BAB I PENDAHULUAN. telah terkena penyakit tuberkulosis (TB). Sekitar 63% (6 juta) kasus baru dari 9,6

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

APLIKASI METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

Lampiran 1. Surat Persetujuan Komisi Etik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

AMPLIFIKASI FRAGMEN DAN IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI

Skripsi MADE RAI DWITYA WIRADIPUTRA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan bakteri

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagnosis tuberkulosis (TB) paru pada anak masih menjadi masalah serius hingga saat ini. Hal

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis (TB),

DETEKSI Mycobacterium tuberculosis DENGAN PRIMER PROMOTER inha DARI DNA METAGENOMIK SPUTUM PASIEN TUBERKULOSIS

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih

BAB I PENDAHULUAN. kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab dermatofitosis terdiri dari 3

AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit. infeksi yang memberikan dampak morbiditas dan mortalitas

Hasil dan Pembahasan

BIO306. Prinsip Bioteknologi

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

DETEKSI RESISTENSI INH

ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bakteri Micobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Tuberkulosis disebarkan

Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia

APLIKASI METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar atau sekitar 80%, menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) complex (Isbaniyah et al., 2011;

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

MULTI DRUG RESISANT TUBERCULOSIS (MDR-TB): PENGOBATAN PADA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan. oleh mikroorganisme patogen.menurut WHO tahun 2012,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan bakteri nonmotil

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

BAB IV Hasil dan Pembahasan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENANDAAN DNA DENGAN 32 P UNTUK DETEKSI RESISTENSI Mycobacterium tuberculosis TERHADAP ISONIAZID

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang

DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

repository.unimus.ac.id

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun Bakteri Mtb termasuk ke dalam genus Mycobacterium dengan bentuk

ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inha MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS BIOMOLEKULER SINGLE NUCLEOTIDE POLYMORPHISM

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

BEBERAPA MUTASI GEN katg ISOLAT KLINIS Mycobacterium tuberculosis RESISTEN ISONIAZID TESIS. ELFIRA ROSA PANE NIM: Program Studi Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

BAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Identifikasi Faktor Resiko 1

(PATTERN OF RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Mycobacterium tuberculosis RESISTAN RIFAMPISIN (RIF) AND ISONIAZID (INH) IN MAKASSAR)

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan tuberkulosis yang menyerang organ diluar paru-paru disebut

ABSTRAK. Veronica Patricia Tanod, 2007, Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes. Pembimbing II: Francisca S.T., dr., SpPK., M.Si.

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Global tahun 2014, sekitar 9,6 juta orang diperkirakan telah terkena penyakit tuberkulosis (TB). Sekitar 63% (6 juta) kasus baru dari 9,6 juta orang yang mengidap penyakit TB dilaporkan pada WHO. Hal ini berarti sekitar 37% kasus baru TB tidak terdiagnosis atau tidak dilaporkan pada WHO. Dari sekitar 480.000 kasus penyakit TB yang telah berkembang menjadi MDR- TB, hanya sekitar seperempat dari ini (123.000 kasus) yang baru terdeteksi dan dilaporkan (World Health Organization, 2015). MDR-TB merupakan penyakit TB yang disebabkan oleh strain Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama, sekurang-kurangnya isoniazid dan rifampisin (World Health Organization, 2014). Dengan terjadinya resistensi pada OAT lini pertama maka dibutuhkan deteksi dini MDR-TB untuk penanganan awal dan tepat untuk pasien. Penggunaan Isoniazid (INH) sebagai antituberkulosis lini pertama menyebabkan resistensi terhadap INH menjadi lebih sering terjadi (Karakousis, 2009). Resistensi terhadap INH dapat disebabkan oleh mutasi pada gen katg, gen inha, promoter inha, dan daerah intergenik oxyr-ahpc. Mutasi pada isolat klinik yang resisten terhadap INH dideteksi terjadi paling banyak pada gen katg sebanyak 50-80% kasus, sehingga menyebabkan penurunan kemampuan katalase peroksidase untuk mengaktifkan prodrug INH (Marttila, et al., 1998; Abate and Hoffner, 2001). 1

2 Penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al. (2005), pada isolat Mycobacterium tuberculosis yang dikumpulkan dari 5 provinsi di Cina, menemukan adanya mutasi pada gen katg yang resisten terhadap INH sebesar 94,3%, daerah promoter inha sebesar 14,9%, gen inha sebesar 4,6%, dan 11,5% pada daerah intergen oxyr-ahpc. Muller et al. (2011) menyatakan bahwa persentase isolat dengan mutasi pada promoter inha meningkat secara signifikan dari 30,1% (pada non MDR-TB yang resisten INH) menjadi sebesar 48,4% (pada kasus MDR-TB). Mutasi pada daerah promoter inha menyebabkan peningkatan ekspresi inha yang menyebabkan terjadinya resistensi INH tingkat rendah (Machado et al., 2013). Mutasi pada inha tidak hanya mengakibatkan resistensi terhadap INH tetapi juga bertanggung jawab terhadap terjadinya resistensi silang terhadap etionamid (ETH), yang merupakan OAT lini kedua (Morlock et al., 2003). Adanya fenomena resistensi silang pada OAT lini kedua menyebabkan deteksi mutasi pada promoter inha penting dilakukan untuk ketepatan penanganan pasien. Pada isolat strain Brazil yang resistensi INH, mutasi pada daerah promoter yang paling banyak ditemukan adalah pada posisi -15 dengan mutasi sitosin menjadi timin (C T) yang memiliki persentase 66% (Khadka et al., 2007). Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Ramaswamy dan Musswer (1998), ditemukan juga mutasi guanin menjadi timin (G T) pada posisi -24. Sedangkan penelitian pada daerah promoter inha di Bali yang sebelumnya dilakukan oleh Kusdianingrum (2014) pada isolat 134 dan Septiari (2014) pada isolat 86 dengan

3 menggunakan metode PCR-based sequencing, menemukan adanya mutasi pada posisi yang sama, yaitu posisi -15 dengan mutasi (C T). Beberapa metode untuk deteksi adanya mutasi pada kasus MDR-TB dilakukan dengan Polymerase Chain Reaction-Based Sequencing (PCR-based sequencing), PCR-Single Strand Conformation Polymorphism (PCR-SSCP), dot blots, dan Microarray. PCR-based sequencing tidak mudah diterapkan untuk identifikasi resistensi obat yang disebabkan oleh mutasi pada beberapa gen/segmen yang panjang atau mutasi yang tersebar pada beberapa titik sehingga harus dilakukan beberapa kali sekuensing (Chaoui et al., 2012). Hasil elektroforesis dengan menggunakan PCR-SSCP biasanya tidak dapat diprediksi karena metode ini sangat tergantung pada temperatur, kondisi selama elektroforesis berlangsung, dan fragmen dengan berat molekul besar (>200 pasang basa). Selain itu, beberapa mutasi mungkin ada yang tidak dapat terdeteksi (Tagu and Moussard, 2006). Metode dot blots merupakan metode yang akurat, cepat, dan sederhana, namun merupakan metode yang cukup mahal dan panjang dalam proses pengerjaannya (Chaoui et al., 2012). Microarray merupakan metode yang baik digunakan untuk deteksi resistensi terhadap Rifampisin, namun metode ini masih sangat mahal (Chaoui et al., 2012). Metode Polymerase Chain Reaction- Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) merupakan metode dengan menggunakan enzim restriksi yang spesifik mengenal urutan nukleotida tertentu (Rasmussen, 2012). Oleh karenanya, apabila terjadi perubahan urutan nukleotida karena adanya mutasi, akan cepat dikenali secara spesifik oleh enzim restriksi sehingga perlu dilakukan pemilihan enzim restriksi yang tepat.

4 Keuntungan PCR-RFLP adalah murah, sederhana, mudah dalam penafsiran hasil, tidak memerlukan instrumen mahal, dan tidak memerlukan pelatihan khusus bagi staf laboran (Rasmussen, 2012). Pada dasarnya metode PCR-RFLP melalui proses amplifikasi sekuen target sebelum dilakukan pemotongan dengan enzim restriksi. Untuk memperoleh sekuen target dengan proses PCR maka diperlukan primer yang sesuai dan terbukti mampu untuk mengamplifikasi sekuen target. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Kusdianingrum (2014) dan Septiari (2014) dengan menggunakan metode PCR-based sequencing telah melakukan pemilihan primer dan optimasi pada kondisi PCR. Penggunaan primer dan kondisi PCR yang didapat dari penelitian sebelumnya dapat digunakan pada metode PCR-RFLP apabila sekuen target yang digunakan adalah sama dengan penelitian sebelumnya. DNA sebagai cetakan yang digunakan untuk diagnosis laboratorium umumnya berasal dari pengkulturan. Proses pengkulturan memerlukan waktu yang lama (kurang lebih 3 minggu), sehingga menyebabkan proses identifikasi menjadi lebih lama dan akan memperlambat proses penanganan pasien (Pfyffer et al., 1997). Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, diperlukan metode deteksi M. tuberculosis yang cepat, sensitif, dan spesifik. Saat ini dikenal adanya isolasi metagenomik MDR-TB yang merupakan proses isolasi secara langsung dari sputum pasien. Isolasi metagenomik memiliki keuntungan, yaitu tidak melalui proses pengkulturan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk deteksi MDR-TB menjadi lebih cepat (Riesenfeld et al., 2004). Kombinasi PCR-RFLP dan isolasi metagenomik akan memberikan waktu yang lebih cepat untuk penentuan terapi, maka dilakukan penelitian terhadap aplikasi

5 metode PCR-RFLP dengan kondisi PCR dan penggunaan primer berdasarkan penelitian sebelumnya untuk deteksi adanya mutasi pada promoter inha. Sehingga, diharapkan terapi MDR-TB menjadi lebih efektif dan penyebaran MDR-TB dapat dihambat 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1.2.1 Enzim restriksi apakah yang digunakan untuk memotong daerah yang mengalami mutasi pada daerah promoter inha secara spesifik? 1.2.2 Apakah terjadi mutasi pada daerah promoter inha isolat DNA MDR- TB yang diidentifikasi dengan metode PCR-RFLP? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Mengetahui enzim restriksi yang digunakan untuk memotong daerah yang mengalami mutasi pada daerah promoter inha secara spesifik. 1.3.2 Mengetahui ada tidaknya mutasi pada daerah promoter inha isolat DNA MDR-TB yang diidentifikasi dengan metode PCR-RFLP. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Keilmuan Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam pengembangan metode isolasi DNA metagenomik dari sputum pasien MDR-TB dengan

6 menggunakan metode PCR-RFLP untuk deteksi adanya mutasi pada daerah promoter inha serta menambah wawasan keilmuan mengenai ada atau tidaknya mutasi yang terjadi pada daerah promoter inha. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat diaplikasikan pada penegakan diagnosis pasien MDR-TB dengan waktu yang lebih singkat dan lebih efektif.