BAB I PENDAHULUAN UKDW. derajat kesehatan masyarakat. Pentingnya penurunan angka kematian maternal

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

Unnes Journal of Public Health

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

Hubungan Pengetahuann dan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

Oleh: Ismail dan Sisca Febryani Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Wiralodra Indramayu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Angka kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan masyarakat. Pentingnya penurunan angka kematian maternal juga menjadi salah satu area prioritas dari program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga (Permenkes No. 39 Tahun 2016). Menurut data SUPAS (Survey Penduduk Antar Sensus) angka kematian maternal pada tahun 2015 adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini tentunya masih jauh dari target global MDGs (Millenium Development Goals) ke 5 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015. Masih tingginya angka kematian maternal disebabkan antara lain oleh kualitas pelayanan kesehatan yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya seperti status kesehatan, akses terhadap pelayanan kesehatan, perilaku terhadap pelayanan kesehatan dan status reproduksi yang meliputi umur dan paritas. Paritas adalah jumlah persalinan, yang pernah dialami ibu tanpa mengingat jumlah anaknya di mana kehamilan kembar akan dinyatakan sebagai satu paritas (Oxorn, 2010). Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kesehatan reproduksi hal ini berkaitan dengan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi beberapa keadaan yang dapat menjadi penyulit dalam kehamilan. Rata-rata jumlah 1

2 anak yang pernah dilahirkan/paritas (CEB/ Children Ever Born) didefinisikan sebagai rata-rata jumlah kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Berdasarkan data badan pusat statistik CEB di Indonesia pada wanita usia 45-49 tahun sebesar 4,899 artinya rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita usia 45-49 tahun adalah 4-5 anak(badan Pusat Statistik 2016). Salah satu strategi untuk menurunkan angka kematian maternal khususnya padaibu dengan kondisi 4T; Terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, Terlalu dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas 35 tahun) adalah melalui program Keluarga Berencana (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Program Keluarga Berencana (KB) menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014, adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pada tahun 2015 terdapat 61,6 persen wanita berstatus kawin/hidup bersamausia 15-49 tahun yang menggunakan alat/cara KB. Angka ini tentunya masih jauh dari target Rencana Pembangun Jangka Panjang (RPJP) tahun 2015-2019 yaitu 66,0 persen (Survei Penduduk Antar Sensus, 2015). Salah satu strategi pelaksanaan program pembangunan kependudukan dan keluarga berencana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015-2019 adalah meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Berdasarkan lama efektivitasnya kontrasepsi dibagi

3 menjadi dua yaitu MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dannon MKJP. Yang termasuk dalam MKJP adalah Implan/susuk, IUD (Intra Uterine Device), MOP (metode operasi pria) dan MOW (metode operasi wanita). Sedangkan yang termasuk jenis Non MKJP adalah kondom, pil, suntik, dan metode lain yang tidak termasuk dalam MKJP. Jika dilihat dari Couple Years Protection (CYP) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang berkisar 3-5 tahun memberi peluang untuk kelangsungan yang tinggi, namun pengguna metode ini jumlahnya kurang banyak jika dibandingkan pemakaian kontrasepsi non-mkjp. Padahal, jika dilihat CYP dari non-mkjp yang berkisar 1-3 bulan memberi peluang besar untuk putus penggunaan kontrasepsi. Menurunnya jumlah anak yang dilahirkan akan memberikan kesempatan yang lebih baik kepada ibu-ibu untuk membina pertumbuhan dan perkembangan anakanak. Lebih besarnya kesempatan membina anak bagi para ibu tersebut dapat diharapkan meningkatkan kesiapan anak-anak dalam menghadapi proses pendewasaan. Yang selanjutnya dapat diharapkan akan meningkatkan kualitas penduduk dan mendukung usaha pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan uraian di atas peneliti hendak mendalami hubungan antara paritas pada wanita usia subur dengan pemilihan alat kontrasepsi melalui analisis menggunakan data IFLS 5 yang merupakan survei longitudinal yang berskala nasional berkesinambungan sejak tahun 1993 mengenai kondisi sosial-ekonomi dan kesehatan di Indonesia, baik pada tingkat komunitas maupun rumah tangga.

4 1.2 Masalah Penelitian Berdasarkan uraian pada latarbelakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu sebagai berikut : Apakah ada hubungan paritas pada wanita usia subur dengan pemilihan metode kontrasepsi?. 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan paritas pada wanita usia subur dengan pemilihan metode kontrasepsi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Institusi pendidikan Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan studi kepustakaan mengenai hubungan paritas pada wanita usia subur dengan pemilihan metode kontrasepsi. 1.4.2 Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam penyediaan layanan kontrasepsi bagi akseptor KB 1.4.3 Bagi Masyarakat Melalui penelitian ini, diharapkan nantinya masyarakat akan lebih bijak dalam melakukan pemilihan alat kontrasepsi yang disesuaikan dengan kebutuhannya dari segi paritas

5 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No Judul Nama Metode Subjek Hasil 1 Hubungan Paritas Pada Linda Meliati Survey Analitik Jumlah populasi Dari hasil analisis uji statistik PUS dengan Pemilihan (2014) dengan pendekatan yang digunakan dengan menggunakan Chi Metode Kontrasepsi Di Cross Sectional sebanyak 9.933 square terdapat adanya Puskesmas Ampenan orang dan Sampel digunakan sebanyak hubungan antara paritas pada pasangan usia subur (PUS) 385 orang dengan pemilihan metode kontrasepsi di puskesmas Ampenan tahun 2014 2 Beberapa Faktor yang Djauharoh A. Observasional Subyek sejumlah Hasil penelitian menunjukkan Berhubungan dengan Hadie, dkk Analitik dengan 100 orang akseptor 63% responden berumur lebih Penggunaan Metode (2015) desain Cross MKJP dan Non dari 30 tahun, 54% Kontrasepsi Jangka Sectional MKJP, dipilih secara berpendidikan Dasar, 65% Panjang (Studi pada purposif bekerja sebagai ibu rumah Akseptor KB di Kabupaten tangga, 52% berpenghasilan Sidoarjo Provinsi Jawa kurang dari UMR, 79% Timur) memiliki paritas rendah (<3), dan 81% umur anak terkecil 3 tahun. Analisis bivariat didapatkan ada hubungan pengetahuan (p=0,0001), sikap akseptor terhadap MKJP (p=0,001), sikap akseptor terhadap akses pelayanan KB

6 3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Semarang Maya Angio, (2011) Cobalt dkk Penelitisn ini bersifat analitik dengan desain Cross Sectional Sampel penelitian diambil teknik sampling 98 orang dalam ini dengan purposive sebanyak dengan penggunaan MKJP (p=0,019). Sikap petugas dalam pelayanan KB (p=0,715) tidak berhubungan dengan penggunaan MKJP. Variabel yang bersamasama berhubungan dengan penggunaan MKJP adalah pengetahuan, sikap akseptor terhadap MKJP, dan akses pelayanan KB. Faktor yang berhubungan paling kuat dengan penggunaan MKJP adalah pengetahuan akseptor tentang MKJP. Analisis statistik dilakukan dengan uji spearman rho dengan hasil terdapat lima variabel yang mempunyai asosiasi yang bermakna antara umur (p=0,030), tingkat pengetahuan (p=0,006), tingkat penghasilan (p=0,010), jumlah anak (p=0,000), budaya (p=0,001) dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Sedangkan faktor tingkat pendidikan (p=0,622) sehingga

7 4 Hubungan Paritas dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Ngares Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto 5 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Akseptor KB Wanita di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Fitria Ramadini (2014) Laras Tsany Nur Mahmudah, dan Fitri Indrawati (2015) Penelitian ini merupakan penelitian analitik, yang bersifat Cross Sectional Jenis penelitian ini yaitu Explainatory research dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua peserta KB aktif sebanyak 589 responden. Teknik pengambilansampel dengan teknik probability sampling tipe cluster sampling. Populasi penelitian adalah seluruh akseptor KB wanita pengguna kontrasepsi di kecamatan Banyubiru tidak mempunyai hubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal. Hasilpenelitian menggunakan teknik uji chi square dengan tabel pada derajatkemaknaan yang ditetapkan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (k- 1)(b-1) = (2-1)(3-1) = 4adalah Xt = 5,99. Ketentuan yang ditetapkan adalah X2hitung > Xt2 maka H1 (Hipotesa satu)diterima. Karena X2hitung = 18,46 > 5,99, maka H1 diterima yang artinya ada hubunganantara paritas Ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi jangka panjang di Desa Ngares Kidulkecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto Hasil penelitian yaitu variabel yang berhubungan dengan pemilihan MKJP adalah tingkat pendidikan (sig=0,015), pengetahuan (sig=0,001), dukungan suami (sig=0,002),budaya (sig=0,004), tingkat

8 MKJP kesejahteraan (sig=0,034), Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) KB (sig=0,018), sedangkan umur (sig=0,127) dan paritas/jumlah anak (sig=0,529) tidak ada hubungan dengan pemilihan