ahli waris yang menerima warisan dengan hak pendaftaran berkewajiban untuk membayar schuld daripada pewaris samapai schuld jumlah harta kekayaan pewaris yang diterima oleh ahli waris tersebut. c. Haftung dengan Schuld pada pihak lain Jika pihak III menyerahkan barangnya untuk dipergunakan sebagai jaminan oleh Debitor kepada Kreditur maka walupun dalam hal ini pihak III tidak memiliki hutang kepada Kreditor akan tetapi pihak III tersebut bertanggung jawab atas hutang Debitur dengan barang yang dipakai sebagia jaminan. Hal ini dapat dikatakan sebagi bourtogh (pertanggungan). Contoh: A mengadakan perjanjian hutang piutang dengan B akan tetapi C bersedia menjaminkan barang yang dimilikinya untuk pelunasan hutang yang dimiliki oleh A terhadap B walaupun C tidak memiliki hutang terhadap B. Bandung, 26 September 2018 Penulis, 5