ANALISIS WACANA DALAM LATAR BELAKANG KARYA ILMIAH KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO

PRATIWI AMALLIYAH A

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

PEMARKAH KOHESI LEKSIKAL DAN KOHESI GRAMATIKAL (Analisis pada Paragraf dalam Skripsi Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia)

ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT WACANA BERITA UTAMA MONITOR DEPOK

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

KOHESI DAN KOHERENSI SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN WACANA YANG UTUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

PENANDA KOHESI PADA WACANA RUBRIK SUARA MAHASISWA DALAM HARIAN JOGLO SEMAR

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERKAIT. Halliday dan Hasan (1976: 1) menyatakan bahwa teks adalah kumpulan sejumlah

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina

Azis dan Juanda. Keywords: grammatical cohesion, unity of discourse

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV. Abstract

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

ANALISIS WACANA KARYA TULIS PRASKRIPSI MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BALI

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK TAJUK RENCANA PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI IKLAN DALAM SURAT KABAR KOMPAS

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SMP N 3 GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

PERANTI KOHESI DALAM WACANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DESA

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Transkripsi:

Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, 9 Juli 2018 ANALISIS WACANA DALAM LATAR BELAKANG KARYA ILMIAH KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI Ainul Yaqinah Pendidikan Bahasa Indonesia PPs Universitas Negeri Makassar Email: ainulyaqinah23@gmail.com Abstrak Penelitian ini berjudul Analisis Wacana Dalam Latar Belakang Karya Ilmiah Kajian Kohesi dan Koherensi. Seperti yang kita ketahui wacana merupakan tataran yang paling besar dalam hierarki kebahasaan. Untuk membentuk sebuah wacana yang utuh diperlukan beberapa syarat salah satunya kohesi dan koherensi. Kohesi dan koherensi sangat pentinng untuk menentukan hubungan antara kalimat dengan kalimat, paragraph dengan paragraph. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel penelitian pada bagian latar belakang sebuah proposal ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan peneliti sebagai pemeran aktif dalam menganalisis data. Data yang analisis ialah latar belakang dalam proposal penelitian dengan judul Fungsi Adverbia Pada Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka yang disusun oleh Hajrah. Dari hasil penelitian ditemukan dalam sebelas paragraph bahwa setiap kalimat dan setiap paragraph memiliki sifat kohesi dan koherensi dengan ciri-ciri atau sifat dari kohesi dan koherensi. Jenis kohesi dan koherensi yang ditemukan tidak berfariatif karena bahasa yang digunakan adalah bahasa ilmiah. Kata Kunci: Wacana, Khohesif dan Koherensi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam hierarki kebahasaan. Sebagai tataran terbesar dalam hierarki kebahasaan, wacana tidak merupakan susunan kalimat secara acak, tetapi merupakan satuan bahasa, baik lisan maupun tulis. Untuk wacana yang disampaikan secara tertulis, penyampaian isi atau informasi disampaikan secara tertulis. Hal ini dimaksudkan agar tulisan tersebut dipahami dan diinterpretasikan oleh pembaca. Hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana tulis tersusun berkesinambungan dan membentuk suatu kepaduan. Wacana yang baik adalah wacana yang harus memperhatikan hubungan antarkalimat. Hal ini harus selalu diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa itu terdiri atas bentuk (form) dan makna (meaning), hubungan dalam wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi, dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi. Melihat fenomena yang ada, dalam wacana tulis hubungan antarkalimat harus selalu diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Keterkaitan dan kerapian bentuk dalam ilmu bahasa dinamakan kohesi dan koherensi. Kohesi dan koherensi mempunyai peran yaitu untuk memelihara keterkaitan antarkalimat, sehingga wacana menjadi padu, tidak hanya sekumpulan kalimat yang setiap kalimat mengandung pokok pembicaraan yang berbeda, melainkan satu unsur dalam teks yang harus menyatakan konsep ikatan. 51

Pendidikan, Budaya, Literasi dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas Berkepribadian Unggul Pada latar belakang karya ilmiah harus memiliki kedua unsur tersebur, sebab latar belakang merupakan pengantar yang harus disusun sedemikian jelas dan terstruktur. Pada latar belakang masalah kepaduan dalam setiap paragraph sering disepelekan. Maka dari itu peneliti tertarik menganalisis kekohesian dan kekoherensian dalam latar belakang sebuah karya ilmiah. 1.2. Kajian Teori Wacana yang ideal mengandung seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi. Selain itu juga dibutuhkan keteraturan atau kerapian susunan yang menimbulkan rasa koherensi. Dengan perkataan lain, kohesi dan koherensi merupakan faktor penting dalam peningkatan mutu wacana (Tarigan 1987:70). Unsur yang menentukan keutuhan wacana adalah kohesi dan koherensi (Tarigan 1987:96). Untuk membentuk sebuah wacana yang utuh ada sejumlah syarat. Syarat pertama adalah topik, kedua adanya tuturan pengungkap topik, dan ketiga adanya kohesi dan koherensi (Oka 1994:226). a. Topik. b. Tuturan Pengungkap Topik. c. Kohesi dan Koherensi. 1.1.1. Kohesi Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana (hubungan yang tampak pada bentuk). Kohesi merupakan organisasi sintaktik, merupakan wadahwadah kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Dalam hal ini berarti pula bahwa kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu (Gutwinsky dalam Tarigan 1987:96). Haliday dan Hassan dalam Bambang Hartono (2000:145) mengungkapkan bahwa kohesi merupakan konsep makna yang mengacu pada hubungan makna di dalam suatu wacana. Kohesi adalah kesatuan semantis antara satu ujaran dengan ujaran lainnya dalam suatu wacana. Kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana baik dalam skala gramatikal maupun skala leksikal tertentu. Konsep kohesi mengacu pada hubungan bentuk antar unsur-unsur wacana sehingga memiliki keterkaitan secara padu. Dengan adanya hubungan kohesif itu, suatu unsur dalam wacana dapat diinterprestasikan sesuai dengan keterkaitannya dengan unsur-unsur yang lain. Hubungan kohesif dalam wacana sering ditandai dengan penanda-penanda kohesi, baik yang sifatnya gramatikal maupun leksikal. Ramlan (1993) menguraikan sejumlah penanda hubungan antarkalimat dalam wacana bahasa Indonesia. Penanda hubungan tersebut antara lain: 1) Penanda hubungan penunjukan, 2) Penanda hubungan pengganti, 3) Penanda hubungan pelesapan, 4) Penanda hubungan perangkaian, 5) Penanda hubungan. Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino ( 1988:34) menyatakan bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. 1.1.1.1. Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan menggunakan elemen dan aturan 52

Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, 9 Juli 2018 gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. 1.1.1.1.1. Referen (pengacuan) Referen atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Satuan lingual yang acuannya berada di dalam teks wacana disebut pengacuan endofora, sedangkan satuan lingual yang acuannya berada di luar teks wacana disebut pengacuan eksofora. Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan menjadi dua yaitu: a) Pengacuan Anaforis (anaphoric reference). b) Pengacuan Kataforis (cataphoric reference) 1.1.1.1.2. Substitusi (penyulihan) Substitusi mengacu ke penggantian kata-kata dengan kata lain. Substitusi hampir sama dengan referensi. Perbedaan antara keduanya adalah referensi merupakan hubungan makna sedangkan substitusi merupakan hubungan leksikal atau gramatikal. Selain itu, substitusi dapat berupa proverba, yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukan tindakan, keadaan, hal, atau isi bagian wacana yang sudah disebutkan sebelum atau sesudahnya juga dapat berupa substitusi klausal. Substitusi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda (Sumarlam 2003:28). a) Substitusi Nominal b) Substitusi Verba c) Substitusi Frasal d) Substitusi Klausal 1.1.1.1.3. Elipsis (Pelesapan) Elipsis adalah sesuatu yang tidak terucapkan dalam wacana, artinya tidak hadir dalam komunikasi, tetapi dapat dipahami. Jadi pengertian tersebut tentunya didapat dari konteks pembicaraan, terutama konteks tekstual. Sebagai pegangan, dapat dikatakan bahwa pengertian elipsis terjadi bila sesuatu unsur yang secara struktural seharusnya hadir, tidak ditampilkan. Sehingga terasa ada sesuatu yang tidak lengkap. Pelesapan dapat dibagi menjdi pelesapan lokatif, pasientif, agentif, tindakan instrumental, dan temporal. 1.1.1.1.4. Konjungsi (Perangkaian) Konjungsi (kata sambung) adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai penyambung, perangkai atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan seterusnya. Konjungsi disebut juga sarana perangkaian unsur-unsur kewacanaan. Konjungsi mudah dikenali karena keberadaannya terlihat sebagai pemarkah formal. Beberapa jenis konjungsi antara lain adalah: a ) konjungsi adservatif (namun, tetapi), b) konjungsi kausal (sebab, karena), c) konjungsi korelatif (apalagi, demikian juga), d) konjungsi subordinatif (meskipun, kalau), dan e) konjungsi temporal (sebelumnya, sesudahnya, lalu, kemudian). Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi lima yaitu sebagai berikut. a) Konjungsi koordinatif b) Konjungsi subordinatif c) Konjungsi korelatif d) Konjungsi Antarkalimat e) Konjungsi antarparagraf. 53

Pendidikan, Budaya, Literasi dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas Berkepribadian Unggul 1.1.1.1.5. Inversi Susunan yang dianggap normal dalam bahasa Indonesia ialah susunan DM (diterangkanmenerangkan). Pembalikan dilakukan karena unsur yang sama atau bersamaan yang menjadi fokus perlu didekatkan (Hartono 2012:144). 1.1.1.2. Kohesi Leksikal Selain didukung oleh aspek gramatikal, kepaduan wacana harus didukung oleh aspek leksikal. Kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Unsur kohesi leksikal terdiri dari sinonim (persamaan), antonim (lawan kata), hiponim (hubungan bagian atau isi), repetisi (pengulangan), kolokasi (kata sanding), dan ekuivalensi. 1.1.2. Koherensi Koeherensi adalah kekompakan hubungan antar kalimat dalam wacana. Koherensi juga hubungan timbal balik yang serasi antar unsur dalam kalimat Keraf (dalam Mulyana 2005: 30). Sejalan dengan hal tersebut Halliday dan Hasan (dalam Mulyana 2005: 31) menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur semantik, yakni semantik kalimat yang di dalamnya mengandung proposisi-proposisi. Sebab beberapa kalimat hanya akan menjadi wacana sepanjang ada hubungan makna (arti) di antara kalimat-kalimat itu sendiri. Koherensi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secara eksplisit atau nyata dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang mengungkapkannya (Alwi dkk 2003:428). Harimurti Kridalaksana (dalam Mulyana 2005: 32) mengemukakan bahwa hubungan koherensi wacana sebenarnya adalah hubungan semantis. Artinya, hubungan itu terjadi antarproposisi. Secara struktural, hubungan itu direpresentasikan oleh pertautan secara semantis antara kalimat (bagian) yang satu dengan kalimat lainnya. Hubungan maknawi ini kadang-kadang ditandai oleh alat leksikal, namun kadang-kadang tanpa petanda. Hubungan semantis yang dimaksud adalah sebagai berikut. a. Hubungan Sebab Akibat b. Hubungan Akibat Sebab c. Hubungan Sarana Hasil d. Hubungan Sarana Tujuan e. Hubungan Alasan Tindakan f. Hubungan Latar Simpulan g. Hubungan Kelonggaran Hasil h. Hubungan Syarat Hasil j. Hubungan Parafrastis k. Hubungan Amplikatif l. Hubungan Adiftif m. Hubungan Identifikasi n. Hubungan Generik-Spesifik. o. Hubungan Spesifik-Generik p. Hubungan Ibarat q. Argumentatif (makna alasan) Tujuan pemakaian aspek atau sarana koherensi antara lain ialah agar tercipta suasana dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan logis. Sifat serasi artinya sesuai, cocok, dan harmonis. Kesesuaian terletak pada serasinya hubungan antarproposisi dalam kesatuan wacana. Runtut artinya urut, sistematis, tidak terputus-putus, tetapi bertautan satu sama lain. Keruntutan artinya umumnya terjadi dalam susunan kalimat (struktur). Asas ini diperlukan untuk mengintegrasikan secara rapi unsur-unsur wacana ke dalam satu kesatuan sehingga tidak terjadi loncatanloncatan pikiran. Sifat logis mengandung arti masuk akal, wajar, jelas, dan mudah dimengerti. Suatu rangkaian kalimat yang tidak memiliki hubungan bentuk dan makna secara logis tidak dapat dikatakan sebagai wacana (Mulyana 2005:35). 54

Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, 9 Juli 2018 2. METODE PENELITIAN 2.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Denzim dan Lincoln (dalam Satori dan Aan, 2009:23), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. 2.2. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti akan menjaring dan mendeskripsikan data. Peneliti dalam menjaring data akan mendiskripsikan kekohesifan dan kekoherensian wacana dalam latar belakang tesis dengan judul Perilaku Sintaksis Fungsi Adverbia Pada Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka 2.3. Data dan Sumber Data 2.3.1. Data Data penelitian ini adalah sifat kohesif dan kohensi pada latar belakang tesis dengan judul Fungsi Adverbia Pada Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka 2.3.2. Sumber Data Sumber data adalah sebuah tesis yang berjudul Fungsi Adverbia pada Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka yang ditulis oleh St. Hajrah pada tahun 2015. 2.3.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah menggunakan teknik membaca dan menganalisis yaitu membaca kalimat perkalimat setiap paragraph kemudian menganalisis bentuk-bentuk kekohesian dan kekoherensian pada setiap kalimat dalam latar belakang tesis dengan judul fungsi adverbia pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka 2.3.4. Teknik Analisis Data Patton (dalam lexy J. Moleong 2002:103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor (2002:79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. 3. PEMBAHASAN 3.1. Data Bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat. Bahasa mengalami perkembangan terus menerus sesuai dengan perkembangan fenomena bahasa masyarakat. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan ide, gagasan, pengalaman, perasaan, pendapat, dan informasi dengan perantara sistem lambang. Bahasa merupakan media yang paling penting bagi semua interaksi man usia dan dalam banyak hal bahasa dapat disebut sebagai intisari dari fenomena sosial. Jadi, tanpa adanya bahasa tidak akan mungkin suatu masyarakat terbentuk dan tidak akan ada kegiatan dalam masyarakat selain dari kegiatan yang didorong oleh naluri saja. Bahasa merupakan suatu pranata sosial yang setiap orang harus menguasainya agar dapat berfungsi di dalam daerah yang bersifat kelembagaan dari kehidupan sosial. Bahasa merupakan sistem bentuk untuk menyampaikan makna-makna dalam komunikasi Khairah dan Ridwan (2015:5). Junus dan Junus (2012:1) Bahasa adalah salah satu kebutuhan 55

Pendidikan, Budaya, Literasi dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas Berkepribadian Unggul pokok diantara sejumlah kebutuhan manusia sehari-hari betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi yang primer dapat dirasakan oleh setiap pengguna bahasa. Khairah dan Ridwan (2015:5) Wujud bahasa sebagai sistem komunikasi tidak dapat dipisahkan dari tujuan berbahasa, sadar atau tidak sadar. Komunikasi adalah alat atau sarana untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami secara gampang dan gamblang. Komunikasi dapat berjalan baik apabila disampaikan dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar yaitu kalimat yang mengungkapkan gagasan dengan jelas serta tidak menimbulkan keraguan bagi pembaca atau pendengarnya. Untuk keperluan itu, kalimat harus disusun berdasarkan struktur yang benar, gagasan diungkapkan secara singkat, cermat, makna disampaikan secara jelas dan kesatuan berbahasa dijaga. Komunikasi dengan menggunakan bahasa dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Kalimat yang dibentuk dengan bagian-bagian kalimat seperti S, P, O, Pel, Ket haruslah lengkap dalam arti tidak berupa anak kalimat atau penggabungan anak kalimat. Sejalan dengan pendapat Kridalaksana (2001:92) yang mengungkapkan bahwa kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan preposisi yang merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam dan sebagainya. Dalam kajian morfologi lazim dibedakan adanya dua macam kelas kata, yaitu kata-kata dari kelas terbuka dan kata-kata dari kelas tertutup. Disebut kelas terbuka karena anggota kelas ini dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan budaya dan kemasyarakatan. Sedangkan anggota dari kelas tertutup kecil kemungkinan untuk bertambah; malah ada kecendrungan untuk tidak bertambah. Yang termasuk anggota kelas terbuka adalah kata-kata yang berkategori nomina, verba dan adjektifa. Yang termasuk anggota kelas tertutup adalah kata-kata yang berkategori adverbia, preposisi, konjungsi, introgatifa (kata tanya), pronomina, persona (kata ganti oang) pronominal demonstrativa (kata ganti penunjuk) numeralia (dengan kata bantu bilangannya), interjektiva (kata seru), artikulus (kata sandang), dan partikel penegas. Sebagai pendamping kelas terbuka, adverbia dengan kategori yang didampinginya membentuk sebuah frase untuk mengisi salah satu fungsi sintaksis. Kategori mana yang didampingi tergantung dari makna inheren yang dimiliki oleh adverbia itu. Sejauh ini ada adverbia yang menyatakan makna: sangkalan (negasi), jumlah (kuantitas), pembatasan, penambahan, keseringan (frekuensi), kualitas, waktu (kala), keselesaian, kepastian, keharusan, derajat, kesanggupan, harapan, keinginan, kesungguhan. Sesuai dengan makna inheren yang dimilki ada adverbia yang hanya mendampingi salah satu kategori terbuka atau klausa; tetapi ada juga yang mendampingi lebih dari satu kategori. Sebaliknya ada kategori yang sekaligus dapat didampingi oleh lebih dari satu adverbia. Posisi adverbia ini, ada yang terletak disebelah kiri kategori, dan adapula yang teretak disebelah kanan kategori. Dalam mendampingi klausa, adverbia ini lazim terletak pada awal klausa, meskipun dapat pula diposisi lain. Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukannya, kata dikategorikan kedalam kelas kata. Dalam perkembagan tata bahasa Indonesia terdapat banyak 56

Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, 9 Juli 2018 rumusan tentang kelas kata dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa, namun secara umum kelas kata terbagi menjadi berikut ini, kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata keterangan (adverbia), kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia). Adverbia adalah kata yang mendampingi nomina, verba, dan adjektiva, dalam pembentukan frase; atau dalam pembentukan sebuah klausa. Pada umumnya adverbia berupa bentuk dasar; tapi ada juga yang berupa bentuk turunan. Dalam penelitian ini akan dianalisis perilaku sintaksis fungsi adverbia pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka. Alasan dipilihnya topik ini karena peneliti tertarik memahami lebih mendalam mengenai sintaksis sehingga menjadikan perilaku sintaksis fungsi adverbia pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka sebagai bahan tugas akhir atau skripsi. 3.2. Analisis Data 3.2.1. Paragraf 1 Bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat. Bahasa mengalami perkembangan terus menerus sesuai dengan perkembangan fenomena bahasa masyarakat. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan ide, gagasan, pengalaman, perasaan, pendapat, dan informasi dengan perantara sistem lambang. 3.2.2. Analisis Paragraf 1 Pada paragraph 1 ada pengulangan kata bahasa pada setiap awal kalimat, pengulangan kata kalimat menunjukan adanya kekohesian pada kalimat 1 dan 2 serta keseluruhan paragraph memiliki sifat yang koheren. 3.2.3. Paragraph 2 Bahasa merupakan media yang paling penting bagi semua interaksi man usia dan dalam banyak hal bahasa dapat disebut sebagai intisari dari fenomena sosial. Jadi, tanpa adanya bahasa tidak akan mungkin suatu masyarakat terbentuk dan tidak akan ada kegiatan dalam masyarakat selain dari kegiatan yang didorong oleh naluri saja. Bahasa merupakan suatu pranata sosial yang setiap orang harus menguasainya agar dapat berfungsi di dalam daerah yang bersifat kelembagaan dari kehidupan sosial. Bahasa merupakan sistem bentuk untuk menyampaikan makna-makna dalam komunikasi Khairah dan Ridwan (2015:5). 3.2.4. Analisis Paragraf 2 Pada kalimat pertama menggunakan kata bahasa merupakan, kemudian pada kalimat kedua di hubungkan dengan kata jadi yang memberikan tanda bahwa ada penarikan kesimpulan sementara. Kemudian pada kalimat ketiga dan ke empat ada pengulangan kata bahasa merupakan yang berarti bahwa tiap kalimat sangat kohesif dan paragraph 2 memenuh unsur koherensi. 3.2.5. Paragraf 3 Junus dan Junus (2012:1) Bahasa adalah salah satu kebutuhan pokok diantara sejumlah kebutuhan manusia sehari-hari betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi yang primer dapat dirasakan oleh setiap pengguna bahasa. Khairah dan Ridwan (2015:5) Wujud bahasa sebagai sistem komunikasi tidak dapat dipisahkan dari tujuan berbahasa, sadar atau tidak sadar. Komunikasi adalah alat atau sarana untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami secara gampang dan gamblang. Komunikasi dapat berjalan baik apabila disampaikan dengan menggunakan kalimat yang baik dan 57

Pendidikan, Budaya, Literasi dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas Berkepribadian Unggul benar yaitu kalimat yang mengungkapkan gagasan dengan jelas serta tidak menimbulkan keraguan bagi pembaca atau pendengarnya. Untuk keperluan itu, kalimat harus disusun berdasarkan struktur yang benar, gagasan diungkapkan secara singkat, cermat, makna disampaikan secara jelas dan kesatuan berbahasa dijaga. Komunikasi dengan menggunakan bahasa dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. 3.2.6. Analisis Paragraf 3 Pada paragraph 3 setiap kalimat memiliki hubungan yang disebut kohesi. Kekohesian tersebut ditandai oleh adanya pengulangan kata bahasa pada kalimat 1 dan 2, kemudian pengulangan kata komunikasi dari kalimat 2 ke kalimat 3 dan 4 serta ada kata penjelas untuk keperluan itu pada kalimat 5 yang menunjukan bahwa ini adalah referen yang dari kalimat sebelumnya. Dan keseluruhan lamimat tersebut dapat dikatakan koheren. 3.2.7. Paragraf 4 Kalimat yang dibentuk dengan bagian-bagian kalimat seperti S, P, O, Pel, Ket haruslah lengkap dalam arti tidak berupa anak kalimat atau penggabungan anak kalimat. Sejalan dengan pendapat Kridalaksana (2001:92) yang mengungkapkan bahwa kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan preposisi yang merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam dan sebagainya. 3.2.8. Analisis Paragraf 4 Pada kalimat pertama dan kedua jelas menunjukan adanya sifat yang kohesif yaitu dengan ditandai oleh frasa Sejalan dengan pendapat Kridaklaksana yang menunjukan ada pendapat yang sebelumnya menjadi acuahn dari kalimat kedua. Dan tanda kohesif ini menunjukan juga bahwa paragraph ini koheren. 3.2.9. Paragraph 5 Dalam kajian morfologi lazim dibedakan adanya dua macam kelas kata, yaitu kata-kata dari kelas terbuka dan kata-kata dari kelas tertutup. Disebut kelas terbuka karena anggota kelas ini dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan budaya dan kemasyarakatan. Sedangkan anggota dari kelas tertutup kecil kemungkinan untuk bertambah; malah ada kecendrungan untuk tidak bertambah. 3.2.10. Analisis Paragraf 5 Pada kalimat 1 dan 2 menunjukan adanya sifat kohesif dan koherensi yang ditandai juga oleh pengulangan frasa kelas terbuka dan kata disebut menunjukan adanya keterkaitan antara kalimat 1 dan 2. Begitupula pada kalimat 3 ada kata sedangkan yang menunjukan adanya sifat pertentangan dari kalimat sebelumnya yang artinya kalimat itu saling berkaitan. 3.2.11. Paragraph 6 Yang termasuk anggota kelas terbuka adalah kata-kata yang berkategori nomina, verba dan adjektifa. Yang termasuk anggota kelas tertutup adalah kata-kata yang berkategori adverbia, preposisi, konjungsi, introgatifa (kata tanya), pronomina, persona (kata ganti oang) pronominal demonstrativa (kata ganti penunjuk) numeralia (dengan kata bantu bilangannya), interjektiva (kata seru), artikulus (kata sandang), dan partikel penegas. 3.2.12. Analisis Paragraf 6 Pada paragraph 6 kalimat 1 dan 2 jelas kohesif serta koheren karena adanya tanda dengan pengulangan frasa 58

Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, 9 Juli 2018 yang termasuk anggota frasa ini juga menunjukan adanya perbedaan isi dari kalimat satu dan dua namun saling berkaitan. 3.2.13. Paragraph 7 Sebagai pendamping kelas terbuka, adverbia dengan kategori yang didampinginya membentuk sebuah frase untuk mengisi salah satu fungsi sintaksis. Kategori mana yang didampingi tergantung dari makna inheren yang dimiliki oleh adverbia itu. Sejauh ini ada adverbia yang menyatakan makna: sangkalan (negasi), jumlah (kuantitas), pembatasan, penambahan, keseringan (frekuensi), kualitas, waktu (kala), keselesaian, kepastian, keharusan, derajat, kesanggupan, harapan, keinginan, kesungguhan. 3.2.14. Analisis Paragraf 7 Pada kalimat satu dan dua ada pengulanagan kata kategori dan pengulangan frasa yang didampingi. Ini jelas menunjukan adanya kekohesian dan kekoherensian dari setaip kalimat pada paragraph ini. 3.2.15. Paragraph 8 Sesuai dengan makna inheren yang dimilki ada adverbia yang hanya mendampingi salah satu kategori terbuka atau klausa; tetapi ada juga yang mendampingi lebih dari satu kategori. Sebaliknya ada kategori yang sekaligus dapat didampingi oleh lebih dari satu adverbia. Posisi adverbia ini, ada yang terletak disebelah kiri kategori, dan adapula yang teretak disebelah kanan kategori. Dalam mendampingi klausa, adverbia ini lazim terletak pada awal klausa, meskipun dapat pula diposisi lain. 3.2.16. Analisis Paragraf 8 Pada kalimat 1 dan 2 ada kata sebaliknya yang menunjukan adanya perbandingan anatara kalimat 2 dan kalimat 1. Kemudian pada kalimat 3 ada frasa adverbial ini kata ini menunjukan ada antasedem yang menjadi acuan dari kata ini yang berada pada kalimat sebelumnya. Sama halnya dengan kalimat ke 4 ada frasa adverbial ini yang memiliki sifat yang sama seperti pada kalimat 3. Jadi pada paragraph 8 semua kalimat menunjukan adanya sifat koheren dan kohesif. 3.2.17. Paragraph 9 Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukannya, kata dikategorikan kedalam kelas kata. Dalam perkembagan tata bahasa Indonesia terdapat banyak rumusan tentang kelas kata dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa, namun secara umum kelas kata terbagi menjadi berikut ini, kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata keterangan (adverbia), kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia). 3.2.18. Analisis Paragfar 9 Pada kalimat 1 dan 2 ada pengulangan frasa kelas kata yang menjadi ide pokok paragraph ini. Jadi paragraph 9 memiliki sifat yang kehesif dan koheren. 3.2.19. Paragraph 10 Adverbia adalah kata yang mendampingi nomina, verba, dan adjektiva, dalam pembentukan frase; atau dalam pembentukan sebuah klausa. Pada umumnya adverbia berupa bentuk dasar; tapi ada juga yang berupa bentuk turunan. 3.2.20. Analisis Paragraf 10 Pada paragraph ini pembahasanya cukup singkat. Pada kalimat 1 dan 2 ada kata adverbial yang menjadi ide pokok paragraph ini yang kemudianpegulangan kata adeverbia pada kalimat 2 menunjukan adanya keterkaitan (kohesif dan koheren) dalam paragraph ini. 59

Pendidikan, Budaya, Literasi dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas Berkepribadian Unggul 3.2.21. Paragraph 11 Dalam penelitian ini akan dianalisis perilaku sintaksis fungsi adverbia pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka. Alasan dipilihnya topik ini karena peneliti tertarik memahami lebih mendalam mengenai sintaksis sehingga menjadikan perilaku sintaksis fungsi adverbia pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka sebagai bahan tugas akhir atau skripsi. 3.2.22. Analisis Paragraf 11 Pada kalimat kedua dalam paragraph ini ada frasa topic ini yang menunjukan bahwa frasa tersebut merujuk kepada kalimat pertama yang menbahas tentang sebuah judul topic yang kemudian dihubungkan dengan penanda topik ini yang sudah jelas merujuk kepada topic yang ditulis pada kaalimat pertama menunjukan adanya sifat yang kohesif dan koheren. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana (hubungan yang tampak pada bentuk). Sedangkan koherensi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secara eksplisit atau nyata dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang mengungkapkannya. Pada data yang telah dianalisis oleh penuulis dapat disimpulkan bahwa pada setiap paragran dan lkalimat dari data yang dianalisis terdapat unsur yang menunjukan bahwa wacana tersebut kohesif dan koheren. Itu ditandai oleh beberapa tanda yang memang tanda itu menunjukan sifat yang koheren dan kohesif. membangun sangat kami butuhkan untuk memperbaiki penyusunan makalah ini. Terimakasih REFERENSI Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Eriyanto.2008. Analisis Wacana. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara. Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: Universitas Negeri Semarang, Semarang. Hartono, Bambang. 2012. Dasar-dasar Kajian Wacana. Semarang: Pustaka Zaman. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang: Bina Putera. Lubis, A. Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pengkajian Wacana. Bandung: Angkasa. 4.2. Saran Dalam artikel ini tentu saja tidak terhindar dari kesalahan dan kekeliruan yang lazim dilakukan oleh penyusun. Maka dari itu kritik dan saran yang 60