(Alamat Korespondensi : / ) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PHBS DI RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU MEROKOK DALAM RUMAH KEPALA RUMAH TANGGA DI DUSUN KARANGNONGKO YOGYAKARTA

Eka Fauzia Laila ABSTRAK

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang 2015 Vol. 5, No. 1

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RT 3 RW 07 KELURAHAN PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DIPUSKESMAS SEGERI PANGKEP

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa variabel. Dengan teknik korelasi dapat diketahui hubungan variasi

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI LINGKUNGAN RT 001 RW 016 KELURAHAN TAMALANREA KECAMATAN TAMALAREA KOTA MAKASSAR Meik 1, Suhartatik 2, Hj. Sunarti Dode 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar (Alamat Korespondensi : meiksaja@gmail.com / 085342515028) ABSTRAK Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga dilakukan untuk mencapai rumah tangga sehat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di Lingkungan RT 001 RW 016 Kelurahan Makassar. Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 30 yang diambil dengan metode purposive sampling, pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar kuisioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsoft exel dan program statistic komputer. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai p= 0,075 dan ada perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai p= 0,007. Saran yang diajukan adalah Diharapkan keluarga meningkatkan pengetahuan dan menerapkan perilaku hidup bersih sebagai langkah pencegahan timbulnya penyakit dan mencegah penularan penyakit-penyakit menular. Kata kunci : Pengetahuan, Pendidikan, PHBS PENDAHULUAN Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan, baik pada masyarakat maupun pada keluarga. Artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan. (Kemenkes, 2009. Diakses melalui http//www.kemenkes.com) Perilaku, khususnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) merupakan komponen penting dalam pembangunan kesehatan dimana diperlukan adanya kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat dari setiap penduduk sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat terwujud, dan dengan demikian masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri. Sedangkan pembangunan kesehatan mempunyai peran dalam menentukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan fokus pembangunan nasional. Oleh karena itu, PHBS ini perlu diselenggarakan sebaik-baiknya agar dapat memberikan sumbangan yang nyata baik dalam pembangunan kesehatan maupun pembangunan nasional. (Depkes RI, 2009) Program perilaku hidup bersih dan sehat memiliki 5 program prioritas yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup dan dana sehat/jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Perkembangan program perilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat sesuai kondisi dan kebutuhan daerah masingmasing. (Nancy, 2010) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga dilakukan untuk mencapai rumah tangga sehat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan 645

jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Namun, jika dalam rumah tangga tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi hanya 7 indikator. (Syafruddin, 2009) Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2010 dan tahun 2011 presentase rumah tangga yang melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tahun 2010 targetnya adalah 50 % dan dalam pencapainnya adalah 54,85%, sedangkan pada tahun 2011 target rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat adalah 55% dan dalam pencapainnya hanya 53,89%. (Kemenkes,2009) Cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di Sulawesi Selatan berdasarkan data yang diperoleh dari profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan sebesar 46%, dari 932.133 rumah tangga yang dipantau (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 jumlah rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat di kota Makassar tahun 2012 sebesar 75% dari 27.643 rumah tangga yang dipantau (Dinkes Provinsi Sulsel, 2014). Sementara cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di kota Makassar tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan kota Makassar sebesar 71,18% dari 14 kecamatan yang dipantau (Dinkes Kota Makassar, 2014). Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat di kota Makassar mengalami penurunan. Berdasarkan data rumah tangga yang melakukan Perilaku Hidup Bersih (PHBS) di Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar sebanyak 71 rumah tangga pada tahun 2013 sebanyak 71 rumah tangga, begitu juga pada tahun 2014 sebanyak 71 rumah tangga. Dari uraian tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional dimana peneliti mengukur variabel dalam satu sampel populasi yang mewakili populasi penelitian dilaksanakan, artinya tiap subjek penelitian hanya di wawancarai sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status variabel subjek pada saat pemeriksaan. Tempat dan Waktu Penelitian pada tanggal 19 Desember 2014 sampai dengan tanggal 19 Januari 2015 di Kelurahan Tamalanrea. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah: Tingkat Pendidikan dan Pengethuan serta Yang menjadi variabel dependen pada penelitian ini adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pengumpulan Data dengan cara wawancara,kuesioner dan observasi. HASIL PENELITIAN 1 Analisis Univariat. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kelurahan Pendidikan n % Tinggi 24 80 Rendah 6 20 Berdasarkan tabel 1. tersebut di atas diperoleh bahwa dari 30 orang responden, kebanyakan memiliki tingkat pendidikan tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi) yakni sebanyak 24 orang (80,0%) responden dan terendah adalah yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD dan SMP) yakni sebanyak 6 orang (20,0 %) responden. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Kelurahan Pengetahuan n % Baik 24 80,0 Kurang 6 20,0 Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden, kebanyakan responden memiliki pengetahuan dengan kategori baik yakni sebanyak 24 orang (80,0%) responden, dan yang memiliki pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 6 orang (20,0%) responden. 646

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku PHBS Di Kelurahan RT 001 RW 016 Kelurahan Makassar, Perilaku PHBS n % Baik 24 80,0 Kurang 6 20,0 Berdasarkan tabel 3. tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden, yang memiliki perilaku PHBS dengan kategori baik sebanyak 24 orang (80,0%) responden, dan yang memiliki sikap dengan kategori kurang sebanyak 6 orang (20,0%) responden. 2 Analisa Bivariat Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku PHBS. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa bivariat dapat dilihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku kepala keluarga tentang PHBS seperti yang terlihat pada tabel berikut ini Tabel 4. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku PHBS Di Kelurahan RT 001 RW 016 Kelurahan Tamalanrea Perilaku PHBS Tingkat Baik Kurang Jumlah Pendidikan n % n % n % Tinggi 21 70,0 3 10,0 24 80,0 Rendah 3 10,0 3 10,0 6 20,0 Jumlah 24 80,0 6 20,0 30 100 p Value : 0,075 diperoleh menunjukkan bahwa dari 26 orang responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, sebanyak 21 (70%) responden yang memiliki perilaku PHBS yang baik dan sebanyak 3 (10%) responden yang memiliki perilaku PHBS yang kurang. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak 6 orang, diantaranya 3 (10%) responden memiliki perilaku PHBS yang baik dan 3 (10%) responden lainnya memiliki perilaku PHBS yang kurang. Berdasarkan uji statistik Chi Square dengan Fisher s Exact Test diperoleh nilai p = 0,075 yang artinya nilai p > 0,05 sehingga Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku PHBS kepala keluarga di Makassar Hubungan pengetahuan dengan perilaku PHBS. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa bivariat dapat dilihat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku kepala keluarga tentang PHBS seperti yang terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku PHBSDi Kelurahan RT 001 RW 016 Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar, Perilaku PHBS Pengetahuan Baik Kurang Jumlah Responden n % n % n % Baik 22 73,3 2 6,7 24 80,0 Kurang 2 6,7 4 13,3 6 20,0 Jumlah 24 80,0 6 20,0 30 100 p Value : 0,007 diperoleh menunjukkan bahwa dari 24 orang responden yang memiliki pengetahuan baik, sebanyak 22 (73,3%) responden yang memiliki perilaku PHBS yang baik dan sebanyak 2 (6,7%) responden yang memiliki perilaku PHBS yang kurang. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 6 orang, dimana sebanyak 2 (6,7%) responden memiliki perilaku PHBS yang baik dan 4 (13,3%) responden memiliki perilaku PHBS yang kurang. Berdasarkan uji statistik Chi Square dengan Fisher s Exact Test diperoleh nilai p = 0,007 yang artinya nilai p < 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku PHBS kepala keluarga di Makassar PEMBAHASAN 1. Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku PHBS telah dilaksanakan di kelurahan RT 001 RW 016 Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar terhadap 30 orang responden, diperoleh bahwa kebanyakan kepala keluarga memiliki tingkat pendidikan dengan kategori tinggi yakni sebanyak 24 orang (80%) responden. Menurut asumsi peneliti bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya 647

sehingga dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan analisa bivariat perilaku kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat diperoleh nilai p = 0,075 (p>0,05), yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima. Maka secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada kepala keluarga di Makassar. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi pada tahun 2011 tentang hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Desa Simalingkar Kecamatan Pancurbatu Sumatrea Utara. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai p value = 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Desa Simalingkar Kecamatan Pancurbatu. 2. Hubungan pengetahuan dengan perilaku PHBS telah dilaksanakan di kelurahan RT 001 RW 016 Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar Kota Makasar pada 30 orang responden, diperoleh bahwa kebanyakan kepala keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS yakni sebanyak 24 orang (80%) responden. Pengetahuan yang baik disebabkan karena banyaknya sumber informasi yang diperoleh baik dari kader kesehatan setempat maupun dari sumber informasi laiinya yaitu media elektronik. Selain itu, dari hasil penelitian juga diperoleh data bahwa terdapat 22 orang (73,3%) responden yang memiliki kategori tingkat pengetahuan baik dan perilaku PHBS yang baik. Hal ini selaras dengan pendapat Waspadji (2007) yang mengatakan bahwa, Semakin banyak dan semakin baik seseorang mengerti tentang masalah kesehatan, maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah sikap dan perilaku yang diperlukan agar tidak menimbulkan hal hal yang menimbulkan masalah kesehatan. Sesuai dengan asumsi peneliti, responden yang memiliki pengetahuan yang baik mempunyai keinginan memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan agar tidak menimbulkan suatu penyakit. Hal ini disebabkan oleh adanya pemahaman bahwa apabila tidak berperilaku hidup bersih dan sehat maka besar kemungkinan akan timbul berbagai macam penyakit. Sikap itu sendiri merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat 2 orang (6,7%) responden dengan kategori tingkat pengetahuan kurang tetapi memiliki perilaku PHBS yang baik. Hal ini bertentangan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rina Ambrawati (2009) bahwa Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut penderita memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Berdasarkan asumsi peneliti, tingkat pengetahuan pasien juga dipengaruhi oleh seberapa banyak informasi yang didapatkan dari berbagai sumber informasi termasuk bagaimana berperilaku PHBS. Begitu pula dengan perilaku yang dimiliki oleh responden tentunya dapat menentukan pilihan untuk melakukan berbagai tindakan yang menguntungkan demi peningkatan kesehatannya. Hasil lain menunjukkan bahwa terdapat 4 orang (13,3%) responden yang memiliki kategori tingkat pengetahuan klien kurang dan perilaku yang kurang terhadap perilaku PHBS. Berdasarkan asumsi peneliti, bahwa tingkat pengetahuan responden yang kurang tentang perilaku PHBS disebabkan oleh karena kurang terpaparnya responden dengan sumber informasi terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu juga tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi respon dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari hari. Menurut asumsi peneliti bahwa meskipun pengetahuan responden baik, namun belum tentu memiliki sikap dan perilaku yang baik pula dalam berperilaku hidup bersih dan sehat karena hal ini juga dipengaruhi oleh minat dan keinginan responden dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Untuk berperilaku yang baik selain butuh keinginan yang kuat dari dalam diri juga perlu dukungan dan dorongan dari orang-orang disekitar agar selalu menerapkan perilaku yang bersih dan sehat. Berdasarkan analisa bivariat 648

perilaku kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat diperoleh nilai P = 0,007 (P<0,05), yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. maka secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada kepala keluarga di Makassar Kota Makaassar. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nyoman Artini pada tahun 2010 tentang penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di Puskesmas Pasundan Samarinda Kalimantan Timur. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai p value = 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap ibu yang memiliki balita di Puskesmas Pasundan. KESIMPULAN dilakukan dapat disimpulkn bahwa Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih di lingkungan RT 001 RW 016 Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Serta Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku hidup bersih di lingkungan RT 001 RW 016 Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. SARAN 1. Diharapkan keluarga meningkatkan pengetahuan dan menerapkan perilaku hidup bersih sebagai langkah pencegahan timbulnya penyakit dan mencegah penularan penyakit-penyakit menular. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi motivasi keluarga dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), agar hasil penelitian yang di dapatkan menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Umar Fahmi. 2013. Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Rajagrafindo Perkasa; Jakarta. Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan. Graha Ilmu; Yogyakarta. Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Pustaka Fajar: Yogyakarta. Irawati, Erna. Gambaran Karakteristik Keluarga tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Desa Karangasem Wilayah Kerja Puskesmas Tanon II Sragen. Jurnal Gaster, Vol 8, No. 2 Agustus 2011 (741-749). Nursalam. 2014. Metodologi Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika; Jakarta Seto: Jakarta. Proverawati, Atikah & Rahmawati, Eni. 2012. PHBS Perilaku Hidup Bersih & Sehat. Nuha Medika: Yogyakarta. Priyoto, Teori Sikap & Perilaku dalam Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta. Rideout, Elizabeth, 2009. Pendidikan Keperawatan Berdasarkan Problem-Based Learning. EGC: Jakarta. Susilo, Rakhmat. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Nuha Medika: Yogyakarta. Syafruddin & Hamidah, 2013. Kebidanan Komunitas. EGC: Jakarta. Sastroasmoro, Sudigdo. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto: Jakarta. 649