Teknik Ubinan Pendugaan Produktivitas Padi Menurut Sistem Tanam

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN BEBERAPA MODEL PLOT UBINAN PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH

CARA PENGAMBILAN DAN PENENTUKAN LUAS UBINAN SISTEM JARAK TANAMAN LEGOWO

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

METODE UBINAN PADI JAJAR LEGOWO

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

Sistem Tanam LEGOWO

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

JAJAR LEGOWO PADA JAGUNG: Keunggulan, Kelemahan, dan Potensi Perbaikannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena produk yang di

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum

PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

III. BAHAN DAN METODE

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

I. PENDAHULUAN. jumlah areal penanaman padi makin menyempit. Selain itu, pengendalian hama

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

Abstrak. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAMPUNG SELATAN

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

PENANAMAN PADI A.DEFINISI

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak

KERAGAAN TANAMAN PADI BERDASARKAN POSISI TANAMAN TERHADAP KOMPONEN HASIL PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 ABSTRAK

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENYERAHAN BANTUAN ALAT MESIN PERTANIAN DARI KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN

Transkripsi:

ISBN xxx-xxx-xxx-xxx-x Teknik Ubinan Pendugaan Produktivitas Padi Menurut Sistem Tanam Edisi Revisi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2017

PENGANTAR Upaya peningkatan produktivitas padi dengan hanya menggunakan varietas unggul berdaya hasil tinggi tidak akan efektif tanpa diikuti oleh teknik budi daya spesifik lokasi, terutama pengaturan jarak tanam yang optimal. Perbedaan jarak tanam sering kali tidak mendapat perhatian dalam cara menentukan produktivitas padi berdasarkan ubinan. Ukuran ubinan 2,5 m x 2,5 m masih berlangsung hingga saat ini, sementara jarak tanam yang menentukan populasi tanaman per satuan luas bervariasi antarpetani dan antarlokasi. Hal ini dapat menyebabkan dugaan produktivitas padi per satuan luas menjadi tidak akurat. Kesalahan dalam pendugaan hasil padi per satuan luas berdampak terhadap kesalahan data produksi nasional. Oleh karena itu, diperlukan standarisasi ubinan, pengukuran populasi tanaman (jumlah rumpun) per satuan luas, dan konversi gabah hasil dari ubinan ke hektar berdasarkan jarak tanam padi di lapangan. Memperhatikan sistem tanam padi hingga saat ini masih terus berkembang mengikuti tuntutan kemajuan teknologi, maka teknik ubinannyapun perlu penyesuaian. Panduan teknis ini menyajikan teknik ubinan untuk berbagai jarak dan cara tanam padi yang umum diterapkan petani pada saat ini dan juga untuk keperluan penelitian. Panduan teknis ini diharapkan dapat diacu untuk meminimalisasi dan bahkan menghindari kesalahan dalam menentukan produktivitas padi melalui pengubinan di lapangan. Dengan demikian, pendataan produksi padi diharapkan dapat lebih baik. Sukamandi, Februari 2017 Kepala BB Padi, Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab, MSi

Tim Penyusun: Prof. Abdul Karim Makarim Prof. Sarlan Abdulrachman Ir. Ikhwani Nurwulan Agustiani, MAgr Swisci Margaret, MSi Dr. Moh. Ismail Wahab Dr. Ridwan Rachmat Ir. Agus Guswara Editor Pelaksana: Suharna, Amd

DAFTAR ISI Hal PENGANTAR... DAFTAR ISI... PENDAHULUAN... DEFINISI UBINAN... ALASAN UKURAN UBINAN BERBEDA... SISTEM TANAM DAN UKURAN UBINAN... 1. Tegel 20 cm x 20 cm... 2. Tegel 25 cm x 25 cm... 3. Tegel 27,5 cm x 27,5 cm... 4. Tegel 30 cm x 30 cm... 5. Tegel 40 cm x 40 cm... 6. Legowo 2 : 1 (20 cm 40 cm) x 10 cm... 7. Legowo 2 : 1 (25 cm 50 cm) x 12,5 cm... 8. Legowo 2 : 1 (30 cm 60 cm) x 15 cm... 9. Legowo 4 : 1 tipe 1 (20 cm 40 cm) x 10 cm... 10. Legowo 4 : 1 tipe 1 (25 cm 50 cm) x 12,5 cm... 11. Legowo 4 : 1 tipe 2 (20 cm 40 cm) x (10 cm 20 cm)... 12. Legowo 4 : 1 tipe 2 (25 cm 50 cm) x (12,5 cm 25 cm)... 13. Legowo 6 : 1 (20 cm 40 cm) x 10 cm... 14. Legowo 6 : 1 (25 cm 50 cm) x 12,5 cm... 15. Jarwo Ganda (10 cm 25 cm 40 cm) x 15 cm... ORIENTASI PERTANAMAN DAN SISTEM TANAM LAINNYA... 16. Segi empat 40 cm x (10-15) cm... 17. Segi empat 30 cm x (10-15) cm... 18. Segi empat 25 cm x 12,5 cm... 19. Sistem tanam tidak beraturan... TAHAPAN PELAKSANAAN UBINAN... PEMROSESAN HASIL UBINAN... PENUTUP... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

PENDAHULUAN Produksi padi ditentukan oleh berbagai aspek, termasuk jarak tanam yang menentukan populasi tanaman di lapangan. Jarak tanam dan populasi tanaman mempengaruhi (1) penangkapan radiasi surya oleh individu tanaman, terutama daun untuk fotosintesis, (2) efektivitas penyerapan hara oleh akar tanaman, (3) kebutuhan air tanaman, (4) sirkulasi udara terutama CO 2 untuk fotosintesis dan O 2 untuk hasil fotosintesis, (5) ketersediaan ruang yang menentukan populasi gulma, dan (6) iklim mikro (kelembaban dan suhu udara) di bawah kanopi, yang juga berpengaruh terhadap perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Keenam faktor tersebut berpengaruh terhadap kualitas pertumbuhan individu rumpun tanaman padi.

Pengaturan jarak tanam berperan penting dalam menentukan jumlah dan kualitas rumpun tanaman per satuan luas. Di sisi lain, petani memilih jarak tanam tertentu berdasarkan pertimbangan beberapa hal, antara lain ketersediaan tenaga kerja, benih, kemudahan operasional di lapangan, penyuluhan dan pelatihan tentang jarak tanam, dan kondisi wilayah (keadaan drainase, bentuk petakan, endemik keong mas dll). Kombinasi antara pertimbangan ilmiah untuk mencapai hasil terbaik/tertinggi dan pertimbangan teknis (mudah, murah, dan sesuai keinginan petani) menyebabkan terjadinya keragaman penerapan jarak tanam di lapangan. Pengalaman menunjukkan adanya berbagai jarak tanam padi, mulai dari tegel 20 cm x 20 cm; 25 cm x 25 cm; 27,5 cm x 27,5 cm; dan 30 cm x 30 cm hingga sistem jajar legowo. Tanam jajar legowo merupakan salah satu cara untuk meningkatkan populasi tanaman dan cukup efektif mengurangi serangan hama tikus, keong mas, dan keracunan besi. Jajar legowo (legowo/jarwo) adalah pengosongan satu baris tanaman setiap dua atau lebih baris dan merapatkan dalam barisan tanaman, sehingga dikenal legowo 2:1 apabila satu baris kosong diselingi oleh dua baris tanaman padi atau 4:1 bila diselingi empat baris tanaman. Dalam penentuan produksi padi per satuan luas diperlukan teknik ubinan yang representatif. Hingga saat ini ukuran ubinan 2,5 m x 2,5 m masih digunakan dalam menentukan hasil padi padahal jarak tanam padi antarpetani dan antarlokasi sangat beragam. Alat penentuan ubinan yang biasa digunakan terbuat dari stainless steel atau pipa PVC (BPS 2007). Ubinan 2,5 m x 2,5 m memenuhi syarat luas minimal 5 m 2 dalam menentukan hasil padi (Gomez 1972; Subrata dan Kusmana 2003), namun tidak selalu konsisten memuat rumpun per ubinan, karena jarak tanam berbeda antarlokasi. Oleh sebab itu disarankan ukuran ubinan bersifat fleksibel, disesuaikan dengan jarak tanam (Subrata dan Kusmana 2003). Batas ubinan ditempatkan pada pertengahan jarak antartanam, kecuali pada jarak tanam tidak beraturan atau acak.

Di Telagasari, Karawang, Jawa Barat, misalnya, padi ditanam dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm pada saat panen digunakan ubinan baku 2,5 m x 2,5 m (6,25 m 2 ) dengan jumlah rumpun bervariasi antara 81 dan 100 rumpun akibat peletakan batas ubinan bisa memasukkan 9 atau 10 rumpun tanaman pada kedua arah ubinan. Akibatnya, perbedaan hasil konversi dapat mencapai 23,4% ((100-81) x 100/81)). Perbaikan cara ubinan oleh BPS dewasa ini tidak lagi berdasarkan ukuran ubinan (2,5 m x 2,5 m), tetapi menurut jumlah rumpun 10 x 10 atau 100 rumpun (rumpun counting) dan luas ubinan bergantung pada jarak tanam (BPS 2007). Misalnya apabila jarak tanam 27 cm x 27 cm maka luas ubinan dihitung 2,7 m x 2,7 m. Namun, melakukan ubinan terhadap 100 rumpun juga masih memiliki kelemahan. Misalnya untuk jarak tanam rapat atau jajar legowo, 100 rumpun tanaman menjadi sangat kecil atau bentuk ubinan tidak tetap, sehingga keragamannya besar dan sering tidak mewakili hamparan. Untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan standarisasi ubinan, pengukuran populasi tanaman (rumpun) per satuan luas, dan teknik konversi hasil tanaman dari ubinan ke hektar. Hal ini berperan penting dalam penentuan produktivitas tanaman secara comparable dan lebih teliti antarberbagai cara dan jarak tanam.

DEFINISI UBINAN Ubinan adalah luasan pada pertanaman, yang umumnya berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar (untuk mempermudah perhitungan luas), yang dipilih untuk mewakili suatu hamparan pertanaman yang akan diduga produktivitasnya (hasil tanaman per hektar tanpa pematang) dengan cara menimbang hasil (kg/ubinan) dikali 10.000 m 2 dan dibagi dengan luas ubinan (m 2 ). Ubinan yang benar adalah apabila diperluas ke kanan-kiri atau ke depan-belakang (pada pertanaman dengan jarak tanam beraturan), maka jumlah rumpun tanaman (populasi) merupakan kelipatan dari jumlah rumpun dalam ubinan semula. Oleh sebab itu, persyaratan ubinan menurut Gomez dan Gomez (1983) adalah: 1) Mudah diidentifikasi, jelas batasnya, terutama pada hamparan pertanaman padi dengan jarak tanam yang sama; 2) Mudah diukur atau dikonversi ke hektar, misalnya luas ubinan sudah diketahui (6,25 m 2, sesuai cara lama); 3) Ketepatan dugaan tinggi dengan biaya murah, misalnya hasil padi pada suatu hamparan diduga dari ubinan secara tepat dan tidak memerlukan banyak biaya; 4) Panjang dan lebar atau bentuk ubinan disesuaikan dengan jarak tanam yang beraturan di lapangan, diukur dari titik tengah antar- 4 rumpun ke titik tengah antar- 4 rumpun di ujung lainnya; 5) Upayakan berbentuk bujur sangkar atau empat per segi panjang yang mendekati bujur sangkar; 6) Ubinan diletakkan pada bagian dari pertanaman yang mewakili kondisi pertanaman seluruhnya; 7) Apabila ada bagian-bagian dari pertanaman yang menunjukkan perbedaan pertumbuhan/kesuburan, maka pada setiap bagian

pertanaman diletakkan satu ubinan, dan produktivitas pertanaman merupakan rata-rata dari produktivitas bagian pertanaman, dikali dengan proporsi luas keseluruhan. Misalnya bagian pertanaman pertama memiliki produktivitas 5 ton/ha dengan proporsi 10% dari seluruh areal pertanaman, bagian pertanaman kedua memiliki produktivitas 6 ton/ha dengan proporsi 40%; dan bagian pertanaman ketiga memiliki produktivitas 7 ton/ha dengan proporsi 50%, maka produktivitas hamparan dihitung sebagai berikut : Produktivitas rata-rata = (5 x 0,1) + (6 x 0,4) + (7 x 0,5) ton/ha = 6,4 ton/ha Tanpa mempertimbangkan perbandingan luas pertanaman (proporsi), maka produktivitas bisa salah hitung menjadi (5+6+7)/3 ton/ha = 6,0 ton/ha.

ALASAN UKURAN UBINAN BERBEDA Ukuran ubinan yang digunakan di lapangan saat ini untuk menentukan produktivitas padi adalah 2,5 m x 2,5 m. Apabila jarak tanam 25 cm x 25 cm maka jumlah rumpun dalam ubinan yang dipanen adalah 100 rumpun (250/25 x 250/25 = 10 rumpun x 10 rumpun). Apabila jarak tanam 20 cm x 20 cm maka jumlah rumpun yang dipanen dengan cara yang sama adalah 250/20 x 250/20 = 12,5 rumpun x 12,5 rumpun = 156,25 rumpun, yang tentunya tidak dapat dilaksanakan dengan tepat, sehingga menimbulkan perbedaan dalam penghitungan. Misalnya, nilai 12,5 rumpun bisa dibulatkan menjadi 13 rumpun dalam luas ubinan 6,25 m 2, dan bisa juga dianggap 13 x 13 rumpun atau 169 rumpun (Cara 1). Dibandingkan dengan bila yang dipanen 12 rumpun x 12 rumpun atau 144 rumpun (Cara 2), maka hasil ubinan dari 2,5 m x 2,5 m akan berbeda 25 rumpun. Dengan kata lain, hasil ubinan dengan cara 1 akan 1,17 x lebih besar dibandingkan dengan cara 2, yaitu 169/144 = 1,17. Jadi apabila cara 1 hasilnya 6.000 kg/ha, maka dengan cara 2 hasilnya 5.128 kg/ha, padahal luas hamparannya sama. Oleh sebab itu, ada persyaratan yang perlu dipenuhi. Pertama, ukuran ubinan perlu disesuaikan dengan sistem tanam dan orientasi pertanaman, sehingga panjang dan lebar ubinan memuat jumlah rumpun yang tetap atau habis dibagi dengan jarak tanam. Kedua, supaya ada relevansinya dengan cara ubinan lama, yaitu 2,5 m x 2,5 m, maka ukuran ubinan diupayakan mendekati bujur sangkar dengan luas sekitar 6,25 m 2.

SISTEM TANAM DAN UKURAN UBINAN 1. Tegel 20 cm x 20 cm a. Orientasi pertanaman 20 cm 1 m 20 cm 1 m ½ jarak tanam b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 5 rumpun x 5 rumpun atau 1 m 2 = 25 rumpun, atau 1 ha = 10.000/1 x 25 rumpun = 250.000 rumpun c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,6 m x 2,6 m = 6,76 m 2 13 rumpun x 13 rumpun = 169 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,76 m 2 x 4,5 kg = 6.657 kg GKP/ha. 2,6 m 2,6 m

2. Tegel 25 cm x 25 cm a. Orientasi pertanaman 1 m 25 cm 25 cm 1 m ½ jarak tanam b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 4 rumpun x 4 rumpun atau 1 m 2 = 16 rumpun atau 1 ha = 10.000/1 x 16 rumpun = 160.000 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m 2 10 rumpun x 10 rumpun = 100 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4,25 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,25 m 2 x 4,25 kg = 6.800 kg GKP/ha. 2,5 m 2,5 m

3. Tegel 27,5 cm x 27,5 cm a. Orientasi pertanaman 1,10 m 27,5 cm 27,5 cm 1,10 m ½ jarak tanam b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,1 m x 1,1 m = 4 rumpun x 4 rumpun atau 1,21 m 2 = 16 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,21 m 2 x 16 rumpun = 132.231 rumpun. Catatan: 1,1 m dipilih agar banyaknya rumpun yang diubin bulat jumlahnya, yaitu 4 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,48 m x 2,48 m = 6,15 m 2 9 rumpun x 9 rumpun = 81 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,15 m 2 x 4 kg = 6.504 kg GKP/ha. 2,48 m 2,48 m

4. Tegel 30 cm x 30 cm a. Orientasi pertanaman 1,20 m 30 cm 30 cm 1,20 m ½ jarak tanam b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,20 m x 1,20 m = 4 rumpun x 4 rumpun atau 1,44 m 2 = 16 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,44 m 2 x 16 rumpun = 111.111 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,4 m x 2,4 m = 5,76 m 2 8 rumpun x 8 rumpun = 64 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3,75 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/5,76 m 2 x 3,75 kg = 6.510 kg GKP/ha. 2,4 m 2,4 m

5. Tegel 40 cm x 40 cm a. Orientasi pertanaman 1,20 m 40 cm 40 cm 1,20 m ½ jarak tanam b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,20 m x 1,20 m = 3 rumpun x 3 rumpun atau 1,44 m 2 = 9 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,44 m 2 x 9 rumpun = 62.500 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,4 m x 2,4 m = 5,76 m 2 6 rumpun x 6 rumpun = 36 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/5,76 m 2 x 3,5 kg = 6.076 kg GKP/ha. 2,4 m 2,4 m

6. Legowo 2:1 (20 cm 40 cm) x 10 cm a. Orientasi pertanaman 40 cm 20 cm 20 cm 10 cm 1 m 1,20 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,2 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1,2 m 2 = 40 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,2 m 2 x 40 rumpun = 333.333 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,4 m x 2,5 m = 6 m 2 8 rumpun x 25 rumpun = 200 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m 2 x 4,5 kg = 7.500 kg GKP/ha. 2,4 m 2,5 m = 25 rumpun

7. Legowo 2:1 (25 cm 50 cm) x 12,5 cm a. Orientasi pertanaman 50 cm 25 cm 25 cm 12,5 cm 1 m 1,5 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,5 m x 1,0 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,5 m 2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,5 m 2 x 32 rumpun = 213.333 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 3 m x 2 m = 6 m 2 8 rumpun x 16 rumpun = 128 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m 2 x 4,5 kg = 7.500 kg GKP/ha. 3 m 2 m = 16 rumpun

8. Legowo 2:1 (30 cm 60 cm) x 15 cm a. Orientasi pertanaman 60 cm 30 cm 30 cm 15 cm 1,2 m 1,8 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,8 m x 1,2 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 2,16 m 2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/2,16 m 2 x 32 rumpun = 148.148 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,7 m x 2,4 m = 6,48 m 2 atau 6 rumpun x 16 rumpun = 96 rumpun.

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,48 m 2 x 4,5 kg = 6.944 kg GKP/ha. 2,7 m 2,4 m = 16 rumpun

9. Legowo 4:1 tipe 1 (20 cm 40 cm) x 10 cm a. Orientasi pertanaman 60 cm 20 cm 20 cm 10 cm 1 m 1 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1 m 2 = 40 rumpun atau 1 ha = 10.000/1 m 2 x 40 rumpun = 400.000 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 3 m x 2 m = 6 m 2 12 rumpun x 20 rumpun = 240 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m 2 x 4,5 = 7.500 kg GKP/ha. 3 m 2 m

10. Legowo 4:1 tipe 1 (25 cm 50 cm) x 12,5 cm a. Orientasi pertanaman 75 cm 25 cm 25 cm 12,5 cm 1 m 1,25 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,25 m 2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m 2 x 32 rumpun = 256.000 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m 2 atau 8 rumpun x 20 rumpun = 160 rumpun.

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,25 m 2 x 4,5 kg = 7.200 kg GKP/ha. 2,5 m 2,5 m

11. Legowo 4:1 tipe 2 (20 cm 40 cm) x (10 cm 20 cm) a. Orientasi pertanaman 10 cm 20 cm 40 cm 1 m 1 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 6 x 100/20 rumpun atau 1 m 2 = 30 rumpun atau 1 ha = 10.000/1 m 2 x 30 rumpun = 300.000 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 3 m x 2 m = 6 m 2 18 rumpun x 200/20 = 180 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m 2 x 4,5 = 7.500 kg GKP/ha. 3 m 2 m

12. Legowo 4:1 tipe 2 (25 cm 50 cm) x (12,5 cm 25 cm) a. Orientasi pertanaman 25 cm 50 cm 12,5 cm 1 m 1,25 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 6 x 100/25 rumpun atau 1,25 m 2 = 24 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m 2 x 24 rumpun = 192.000 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,5 m x 2 m = 5 m 2 12 rumpun x 200/25 = 96 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3,75 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/5 m 2 x 3,75 kg = 7.500 kg GKP/ha. 2,5 m 2 m

13. Legowo 6:1 (20 cm 40 cm) x 10 cm a. Orientasi pertanaman 10 cm 20 cm 40 cm 1 m 1,4 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,4 m x 1 m = 6 rumpun x 10 rumpun atau 1,4 m 2 = 60 rumpun atau 1 ha = 428.571 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,8 m x 2 m = 5,6 m 2 12 rumpun x 20 rumpun = 240 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 4,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/5,6 m 2 x 4,5 kg = 8.036 kg GKP/ha. 2,8 m 2 m = 20 rumpun

14. Legowo 6:1 (25 cm 50 cm) x 12,5 cm a. Orientasi pertanaman 12,5 cm 25 cm 50 cm 1 m 1,75 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,75 m x 1 m = 6 rumpun x 8 rumpun atau 1,75 m 2 = 48 rumpun atau 1 ha = 274.286 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 3,5 m x 2 m = 7 m 2 12 rumpun x 16 rumpun = 192 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 5,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/7 m 2 x 5,5 = 7.875 kg GKP/ha. 3,5 m 2 m = 16 rumpun

15. Jarwo Ganda (10 cm 25 cm 40 cm) x 15 cm a. Orientasi pertanaman 25 cm 10 cm 40 cm 1,7 m 15 cm 1,5 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,7 m x 1,5 m = 8 rumpun x 10 rumpun atau 2,55 m 2 = 80 rumpun atau 1 ha = 313.725 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,55 m x 3 m = 7,65 m 2 12 rumpun x 20 rumpun = 240 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 7,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/ 7,65 m 2 x 7,5 = 9.804 kg GKP/ha. 2,55 m 1,5 m 3 m ORIENTASI PERTANAMAN DAN SISTEM TANAM LAINNYA Sistem tanam lainnya biasanya dilakukan sehubungan dengan kesesuaiannya dengan alat tanam menggunakan traktor (mekanisasi). Pada sistem mekanisasi skala luas, jarak tanam antar barisan biasanya minimal 25 cm, sedangkan di dalam barisan biasanya lebih rapat dan tidak teratur (10-15 cm), sesuai dengan jatuhnya benih melalui lubang drum seeder. Oleh sebab itu, orientasi pertanaman umumnya segi empat atau barisan tanaman saja, seperti pada no.16 dan 17.

16. Segi empat 40 cm x (10-15 cm) a. Orientasi pertanaman 0,8 m 40 cm 10-15 cm 1,5 m ½ jarak tanam b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 0,8 m x 1,5 m = 2 rumpun x (10-15) rumpun atau 1,2 m 2 = 20-30 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,2 m 2 x (10-15) rumpun = 83.333-138.888 rumpun. Catatan: Di sini asumsinya jarak antar rumpun dalam barisan tanaman tidak sama misalnya karena alat tanam yang digunakan tidak dapat menjatuhkan benih secara teratur, misalnya antara 10-15 cm. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,4 m x 2,7 m = 6,48 m 2 atau 6 rumpun/baris x (18-27) rumpun = 108-162 rumpun. Catatan: Di sini jumlah rumpun tidak menjadi patokan, tetapi luas ubinan. Juga rumpun yang banyak/padat dalam suatu ubinan, biasanya lebih kecil ukurannya dibandingkan pada jumlah rumpun yang sedikit; Sedangkan bobot biomasnya hampir sama.

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,48 m 2 x 3,5 kg = 5.401 kg GKP/ha. 2,4 m 2,7 m

17. Segi empat 30 cm x (10-15 cm) a. Orientasi pertanaman 30 cm 0,6 m 10-15 cm 1,5 m ½ jarak tanam b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 0,6 m x 1,5 m = 2 rumpun x (10-15) rumpun atau 0.9 m 2 = 20-30 rumpun atau 1 ha = 10.000/9 m 2 x (10-15) rumpun = 111.111-166.666 rumpun. Catatan: Di sini asumsinya jarak antar rumpun dalam barisan tanaman tidak sama misalnya karena alat tanam yang digunakan tidak dapat menjatuhkan benih secara teratur, misalnya antara 10-15 cm. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,4 m x 2,7 m = 6,48 m 2 atau 8 rumpun/baris x (18-27) rumpun = 144-216 rumpun. Catatan: Di sini jumlah rumpun tidak menjadi patokan, tetapi luas ubinan. Juga rumpun yang banyak/padat dalam suatu ubinan, biasanya lebih kecil ukurannya dibandingkan pada jumlah rumpun yang sedikit; Sedangkan bobot biomasnya hampir sama.

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3,5 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,48 m 2 x 3,5 kg = 5.401 kg GKP/ha. 2,4 m 2,7 m Sistem tanam No.17 merupakan sistem tanam rapat yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman melalui peningkatan jumlah populasi. Hal ini dapat dilaksanakan apabila varietas yang digunakan merupakan varietas-varietas yang tahan hama dan penyakit, tahan rebah dan tahan naungan, selain ketersediaan benih cukup, air tersedia dan modal cukup.

18. Segi empat 25 cm x 12,5 cm a. Orientasi pertanaman 1 m 25 cm 12,5 m 1 m ½ jarak tanam b. Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,0 m x 1,0 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1 m 2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,0 m 2 x 32 rumpun = 320.000 rumpun. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m 2 10 rumpun x 20 rumpun = 200 rumpun. atau

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,25 m 2 x 3 kg = 4.800 kg GKP/ha. 2,5 m 2,5 m

19. Sistem tanam tidak beraturan a. Orientasi pertanaman 1 m 1 m b. Populasi tanaman Populasi tanaman pada jarak tanam tidak beraturan tentunya bervariasi. Sebagai gambaran besarnya populasi, dihitung banyaknya rumpun padi dalam luasan 25 cm x 25 cm, diulang pada 10 tempat yang berbeda secara acak. Selanjutnya, jumlah rumpun dirata-ratakan dan simpangan bakunya dihitung. Misal: rata-rata 10 ± 2 rumpun/0,0625 m 2, maka populasinya 128-192 rumpun/m 2 atau 160 ± 32 rumpun/m 2. c. Ukuran ubinan Ukuran ubinan yang sesuai adalah: 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m 2 (mengikuti cara lama). Berdasarkan contoh di atas, jumlah rumpun = 800-1200 rumpun. Catatan: Di sini jumlah rumpun tidak menjadi patokan, tetapi luas ubinan.

d. Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,25 m 2 x 3 kg = 4.800 kg GKP/ha. Sistem tanam No. 19 yaitu sistem tanam tidak beraturan biasanya dilaksanakan dengan cara menyebar/menabur benih pada lahan sawah yang datar dan luas, melalui udara/pesawat terbang. Kebutuhan benih dengan cara sebar ini cukup tinggi (Lebih dari 100 kg/ha). Cara ini biasanya dilakukan karena kurangnya tenaga kerja atau mahalnya tenaga kerja.

TAHAPAN PELAKSANAAN UBINAN Ubinan dibuat agar dapat mewakili hasil hamparan. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pilih pertanaman yang seragam dan dapat mewakili penampilan hamparan, baik dalam segi pertumbuhan, kepadatan tanaman, maupun kondisi terakhir yang ada di lapangan. 2. Tentukan luasan ubinan sesuai dengan sistem tanam yang digunakan. 3. Tandai luasan yang akan diubin menggunakan ajir. 4. Laksanakan panen pada luasan ubinan tersebut, rontokkan gabahnya, dan bersihkan dari kotoran. 5. Ulangi pelaksanaan ubinan dengan menggunakan minimal 2 atau lebih ulangan. 6. Timbang gabah dan ukur kadar air saat panen. Konversikan hasil ubinan per ha berdasarkan ukuran luasan maupun jumlah rumpun, kemudian konversikan kembali hasil gabah yang diperoleh dalam kadar air 14% (gabah kering giling atau GKG).

PEMROSESAN HASIL UBINAN Untuk mendapatkan data ubinan perlu dilakukan langkah-langkah kegiatan seperti pada skema berikut : Ubinan Perontokan gabah Pengeringan gabah (sampai k.a. 10-16%) Buang gabah hampa dan kotoran lainnya Timbang dan catat berat bersih gabah ubinan Ukur kadar air Hitung hasil gabah ubinan k.a. 14% (kg) Hasil gabah (k.a 14%) = Hasil ubinan x (100 - k.a. gabah)/86 Hitung hasil gabah (t/ ha) k.a. 14% Hasil ubinan (k.a.14%) x 10/ luas ubinan (m 2 )

PENUTUP Berbagai orientasi pertanaman dan jarak tanam yang sering dipraktekkan petani di lapangan memiliki dasar pertimbangan ilmiah, ekonomi, kepraktisan, konsistensi/pola beraturan, dan estetika. Disarankan memilih ukuran ubinan terbaik yang bervariasi dengan konversi hasil ubinan (kg/luas ubinan) ke hasil gabah per hektar (kg/ha) tertentu seperti disajikan sebagai berikut: No. Sistem dan jarak tanam Ukuran ubinan Konversi hasil ubinan (kg/ubinan) ke produktivitas (kg/ha) Tegel 1. 20 cm x 20 cm 2,6 m x 2,6 m = 6,76 m 2 1479 2. 25 cm x 25 cm 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m 2 1600 3. 27,5 cm x 27,5 cm 2,48 m x 2,48 m = 6,15 m 2 1626 4. 30 cm x 30 cm 2,4 m x 2,4 m = 5,76 m 2 1736 5. 40 cm x 40 cm 2,4 m x 2,4 m = 5,76 m 2 1736 Legowo 2:1 6. (20 x 10 x 40) cm 2,4 m x 2,5 m = 6 m 2 1667 7. (25 x 12,5 x 50) cm 3 m x 2 m = 6 m 2 1667 8. (30 x 15 x 60) cm 2,7 m x 2,4 m = 6,48 m 2 1543 Legowo 4:1 tipe 1 9. (20 x 10 x 40) cm 3 m x 2 m = 6 m 2 1667 10. (25 x 12,5 x 50) cm 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m 2 1600 Legowo 4:1 tipe 2 11. (20 x 10 x 40) cm 3 m x 2 m = 6 m 2 1667 12. (25 x 12,5 x 50) cm 2,5 m x 2 m = 5 m 2 2000 Legowo 6:1 13. (20 x 10 x 40) cm 2,8 m x 2 m = 5,6 m 2 1786 14. (25 x 12,5 x 50) cm 3,5 m x 2 m = 7 m 2 1429 Jarwo Ganda 15. (40 x 25 x 10 x 15) cm 2,55 m x 3 m = 7,65 m 2 1307 Segi Empat 16. 40 cm x (10-15 cm) 2,4 m x 2,5 m = 6,0 m 2 1543 17. 30 cm x (10-15 cm) 2,4 m x 2,5 m = 6,0 m 2 1543 18. 25 cm x 12,5 cm 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m 2 1600 19. Tidak beraturan 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m 2 1600

DAFTAR PUSTAKA Abdulrachman, S., M.J. Mejaya, N. Agustiani, I. Gunawan, P. Sasmita, A. Guswara. 2014. Sistem Legowo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 24 hal. Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. Sosialisasi Metodologi Survei Luas Panen dan Produktivitas padi sawah. Departemen Pertanian. 69 halaman Gomez, K.A. 1972.Techniques for field experiments with rice. IRRI, Los Banos, The Philippines. 3 p. Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1983. Statistical Procedures for Agricultural Research. 2nd edition. An International Rice Research Institute Book. John Wiley and Sons. 680 p. Ihsan, N. 2011. Model ubinan padi yang tepat. 14 Agustus 2011. Makarim, A.K. dan Ikhwani. 2012. Teknik Ubinan Pendugaan Produktivitas Padi Menurut Jarak Tanam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian. 44 hal. Subrata dan R. Kusmana. 2003. Koreksi terhadap cara pengukuran ubinan tanaman padi. Buletin Tehnik Pertanian 8(1):15-18.