PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN

PENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KETIGA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL. Tabel 2 Pengaruh media terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran pada sebelas aksesi jarak pagar

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KEDUA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE

Kajian Model Okulasi di Pembibitan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.)

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PANJANG DAN LINGKAR STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN BUAH NAGA

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

III.METODE PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan Yij : µ + τi + pj + εij ; i : 1,2,3.,8 ; j : 1,2,3

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

INOVASI TEKNOLOGI JARAK PAGAR MENDUKUNG PROGRAM DESA MANDIRI ENERGI

APLIKASI PUPUK N,P,K DAN MINERAL ZEOLIT PADA MEDIUM TUMBUH TANAMAN ROSELLA (Hibisccus sabdariffa, L) By Oki Riandi, Armaini and Edison Anom

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

TATA CARA PENELITIAN

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

GENOTIPE UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PENGARUH BERBAGAI JENIS PUPUK ORGANIK PADA PANJANG STEK YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BUAH NAGA ( Hylocereus costaricensis)

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Muji Mulyo, Desa Muara Putih, Kecamatan

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Keragaman Pertumbuhan dan Hasil Populasi Tanaman Jarak Pagar IP-3A

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

A. Waktu dan tempat penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Metode Penelitian

Mataram, Desember Penulis, Bambang Budi Santoso I Gusti Made Arya Parwata

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

III. BAHAN DAN METODE

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE Lokasi dan Waktu Materi Penelitian Alat Perlakuan

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH PERENDAMAN BENIH DALAM AIR PANAS TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN BIBIT LAMTORO (Leucaena leucocephala)

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR. Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya

Skrining Provenan Jarak Pagar Terpilih di Beberapa Agroekosistem

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

LAMPIRAN A. Layout Penelitian Blok 1 Blok 2 Blok 3 (P0.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P2.Z2) (P1.Z1) (P0.Z1) (P1.Z1) (P0.Z0)

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

Eko Widaryanto. Faklutas Pertanian Univ. Brawijaya Malang ABSTRAK

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Transkripsi:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 123

TEKNOLOGI PENYAMBUNGAN PADA JARAK PAGAR SEBAGAI TANAMAN BAHAN BAKAR NABATI Lestari, Abi Dwi Hastono, dan Jumali Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat ABSTRAK Penelitian dilakukan di KP. Muktiharjo, Pati mulai bulan Januari 2010 hingga Juni 2010.Percobaan disusun dengan rancangan acak kelompok dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 tanaman. Parameter pengamatan meliputi persentase jadi, tinggi hasil sambungan, lebar kanopi, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah tros dan jumlah buah. Hasil penelitian yang didapatkan adalah sambungan entres yang dianjurkan untuk dipakai dalam penyambungan adalah entres dari IP3M dengan panjang 10 cm, karena akan membentuk lebar kanopi terlebar yaitu: 115,33 cm dan yang tersempit kanopinya pada perlakuan entres IP 3A dengan panjang entres 5 cm yaitu 93,00 cm. Lebar kanopi, jumlah cabang, jumlah tros dan jumlah buah terbanyak ada pada perlakuan penyambungan entres dengan ukuran sepanjang 10 cm yaitu pada IP 3M berturut-turut: 115.33 cm, 8.00 cabang, 5.33 tros dan 46.67 buah/pohon. Dengan teknologi penyambungan yang berasal dari sumber entres IP 3M dengan panjang 10 cm akan segera mendapatkan hasil sebesar 46.67 buah/pohon sehingga dari hasil panen yang berupa biji jarak akan bisa diproses menjadi bahan bakar nabati (biofuel) untuk menggantikan keterbatasan cadangan minyak bumi yang akhirnya krisis energi dapat tertanggulangi. Kata kunci: jarak pagar, teknik penyambungan, bahan bakar nabati PENDAHULUAN Tanaman jarak pagar ( Jatropha curcas L.) berasal dari Amerika bagian tropis (Heyne, 1987) dan banyak ditanam di Indonesia sebagai pembatas lahan/pekarangan, sehingga disebut sebagai jarak pagar. Biji jarak pagar mengandung minyak yang dapat diproses menjadi bahan bakar nabati (biofuel). Keterbatasan cadangan minyak bumi mendorong upaya pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak dengan substitusi dari bahan bakar nabati seperti dari minyak jarak pagar. Penanaman jarak pagar secara besar-besaran dimulai tahun 2005-2006. Budidaya tanaman ini belum diperoleh dan didukung oleh data-data hasil penelitian/pengujian, sehingga penanaman yang telah dilakukan hanya berdasarkan informasi dari negara lain atau berdasarkan pengalaman pada komoditas lain. Bahan tanaman yang digunakan di berbagai wilayah pengembangan masih menggunakan benih asalan yang tidak berasal dari pohon induk berkualitas. Oleh karena itu walaupun tanaman dapat tumbuh, tidak dijamin dapat berproduksi dengan baik. Jika tanaman yang telah ditanam dari benih asalan akan dibongkar dan diganti dengan benih varietas unggul membutuhkan biaya yang besar dan salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah dengan cara penyambungan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh hasil penyambungan optimal, antara lain : Tanaman yang akan disambung minimal sudah berumur 8 bulan dan sehat, batang atas dari varietas lain yang 124 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

sehat dan rajin berbunga, kedua varietas tersebut harus memiliki kecepatan pertumbuhan yang sama agar tidak terjadi pembengkakan pada sambungan, harus ada kecocokan batang atas dengan batang bawah (kesesuaian diameter batang atas dan bawah agar sambungan yang dihasilkan rapi dan baik), gunakan pisau yang steril untuk memotong batang yang akan disambung supaya tidak membusuk, kelembaban yang tinggi menyebabkan tingkat keberhasilan yang sangat rendah (Newsroom, 2006). Pada tahun 2006 Puslitbang Perkebunan, telah menghasilkan benih unggul terseleksi yaitu IP-1A, IP-1M, dan IP-1P ( Suryana, 2008). Jika tanaman yang telah ditanam selama tahun 2005 dengan benih asalan dibongkar dan diganti dengan benih IP-1, akan membutuhkan biaya yang besar, maka salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah peremajaan tanaman dengan cara penyambungan dengan bahan tanaman unggul untuk perbaikan produktivitas. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa teknik penyambungan jarak pagar dapat mencapai keberhasilan sebesar > 90% ( Lestari dan Hariyono, 2008).Sambung atas pada IP-1M menghasilkan 48 buah/pohon lebih besar dari hasil diskripsinya sebesar 38 buah dan dari sambung samping 23 buah dibawah hasil diskripsinya (Hasnam, 2006) Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Kegiatan ini dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2010, bertempat di KP. Muktiharjo, Pati. Penyambungan entres dilakukan pada bulan Februari 2010 dilakukan pada tanaman yang telah ada di masing-masing kebun yang berumur sekitar 3 tahun Bahan dan Alat Bahan yang digunakan antara lain pupuk organik, urea, SP36, KCl, pestisida, polybag, alat tulis kantor, sepatu lapang dan bahan pendukung lainnya. Alat yang digunakan antara lain gunting pangkas, pisau, timbangan, mistar, dan peralatan pendukung lainnya. Metode Rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok.yang diulang 3 kali. Perlakuannya adalah 8 perlakuan yaitu: 1. entres IP 3A 5 cm (menyesuaikan bahan yang ada) 2. entres IP 3A 10 cm (menyesuaikan bahan yang ada ) 3. entres IP 3A 15 cm (menyesuaikan bahan yang ada) 4. entres IP 3M 5 cm 5. entres IP 3 M 10 cm 6. entres IP 3 M 15 cm 7. tanam baru IP 3A (menyesuaikan bahan yang ada) 8. tanam baru IP 3M(menyesuaikan bahan yang ada) PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 125

Tanaman yang disambung dengan entres pada tanaman masing-masing 3 pada cabang produktif/generatif. Jadi 8 perlakuan x 3 ulangan x 10 tanaman = 240 tanaman.kebutuhan lahan percobaan adalah 960 m2 dengan rincian: Panjang 10 x 4 m2 = 40m2/plot dikalikan 24 plot = 960 m2, dengan catatan masingmasing baris terdiri dari 5 tanaman berjajar 2 baris = 10 tanaman/2 baris Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam Rancangan Acak kelompok pada peubah yang nyata pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan Uji Duncan 5%.Pengambilan entres dari KP. Asembagus untuk IP 3A sedang untuk IP 3M dari KP. Muktiharjo dan tanaman baru dilakukan pada polybag di KP.Muktiharjo. Pemupukan dilakukan dengan 40 g urea + 20 g SP36 + 20 g KCl per tanaman. Pemeliharaan meliputi penyiraman, pengendalian hama dan penyakit. Pengamatan meliputi, persentase sambungan jadi, tinggi hasil sambungan, lebar kanopi, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah tros, jumlah buah. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Teknologi penyambungan tanaman jarak pagar pada prosentase jadi, tinggi hasil sambungan dan lebar kanopi pada bulan Juni 2010 di KP. Muktiharjo, Pati. Perlakuan (%) jadi Tinggi hasil sambungan (cm) Entres IP3 A (5) 78.67 c 67.00 d Entres IP3A(10) 86.67 bc 73.33 c Entres IP3A(15) 94.00 ab 73.33 c Entres IP3M(5) 92.00 ab 60.00 e Entres IP3M(10) 93.00 ab 67.00 d Entres IP3M(15) 91.67 ab 70.33 cd Tan.baru IP3A 100.00 a 104.67 a Tan.baru IP3M 100.00 a 98.33 b Lebar kanopi (cm) 93.00 b 111.00 a 113.00 a 95.00 b 115.33 a 115.00 a 95.33 b 99.67 b KK (%) 5.11 3.39 3.98 Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan 5% Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa prosentase hidup tertinggi ada pada kontrol (tanaman baru) baik dari IP 3A ataupun IP 3M yaitu 100% dan prosentase hidup terendah ada pada perlakuan entres dengan panjang 5 cm pada entres IP3 A yaitu: 78.67%. Hal ini jelas sekali, karena pada kontrol tidak ada perlakuan sama sekali pada tanaman, sehingga tanaman tidak mengalami gangguan dan tumbuh secara alami dan ini beda dengan tanaman yang mengalami perlakuan/diperlakukan, tanaman menjadi menyesuaikan dengan perlakuan yang diterima oleh tanaman, namun untuk perkembangan generatifnya tanaman kontrol lebih lambat dari tanaman hasil penyambungan dengan stek. Ini diperkuat pendapat Hartmann et al. (2002) dalam (Bambang Budi Santoso, 2010) menyatakan bahwa tanaman berasal dari perbanyakan vegetatif memasuki fase generatif lebih cepat dibandingkan tanaman hasil perbanyakan biji. 126 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Untuk tinggi terpanjang didapat pada tanaman kontrol pada IP 3A yaitu : 104,67 cm dan terpendek pada perlakuan entres panjang 5 cm pada IP 3A yaitu 67 cm. Inipun juga jelas, tanaman dapat tumbuh bebas tanpa hambatan/gangguansehingga bisa memaksimalkan pertumbuhannya. Untuk lebar kanopi terlebar pada perlakuan entres IP 3M dengan panjang 10 cm yaitu: 115,33 cm dan tersempit kanopinya pada perlakuan entres IP 3A dengan panjang entres 5 cm yaitu 93,00 cm. Dari ini dapat diambil kesimpulan sambungan entres yang dianjurkan untuk dipakai dalam penyambungan adalah entres dengan panjang 10 cm. Tabel 2. Teknologi penyambungan tanaman jarak pagar pada jumlah cabang, jumlah daun, jumlah tros dan buah pada bulan Juni 2010 di KP. Muktiharjo, Pati. Perlakuan Jumlah cabang Jumlah daun Jumlah tros Jumlah buah Entres IP3 A (5) Entres IP3A(10) Entres IP3A(15) Entres IP3M(5) Entres IP3M(10) Entres IP3M(15) Tan.baru IP3A Tan.baru IP3M 5.00 e 6.67 bcd 7.67 bc 7.00 bcd 8.00 b 9.67 a 6.00 de 6.33 cde 74.67 de 73.67 de 79.33 cd 57.00 f 66.33 e 84.00 c 112.33 b 190. 00 a 1.67 de 3.33 bc 3.67 b 2.33 cd 5.33 a 6.33 a 2.00 de 1.00 e 12.33 e 29.33 b 27.33 b 22.00 c 46.67 a 45.00 a 18.00 d 2.00 f KK (%) 11.11 5.39 21.50 5.88 Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan 5% Dari tabel tsb dapat dilihat jumlah cabang terbanyak pada perlakuan entres IP3M dengan panjang entres 15 cm yaitu : 9,67, sedang jumlah cabang paling sedikit ada pada perlakuan entres IP3A dengan panjang 5 cm yaitu 5.00 Dari hasil ini dapat dipakai bahwa untuk pembentukan cabang yang paling banyak adalah dengan penyambungan dari sumber entres IP 3M dengan panjang 15 cm dan yang terjelek dari sambungan entres IP 3A sepanjang 5 cm.. Untuk jumlah daun terbanyak pada tanaman kontrol yaitu IP 3M yaitu 190 lembar daun dan paling sedikit jumlah daun pada entres IP 3M dengan panjang entres 5 cm yaitu: 57.00 lembar daun. Hal ini dapat dipahami, karena tanaman kontrol dapat langsung beraktivitas melanjutkan pertumbuhan sejak awal tanpa ada hambatan/perlakuan sehingga bisa memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.walaupun jumlah daun banyak didapat pada pada tanaman baru IP 3A atau IP 3M bukan berarti produksi buah/pohon yang dihasilkan juga tinggi, ada faktor lain yang mempengaruhi produksi yaitu: genotipe dan lingkungan (Humpphries dan Wheeler,1963) dalam Susilo, 1991) hal ini juga sesuai dengan (Lestari, 2010) Sedang untuk jumlah tros terbanyak pada IP3M dengan panjang entres 15 cm yaitu: 6.33 dan tersedikit pada tanaman kontrol IP 3M yaitu: 1,00. Hal ini dapat dipahami karena tanaman kontrol rajin untuk pertumbuhan vegetatif terlebih dahulu sampai maksimal, baru pertumbuhan generatif dimulai. Ini beda dengan yang sudah dikondisikan dengan perlakuan pada IP 3M untuk dipaksa pertumbuhan kearah generatif. PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 127

Adapun jumlah buah terbanyak ada pada perlakuan dengan sambungan entres IP 3M dengan panjang 10 cm yaitu 46,67 buah/pohon dan paling sedikit pada perlakuan kontrol/tanaman baru yaitu IP 3M sebanyak 2 buah/pohon. Ini sangat jelas, karena tanaman kontrol berkembang vegetatifnya terlebih dahulu sampai maksimal dan kemudian dilanjutkan dengan perkembangan generatif. KESIMPULAN Persentase hidup, tinggi hasil sambungan, jumlah daun pada tanaman baru/kontrol lebih unggul dari semua perlakuan penyambungan yaitu: 100 %, 104,67 cm dan 190 lembar daun dibanding dengan tanaman hasil penyambungan yang terendah yaitu: 78,67%, 67,00 cm dan 57 lembar daun. Persentase hidup paling rendah, tinggi hasil sambungan terpendek, lebar kanopi paling sempit, jumlah cabang dan jumlah daun paling sedikit ada pada perlakuan dengan penyambungan entres dengan ukuran sepanjang 5 cm. Lebar kanopi, jumlah cabang, jumlah tros dan jumlah buah terbaik ada pada perlakuan penyambungan entres dengan ukuran sepanjang 10 cm yaitu pada IP 3M bertu rut-turut: 115.33 cm, 8.00 cabang, 5.33 tros dan 46.67 buah/pohon. Pada tanaman baru/kontrol, pertumbuhan vegetatifnya lebih dominan dibanding tanaman hasil penyambungan sehingga tidak cepat mendapatkan hasil panen. Dengan penyambungan entres dari IP 3M dan panjang 10 cm cepat mendapatkan hasil sehingga dari hasil panen tersebut bisa dimanfaatkan untuk diubah menjadi BBN (Bahan bakar Nabati) mendukung upaya mengatasi krisis energi. Penyambungan pada tanaman jarak pagar dengan sumber entres IP 3M dan panjang 10 cm akan cepat mendapatkan hasil sehingga dari hasil panen yang berupa biji jarak akan bisa diproses menjadi bahan bakar nabati (biofuel) menggantikan keterbatasan cadangan minyak bumi yang akhirnya krisis energi dapat teratasi dan cukup potensial untuk dikembangkan dalam hamparan luas. DAFTAR PUSTAKA Achmad Suryana, 2008. Lokakarya Nasional III. Inovasi teknologi jarak pagar mendukung program desa mandiri energi. Malang, 5 November 2007 Bambang Budi Santoso, 2010. Potensi hasil tanaman jarak pagar ( Jatropha curcas L.) ekotipe Lombok Barat yang ditanam dari biji dan stek selama tiga tahun pertama. Prosiding Lokakarya Nasional V. Inovasi teknologi dan cluster pioneer menuju DME berbasis jarak pagar, Malang, 4 November 2009 Hasnam, 2006 Lokakarya II Status teknologi Tanaman Jarak pagar ( Jatropha curcas L.), Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007 Hartmann, H.T.,D.E.Kester, F.T. Davies, Jr., and R.L. Geneve. 2002. Plant propagation: Principles and practices. Prentice Hall Inc. 770p Heyne,K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia II. Diterjemahkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Dephut. Jakarta. 2521p. 128 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Lestari dan Budi Hariyono, 2008. Teknik penyambungan tanaman jarak pagar ( Jatropha curcas L.) Prosiding Lokakarya Nasional III Inovasi teknologi jarak pagar untuk mendukung program desa mandiri energi, 2008 Lestari, 2010. Evaluasi produktivitas jarak pagar hasil penyambungan. Prosiding Lokakarya Nasional V. Inovasi teknologi dan cluster pioneer menuju DME berbasis jarak pagar. Malang, 4 November 2009 Newsroom. 2006. Kunci sukses grafting untuk adenium. Agromedia Pustaka. http://agromedia.net/kabar-agromedia/kunci-sukses-grafting-untuk-adenium.html. Pedoman teknik, Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Susilo H,1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universityas Indonesia. 428 hal. Lokakarya II, Status teknologi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) Bogor, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2007. PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 129