PENDAHULUAN. belum terjangkau oleh lembaga keuangan perbankan. berdayakan oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat (Kasmir, 2003:27).

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang makin meningkat/padat,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah baik lembaga perbankan syariah, maupun lembaga

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. ini. Hal ini tidak terlepas dari keinginan umat Islam di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan keuangan salahsatunya adalah sektor perbankan. Sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank syari ah merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syari ah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga. lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.

BAB I PENDAHULUAN. Juni 2006, h Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat dari tindakan bank bank konvensional untuk membuka

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

Assets) dan ROE (Return On Equity), rasio likuiditas terdiri dari Rasio

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga terdapat dalam Al-Qur an surat Al- Baqarah ayat 275, yang potongan

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB I PENDAHULAN. denganberkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak adanya undang. undang No 7 tahun 1992 yang kemudian direkomendasi oleh UU No.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan indikator-indikator

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus pada PT. BPR Syariah Al-Wadi ah )

BAB I PENDAHULUAN. ini, memudahkan masyarakat untuk berinvestasi ke perusahaanperusahaan. yang sudah go public dengan tujuan mendapatkan return yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB II KOMPETENSI DAN PROFESIONALITAS SDM PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

lebih lanjut setiap data hasil perhitungan. Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara bersamasama

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. financing to deposit ratio dan non performing financing terhadap profitabilitas bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam berbagai aktivitas jasa keuangan yang dilaksanakan oleh lembaga

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia yaitu pada tahun 1992,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha antar bank syariah yang semakin tajam dewasa ini telah

BAB III METODE PENELITIAN. memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis. 46. Tempat penelitian ini dilakukan di BMT Nurul Jannah yang berada di Jl.

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

Transkripsi:

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini ketertarikan masyarakat terhadap ekonomi Islam semakin berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan mulai bermunculannya lembagalembaga keuangan yang sistem operasinya berazas dan berlandaskan pada hukum Islam. Salah satu bentuk pengembangan dari konsep ekonomi Islam dalam bidang keuangan adalah Bait Al-Māl Wa At-Tamwil (BMT). Keberadaan BMT dalam perekonomian Indonesia sangat dibutuhkan, karena tujuan berdirinya BMT adalah guna meningkatkan kualitas usaha ekonomi bagi kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya yang belum terjangkau oleh lembaga keuangan perbankan. Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syariah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). 1 Pada perkembangannya, menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan BMT Indonesia, Joelarso, pada tahun 2012 setidaknya terdapat sekitar 3.900 BMT di seluruh Tanah Air. 2 1 M. Amin ziz, Sejarah Perkembangan Baitul Mal Wat Tamwil, dalam www.iesacenter.blogspot.com/2013/01/sejarah-perkembangan-bmt.html?m=1, diakses pada 23 September 2014. 2 M. Syaifullah, Aset BMT Tumbuh Signifikan, 1 dalam www.tempo.co/news/2012/11/07/089440268/, diakses pada 23 September 2014.

Perkembangan tersebut terjadi disebabkan oleh gerakan BMT yang berskala mikro, sehingga lebih dekat kepada masyarakat menengah ke bawah. Cukup dengan sejumlah modal dan beberapa orang yang bersedia menggerakkan dengan prinsip syariah, maka BMT sudah dapat didirikan, bahkan di desa terpencil sekalipun. Kehadiran BMT (Bait Al-Māl Wa At-Tamwil>) dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem simpan pinjam syariah dimaksudkan untuk menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan. Sifat usaha BMT yang berorientasi pada bisnis dimaksudkan supaya pengelolaan BMT dapat dijalankan secara profesional, sehingga mencapai tingkat efisiensi tertinggi. Aspek bisnis BMT menjadi kunci sukses mengembangkan BMT. Dari sinilah BMT akan mampu memberikan bagi hasil yang kompetitif kepada para nasabahnya serta mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolaan sejajar dengan lembaga lain. 3 BMT (Bait Al-Māl Wa At-Tamwil>) merupakan lembaga yang kegiatan usahanya tidak menerapkan sistem bunga seperti lembaga keuangan konvensional lainnya, melainkan menggunakan sistem bagi hasil atau profit sharing. 4 Dengan kata lain, kehadiran BMT yang merupakan bagian dari lembaga keuangan Islam menjadi salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. 3 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Cetakan Kedua (Yogyakarta: UII Press, 2005), 129. 4 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, cet ke-6 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 27.

Riba diharamkan seluruh agama samawi, karena dianggap sangat membahayakan dan mengandung eksploitasi. Riba bermakna ziyadah atau tambahan. 5 Sedangkan riba menurut istilah menurut ulama fikih adalah kelebihan harta dalam sebuah transaksi dengan tidak adanya imbalan atau ganti. 6 Riba atau bunga sangat diharamkan. Seperti yang dijelaskan pada Surat Al-Baqarah: 275 Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 7 Menurut teori yang dikemukakan oleh Antonio, mengatakan bahwa besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh pada kontrak muḍārabah salah satunya bergantung pada pendapatan bank. 8 Dalam hal ini, salah satu penilaian kemampuan BMT yang dapat dilakukan adalah dengan menilai kinerja 5 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, 34. 6 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), 40. 7 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: CV Diponegoro, 2007), 48. 8 Syafi'i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 145.

keuangan untuk mengetahui tingkat kesehatan BMT. Karena kinerja keuangan dapat menunjukkan kualitas BMT melalui penghitungan rasio keuangannya. Untuk menghitung rasio keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi sangat penting karena dapat memberikan informasi yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, mulai dari nasabah atau calon nasabah, investor atau calon investor, pihak pemberi dana atau calon pemberi dana, sampai pada manajemen perbankan atau BMT itu sendiri. Informasi dari laporan keuangan tersebut akan memenuhi harapan dari pihakpihak yang berkepentingan dan pada gilirannya akan memperhatikan terhadap nilai perusahaan. Dengan kinerja keuangan perusahaan bisa menekan biaya dan mengoptimalkan laba melalui prediksi anggaran sesuai dengan keuangan yang ada dalam perusahaan. 9 Selanjutnya, untuk mengetahui pendapatan BMT, peneliti menggunakan rasio profitabilitas dan rasio biaya. Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return on Asset (ROA) dan rasio yang digunakan untuk mengukur efesiensi biaya adalah Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan BMT dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. BOPO adalah rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional BMT. Alasan dipilihnya variabel ROA 9 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: STIE YKPN, 2007), 27.

dikarenakan analisisnya bersifat komprehensif atau menyeluruh yaitu meliputi kegiatan penjualan, investasi, dan pengeluaran-pengeluaran. 10 Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai BMT sehingga kemungkinan suatu BMT dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Akan tetapi, dalam laporan keuangan BMT Nurul Jannah nilai ROA dari tahun 2009-2013 secara keseluruhan menunjukkan penurunan, padahal nilai bagi hasil terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, fakta ini menandakan bahwa hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, sehingga sangat menarik untuk di teliti. Manajemen BMT harus bisa mengoptimalkan kemampuan profitabilitasnya untuk menciptakan dan menjalankan operasionalnya dengan efisien. Rasio biaya atau sering disebut juga dengan rasio efisiensi adalah rasio yang menunjukkan tingkat kinerja operasional BMT. Efisiensi produksi pada BMT dalam mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan merupakan salah satu bentuk mekanisme produksi BMT dalam rangka menghasilkan output (pendapatan) yang paling tinggi dari suatu investasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur rasio biaya dalam penelitian ini adalah BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Gambar 1.1 Perkembangan ROA dan BOPOTahun 2009-2013 10 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan (Yogyakarta: BPFE, 2004), 27.

1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Chart Title 0.453 0.434 0.431 0.392 0.389 1 0.976 0.913 0.977 0.876 2009 2010 2011 2012 2013 BOPO ROA Gambar 1.2 Perkembangan Nilai Bagi Hasil Tabungan Tahun 2009-2013 Jenis tabungan dalam BMT antara lain tabungan muḍārabah. Tabungan muḍārabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi kerugian ketika nasabah sebagai pemilik modal (ṣāḥibul māl) menyerahkan uangnya kepada bank sebagai pengusaha (muḍārib) untuk diusahakan. Keuntungan dibagi

sesuai kesepakatan, dan kerugian ditanggung oleh pemilik dana atau nasabah 11. Muḍārabah mempunyai dua bentuk, yakni muḍārabah muṭlaqah dan muḍārabah muqayyadah, perbedaan utamanya di antara keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penyusun ingin mengadakan penelitian dan menyusunnya dalam sebuah skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh ROA dan BOPO Terhadap Nilai Bagi Hasil Tabungan Muḍārabah Muṭlaqah di BMT Nurul Jannah Gresik Periode 2009-20013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ROA dan BOPO secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai bagi hasil tabungan muḍārabah muṭlaqah pada BMT Nurul Jannah Gresik periode 2009-2013? 2. Apakah ROA dan BOPO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai bagi hasil tabungan muḍārabah muṭlaqah pada BMT Nurul Jannah Gresik periode 2009-2013? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 11 Ascarya, Akad dan Produk Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), 117.

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ROA dan BOPO secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai bagi hasil tabungan muḍārabah muṭlaqah pada BMT Nurul Jannah Gresik periode 2009-2013. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ROA dan BOPO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai bagi hasil tabungan muḍārabah muṭlaqah pada BMT Nurul Jannah Gresik periode 2009-2013. D. Kegunaan Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan, acuan maupun referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang pengaruh ROA dan BOPO terhadap nilai bagi hasil tabungan muḍārabah muṭlaqah. 2. Kegunaan Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan informasi dan bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja BMT Nurul Jannnah Gresik, khususnya yang berkaitan dengan nilai bagi hasil tabungan muḍārabah muṭlaqah. b. Memberikan konstribusi pada lembaga keuangan khususnya yang berbentuk BMT untuk kemajuan ekonomi Islam.