BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan keuangan daerah yang baik untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kinerja keuangan pemerintah daerah yang baik saat ini sangat diharapkan oleh semua pihak. Kinerja keuangan pemerintah daerah yang baik mencerminkan kesungguhan bekerja dan keberhasilan pemerintah daerah dalam pengelolaan anggaran serta akuntabilitas keuangan daerah. Perkembangan pengetahuan masyarakat atas pentingnya informasi, transparansi dan akuntabilitas kinerja keuangan saat ini yang diungkapkan dalam pelaporan keuangan pemerintah daerah merupakan suatu harapan besar dari rakyat kepada pemerintah daerah sebagai pengelola keuangan daerah agar menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dengan sebaiknya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, dapat direalisasikan dengan baik, tepat sasaran, dan menurunnya tingkat kebocoran anggaran. Sehingga dapat meningkatkan pembangunan dalam segala bidang di daerah Sumatera Utara. Pentingnya informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah harus disadari bahwa banyak pihak yang mengandalkan informasi dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu informasi tersebut harus bermanfaat bagi para pemakai dan harus mempunyai nilai. Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut berpaut dengan keputusan yang menjadi sasaran informasi. Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipahami dan digunakan oleh
pemakai. Informasi juga akan bermanfaat kalau pemakai mempercayai informasi tersebut. Kebermanfaatan (usefulness) merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya dengan keputusan, pemakai, dan keyakinan pemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum disebut karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) atau kualitas (qualities) informasi. Adapun kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan terdiri dari (PP No. 24 Tahun 2005) yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Dalam hal pengelolaan keuangan daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), pemerintah daerah masih memiliki kelemahan dan kekurangan dalam hal nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Dalam laporan keuangan pemerintah daerah masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pertama berupa kapasitas sumber daya manusia dalam bidang akuntansi masih kurang karena dalam penyusunan laporan keuangan diperlukan keahlian dan pengetahuan bidang akuntansi. Penelitian Alimbudiono dan Fidelis (2004) memberikan temuan empiris bahwa pegawai berlatar pendidikan akuntansi di subbagian akuntansi Pemerintah XYZ masih minim, job description-nya belum jelas, dan pelatihanpelatihan untuk menjamin fungsi akuntansi berjalan dengan baik belum
dilaksanakan. Keadaan ini diperparah lagi dengan penempatan pegawai yang tidak tepat pada latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh pegawai. Misalnya pekerjaan penyusunan laporan keuangan pada SKPD dikerjakan oleh pegawai yang tidak memiliki pendidikan dan latar belakang akuntansi atau biasa disebut dengan orang yang benar ditempatkan di tempat yang salah (the right man in wrong place) bertentangan dengan prinsip manajemen yang baik dengan prinsip orang yang benar ditempatkan pada tempat yang benar (the right man in the right place). Faktor kedua adalah pemanfaatan teknologi informasi yang belum maksimal dalam penyusunan laporan keuangan ditandai dengan masih adanya SKPD yang melakukan pencatatan secara manual transaksi ke dalam buku kas umum (BKU) bendahara pengeluaran sehingga memperlama waktu dalam penyusunan laporan keuangan. Faktor ketiga adalah belum maksimalnya penerapan standar akuntansi pemerintahan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Misalnya masih ada pemerintah daerah yang belum memiliki kebijakan akuntansi. Faktor keempat adalah audit internal yang dilaksanakan oleh inspektorat daerah tidak memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dan signifikan atas pelaporan keungan SKPD yang diperiksanya. Hal ini terbukti masih banyaknya kesalahan berulang dalam pembuatan laporan keuangan pemerintah daerah seperti pembuatan surat pertanggungjawaban belanja (SPJ) bendahara pengeluaran yang nilainya tidak sesuai dengan bukti transaksi. Faktor kelima adalah belum maksimalnya pengelolaan aset daerah. Aset daerah merupakan komponen yang penting dalam pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan aset daerah memerlukan perhatian tersendiri karena terjadi peningkatan nilai aset/barang milik daerah dari tahun ke tahun yang cukup signifikan. Suwanda (2013) mengatakan sejak ditetapkannya kewajiban penyusunan neraca sebagai bagian dari laporan keuangan pemerintah, pengakuan/penilaian dan penyajian serta pengungkapan aset/barang milik daerah menjadi fokus utama. Hal ini karena aset memiliki nilai yang sangat signifikan dan sangat kompleks. Faktor utama penyebab lemahnya pengamanan aset adalah masih lemahnya sistem pengendalian aset. Hal ini tidak lepas dari belum adanya sistem database aset yang terintegrasi antara data akuntansi yang dikelola oleh biro keuangan dengan data aset yang biasa dikelola oleh biro perlengkapan/umum. Dari segi administrasi, banyak ditemukan aset yang dicatat oleh pemerintah daerah tidak didukung dokumen legal yang memadai. Penatausahaan dan pelaporan aset tetap sangat berarti bagi kewajaran laporan keuangan. Kesalahan dalam melakukan penilaian aset dapat mengakibatkan kesalahan material karena nilai yang diinvestasikan relatif signifikan. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2014 Badan Pemeriksa Keuangan RI menyatakan bahwa opini audit yang diberikan atas suatu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan cermin bagi kualitas akuntabilitas keuangan atas pelaksanaan APBD. Adanya kenaikan persentase opini wajar tanpa pengecualian (WTP) secara umum menggambarkan adanya perbaikan akuntabilitas keuangan oleh pemerintahan daerah dalam menyajikan laporan keuangan sesuai dengan prinsip yang berlaku. Terhadap 68 LKPD Tahun 2013, BPK memberikan opini WTP atas 5 LKPD, opini WDP atas 34 LKPD, opini TW atas 2 LKPD, dan opini TMP atas 27 LKPD. Dilihat dari
tingkat pemerintahan, LKPD yang diperiksa pada Semester II Tahun 2014 terdiri atas 4 LK Pemerintah Provinsi, 59 LK Pemerintah Kabupaten, dan 5 LK Pemerintah Kota. Pada tingkat kabupaten, opini LKPD yang paling banyak adalah TMP yaitu sebanyak 27 LKPD atau sebesar 46% diikuti dengan opini WDP sebanyak 26 LKPD atau sebesar 44%. Perkembangan opini atas 524 LKPD Tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya (2012) mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut ditunjukkan kenaikan opini atas 88 LKPD. Kenaikan opini tersebut meliputi dari TW atau TMP menjadi WDP sebanyak 23 LKPD, dari WDP menjadi WTP sebanyak 55 LKPD, dan dari TMP menjadi WDP sebanyak 10 LKPD. Secara keseluruhan, jumlah LKPD yang memperoleh opini WTP mengalami kenaikan dari 120 LKPD menjadi 156 LKPD atau naik sebesar 6,87%. Namun, terdapat juga peningkatan jumlah LKPD yang memperoleh opini TW dari 6 LKPD menjadi 11 LKPD atau sebesar 0,95%. Keadaan ini memberikan fakta bahwa laporan keuangan pemerintah daerah masih belum seluruhnya memenuhi kriteria dalam nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah berupa laporan keuangan yang andal, relevan, dapat dibandingkan dan dapat dipahami. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memberikan pendelegasian tugas dan fungsi kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam hal pembangunan daerah Sumatera Utara. Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah mengelola Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan dipertanggungjawabkan melalui penyusunan Laporan Keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) setiap semesteran dan tahunan.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Satuan Kerja Perangkat Daerah harus memiliki kapasitas sumber daya manusia bagian keuangan yang berkualitas, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi pemerintahan, pengendalian internal yang baik pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah, audit internal secara rutin dari inspektorat daerah, pengelolaan aset daerah dan didukung dengan pengendalian intern akuntansi sehingga dapat mempengaruhi nilai informasi pelaporan keuangan yang baik sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Tercapainya nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah yang baik sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan sejalan dengan peningkatan kualitas laporan keuangan. Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang dinilai dengan hasil audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dengan pendapat wajar dengan pengecualian (WDP) selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Sehingga diharapkan pada tahun 2015 terjadi peningkatan kualitas laporan keuangan dengan mendapat penilaian hasil audit pendapat wajar tanpa pengecualian (WTP). Suwanda (2013) menyatakan bahwa memperoleh opini WTP atas laporan keuangan pemerintah daerah merupakan tuntutan dari pemerintah pusat. Dalam rencana strategis nasional pemerintah telah menargetkan bahwa pemerintah propinsi, kabupaten dan kota yang harus memperoleh WTP adalah 60% dari total pemerintah daerah untuk tahun buku 2014. Dengan keberhasilan memperoleh opini WTP tersebut juga akan mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pemerintah daerah terutama pada bidang tata kelola keuangan daerah. Keberhasilan melaksanakan
penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan tuntutan dan harapan masyarakat agar dilakukan secara transparan dan akuntabel. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka masalah penelitian (research questions) dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, pengendalian intern akuntansi, penerapan standar akuntansi pemerintahan, pengelolaan aset daerah secara simultan dan parsial terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara? 2. Apakah audit internal sebagai variabel moderating dapat memoderasi hubungan antara kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi pemerintahan, pengelolaan aset daerah terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, pengendalian intern akuntansi, penerapan standar akuntansi pemerintahan, pengelolaan aset daerah berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, pengendalian intern akuntansi, penerapan standar akuntansi pemerintahan, pengelolaan aset daerah terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah dengan audit internal sebagai variabel moderating. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang berarti kepada : 1. Peneliti, merupakan sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 2. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam mengevaluasi nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah untuk peningkatan kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 3. Akademisi, diharapkan dapat menambah atau memperkaya hasil penelitian dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. 1.5. Originalitas Penelitian Merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Indriasari (2008) dengan judul Pengaruh Kapasitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota
Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu : Tabel 1.1. Originalitas Penelitian Kriteria Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang Judul Penelitian Pengaruh Kapasitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Sebagai Variabel Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Dengan Audit Internal Moderating (Studi Empiris Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara) Objek Penelitian Pemerintah Kota Palembang dan Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun Penelitian 2008 2015 Variabel Kapasitas Sumberdaya Manusia Kapasitas Sumberdaya Manusia Independen Pemanfaatan Teknologi Informasi Pemanfaatan Teknologi Pengendalian Intern Akuntansi Informasi Pengendalian Intern Akuntansi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Pengelolaan Aset Daerah Variabel Dependen Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Nilai Informasi Pelaporan Pemerintah Daerah Keuangan Pemerintah Daerah Variabel Moderating - Audit Internal Hasil Penelitian Keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi. Sedangkan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh kapasitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi.