19 November 2018 Bapak Krisada mengklarifikasi kemerosotan harga karet, memperjuangkan langkah-langkah perbaikan untuk menaikkan harga.

dokumen-dokumen yang mirip
VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I. PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN PRODUK KARET HILIR JAKARTA, 11 MEI 2015

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

Riskayanto. Lembaga Pengembangan Akunlansi & manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan dipermukaan bumi memiliki ciri fisik yang berbedabeda

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Pe n g e m b a n g a n

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha percepatan pembangunan ekonomi, industrialisasi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

1.1 Latar Belakang Masalah

Karet mempakan salah satu komoditi non migas yang mempunyai peranan. penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan penting itu antara lain sebagai

PERNYATAAN ORISINALITAS...

Transkripsi:

Unofficial Translation 19 November 2018 Bapak Krisada mengklarifikasi kemerosotan harga karet, memperjuangkan langkah-langkah perbaikan untuk menaikkan harga. Mr. Krisada Boonrach, Menteri Pertanian dan Koperasi telah mengumumkan melalui 'Surat Kabar Thansettakij mengenai kemerosotan harga karet yang diakibatkan oleh kelebihan pasokan, beliau sudah langsung menugaskan instansi terkait untuk menyebarluaskan kesadaran dan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi sebenarnya turunnya harga karet di Thailand setelah paket subsidi pemerintah yang mendorong para petani untuk membudidayakan perkebunan karet nmeningkat lebih dari jutaan rai sejak tahun 2004 tanpa adanya pemetaan rencana produksi pertanian yang tepat sesuai dengan permintaan pasar di daerah-daerah yang ditanami tersebut membuka jalan bagi Thailand untuk menjadi produsen karet terbesar dunia dalam hal kuantitas dan menjadi salah satu eksportir karet terkemuka di dunia Namun, harga karet di Thailand dan harga karet global terus merosot dan menimbulkan kesulitan bagi petani karet yang menderita akibat pendapatan yanng tidak mencukupi. Oleh karena itu para petani karet meminta pemerintah untuk memperhatikan nasib mereka dan memberi mereka bantuan subsidi seperti yang sering terjadi di masa lalu ketika komoditas karet mengalami kemerosotan harga. Meskipun demikian, Kementerian Pertanian dan Koperasi telah melakukan studi kelayakan mengenai krisis harga karet dan langkah-langkah perbaikan berdasarkan analisis realistis dan pengumpulan data faktual lapangan secara nasional dan juga informasi yang diperoleh dari International Rubber Study Group (IRSG) dan lembaga antar pemerintah serta lembaga penelitian dan pengembangan terkemuka. Kami dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Thailand memiliki wilayah penyadapan karet terbesar di antara negara-negara produsen karet lainya yaitu Indonesia, Malaysia, Cina,

Vietnam dan India. Thailand memiliki akumulasi total area penyadapan karet senilai lebih dari 20,32 juta rai pada 2017 yang mendorong Thailand menjadi penghasil karet terbesar di dunia dengan 4,5 juta ton dibandingkan dengan karet alam yang diproduksi oleh 6 negara pengekspor karet terkemuka lainnya. Thailand adalah penghasil dan pengekspor karet terbesar dunia, meghasilkan 4.5 million ton per tahun dan 37% produksi global. 2. Saat ini, harga karet mengalami penurunan terutama Standard Thai Rubber yang tercatat pada 2008-2017 mengalami penyusutan ratarata 4,12% sedangkan kelas Smoked Rubber Sheet 3 yang tercatat pada 2008-2017 mengalami penyusutan rata-rata 2,86%. 3. Biaya menghasilkan lembar karet metah di Thailand yang tercatat pada tahun 2007-2016 telah mengalami pertumbuhan yang stabil dari tahun ke tahun tanpa ada tanda-tanda penurunan harga. Saat ini, biaya produksi naik hingga 6,94%. 4. Sementara itu, Thailand malah menghadapi peningkatan biaya produksi yang mendorong petani karet menerima harga lebih rendah. Biaya produksi untuk lembaran karet mentah Thailand yang pada tahun 2007-2016 tercatat sebesar 6,49% sedangkan harga ratarata petani karet menjual karet mereka pada tahun 2007-2016 hanya senilai 3,76% yang mengakibatkan defisit atau kerugian, tidak seperti tahun 2014-2016 biaya lembaran karet mentah lebih tinggi dari harga karet yang ditentukan oleh petani. 5. Situasi harga karet dibandingkan dengan total hasil nasional yang tercatat sejak tahun 1997 hingga sekarang, menunjukkan bahwa jumlah hasil rata-rata dalam negeri yang tercatat cenderung melonjak stabil dari tahun ke tahun karena saat ini hasil yang tercatat mencapai 4,50 juta ton lebih tinggi dari beberapa tahun sebelumnya. Sementara itu, harga karet global terus turun kontras dengan meningkatnya jumlah karet yang tercatat selama tahun 2014-

2018. Selain itu, harga minyak mentah global terus menurun memicu naiknya permintaan untuk karet sintetis daripada karet,menjadi semakin parah oleh sengketa perdagangan yang muncul (Perang Dagang) antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina dan negara-negara mitra lainnya yang melakukan bisnis dengan AS. Faktor-faktor negatif tersebut telah mengaung sampai ke Thailand karena pengiriman ekspor karet ke Cina dan negara-negara dagang utama menurun, berdampak negatif terhadap harga karet domestik supaya jatuh. Bapak Krisada menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk mengatasi kemerosotan harga karet dan menciptakan harga karet yang berkelanjutan tanpa merusak disiplin keuangan, kita tidak boleh hanya bergantung pada ekspor karet karena harga karet global sedang menghadapi tren penurunan sementara sebagian besar pedagang karet berjangka yang aktif cenderung menempatkan keberuntungan mereka dengan mengacu pada perdagangan berjangka bahkan ketika mereka berdagang di pasar domestik. Di sisi lain, kita seharusnya menstimulasi konsumsi karet domestik secara paralel dengan pasokan karet untuk mencapai stabilisasi harga karet di pasar karet Thailand. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian telah menggarisbawahi langkah-langkah perbaikan mendesak untuk Komite Karet dan Komite Karet Alam untuk dipertimbangkan dalam rangka meringankan kesulitan petani karet sebagai berikut : 1. Mengenalkan pekerjaan alternatif untuk setiap individu rumah tangga petani karet untuk meningkatkan pendapatan mereka selama kemerosotan harga karet. 2. Menurunkan produksi karet dengan mendorong petani karet untuk memafaatkan pohon karet mereka yang berusia lebih dari 25 atau 15 tahun yang hasil lateks sudah sedikit ke dalam produk

furnitur yang mana juga akan memperoleh hak pengurangan pajak atau membuka lahan tanaman untuk mendapatkan penghasilan tambahan di sekitar areal perkebunan karet. 3. Memberdayaka petani karet untuk mendaftar dalam skema yang diprakarsai pemerintah liburan istirahat menyadap karet yang berlangsung selama 1-2 bulan yang akan segera menurunkan kuantitas karet sebesar 5 juta ton per bulan untuk menopang harga karet jangka pendek di pasar berjangka dimana sering dijalankan praktik spekulasi harga. Jika diterapkan dengan sukses, harga karet pasti akan sangat dihargai. Jika lebih dari 80% petani karet di seluruh negeri setuju dengan ide yang diusulkan dan langkah Kementerian Pertanian dan Koperasi akan menginstruksikan Otoritas Karet Thailand untuk menangani skema tersebut. 4. Menjalin kerjasama dengan perusahaan pengolahan karet swasta atau industri otomotif yang memproduksi ban kendaraan dengan meluncurkan kampanye nasional keselamatan jalan yang menawarkan pengendara dengan harga ban diskon sementara pembeli bisa mengklaim pajak penghasilan pribadi dari pemerintah. Sementara itu, jika produsen karet tertarik untuk berpartisipasi dalam kampanye keselamatan jalan pemerintah, mereka juga berhak medapatkan pengurangan pajak penghasilan perusahaan jika mereka dapat menunjukkan bukti penerimaan bahwa mereka membeli karet langsung dari Otoritas Karet Thailand atau Lembaga Karet yang disertifikasi oleh Otoritas Karet Thailand. Perusahaan pengolahan karet asing juga diundang untuk investasi langsung di pabrik pengolahan karet di kawasan industri di mana mereka dapat menikmati insentif pajak yang ditawarkan oleh Kantor Dewan Investasi.

5. Meningkatkan konsumsi karet lokal dengan mendorong lembaga lembaga negara untuk memanfaatkan penggunaan semua bentuk karet ke dalam produk konsumen sebelum memperluas ke industri-industri karet lainnya. Untuk memberikan kejelasaa kepada masyarakat umum dan petani karet, Menteri Pertanian dan Koperasi telah menugaskan instansi terkait yang berlokasi di ibukota dan provinsi serta Inspektur Jenderal Menteri untuk mendidik masyarakat umum secara nyata melalui saluran komunikasi yang aktif. Penekanan difokuskan untuk menginformasikan kepada publik bahwa langkah-langkah mendesak tersebut dirancang khusus untuk mengurangi kesulitan petani saja.