Institut KAPAL Perempuan, 25 Oktober 2018

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

Penyebab dan Akar Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

Kerangka Kerja PRA dalam Program Pengembangan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

PERILAKU SOSIALMASYARAKATPETANI (PSMP)

BAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dilakukan dan

LAMPIRAN. A. Foto-foto. Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia.

ETIKA PROFESI PART 3

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan

SAMBUTAN PADA UPACARA BENDERA DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI IBU KE-89 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

B A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

MODUL GENDER UNTUK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. sosial, serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk

1Konsep dan Teori Gender

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

PELATIHAN BUSNINESS PLAN: PENINGKATAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PELAKU USAHA DI PROVINSI PAPUA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN & STRATEGI PENDIDIKAN GENDER

KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN UNTUK MENGEFEKTIFKAN ORGANISASI KEPEMIMPINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

Asesmen Gender Indonesia

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan masalah sosial yang perlu segera diatasi, secara kualitas maupun

Menyoal Akuntabilitas Gerakan Laki-Laki Pro-Feminis terhadap Gerakan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

Transkripsi:

Institut KAPAL Perempuan, 25 Oktober 2018

PENDIDIKAN FEMINIS Pendidikan Feminis merupakan proses pendidikan yang membongkar sistem patriarki dan untuk menggerakkan perubahan supaya perempuan terbebas dari ketidakadilan

1. Awal kemunculannya 2. Visi 3. Isi 4. Metodologi 5. Aspek-Aspek Perubahannya 6. Prinsip-Prinsip 7. Tahapan Pendidikan

Konsep Pendidikan Feminis dikembangkan berdasarkan kritikan kaum feminis terhadap pendidikan kritis: Gagal mengidentifikasi dan memastikan kesetaraan gender dalam proses pembelajarannya Pengalaman perempuan digeneralisir dan diseragamkan menjadi pengalaman manusia yang lebih umum à padahal pengalaman perempuan dilingkupi dengan konteks budaya patriarkhi

Pendidikan Feminis berakar pada paham dan politik feminis yang mendasarkan diri pada pengenalan penyebab struktural dari ketidakadilan, sub-ordinasi, penaklukan, perbudakan dan pemerasan tenaga perempuan à dengan menamakannya sebagai sistem patriarkhi. Model Pendidikan Feminis adalah perjuangan perempuan untuk meminta kembali pikiran mereka dan mematahkan kediaman yang dipaksakan oleh struktur-struktur patriarkhi dan lembaga-lembaga yang membatasinya tersebut.

Pendidikan Feminis mendorong perempuan untuk melihat dirinya sebagai pembuat sejarah dan tidak hanya sebagai obyek pasif dari proses sejarah. Pengakuan terhadap sumbangan seseorang kepada sejarah, mengubah dan menambah kemampuan mereka untuk secara kritis menganalisis masa lalu mereka dan secara kreatif merencanakan masa depan mereka.

Pendidikan Feminis menantang pandangan patriarki atas tubuh perempuan. Tubuh perempuan adalah medan pertempuran patriarkhi dan oleh karenanya Pendidikan Feminis wajib membicarakan persoalan-persoalan seksualitas perempuan dan otonomi atas tubuh mereka. Pendidikan Feminis mempertanyakan lembaga perkawinan dan keluarga yang seringkali dilihat sebagai hal pribadi yang kenyataannya menjadi salah satu pusat kekerasan dalam rumah tangga.

Pendidikan Feminis menantang pemisahan wilayah domestik dan publik dan semua pengkotakan yang menciptakan hirarki seperti: emosi - nalar, antara pikiran - tubuh, antara kualitas - kuantitas, antara kerja otak - kerja tangan yang menempatkan semua atribut yang dianggap feminin memiliki nilai yang lebih rendah.

Pendidikan Feminis menantang dan melawan pengecilan arti dari persoalan-persoalan perempuan, dengan mengecilkan atau bahkan meniadakan hubungan antara gerakan perempuan dan gerakan sosial politik lainnya yang perjuangannya menyentuh kehidupan perempuan. Dalam kerangka kerja feminis tidak ada persoalan yang hanya persoalan perempuan dan tidak ada persoalan yang bukan persoalan perempuan.

Pendidikan Feminis merupakan proses pembelajaran yang mendasarkan diri pasa siklus aksi refleksi yang berbasis pada kesadaran baru yang selalu menantang praktek-praktek dominasi. Metodologi feminis diawali pengalaman perempuan dan menggunakannya untuk menunjukkan struktur-struktur yang lebih besar. Setiap pengalaman peserta menjadi titik fokus dari pendidikan.

Pendidikan Feminis mempertanyakan dan menantang proses pendidikan yang lebih mengutamakan pada obyektifitas, penalaran dan keilmiahan. Kaum feminist sendiri yakin bahwa tidak ada yang obyektif dan netral. Oleh karena itulah bagian yang tak terpisahkan dari Pendidikan Feminis adalah menghargai subyektifitas perempuan dan pengalaman hidup perempuan sebagai dasar untuk pembelajaran, yang merupakan proses penegasan kembali sumbangan perempuan pada pembentukan pengetahuan à menuntut agar perempuan diposisikan sebagai pembentuk pengetahuan

Pendidikan Feminis mendorong perempuan untuk terus mewaspadai setiap cara aksi dan kesadarannya karena adanya batasan-batasan kondisi obyektif diluar kendalinya. Pada umumnya perempuan terperangkap dalam sebuah situasi keragu-raguan antara kepatuhan dan pemberontakan à bimbang dan tidak mampu melakukan tindakan-tindakan yang mendobrak.

KESADARAN KRITIS: kesadaran kritis atas ketertindasan perempuan karena struktur sosial, budaya, kelas, etnis/ras, jenis kelamin, dll) KOMITMEN: kesadaran yang diimplementasikan dalam tindakan nyata, merupakan sebuah perlawanan yang membutuhkan keteguhan dan kesanggupan untuk menerima resiko) POLITIK: kesadaran perubahan politik menjangkau ranah privat dan publik, dimulai dari diri sendiri yang pada gilirannya mendorong kesadaran kolektif) BUDAYAmenciptakan budaya terbuka, tidak tunggal dan mengembangkan nilai-nilai berkeadilan gender dan pluralisme)

1. Mengembangkan Ruang-Ruang Perempuan untuk Mengungkap Pengalaman Pribadi (pengalaman perempuan adalah sumber utama pengetahuan, melawan mainstream bahwa pengetahuan ilmiah adalah hanya proses berfikir, melawan budaya yang mengungkung perempuan mengungkap pengalaman pribadi yang semala ini tidak dianggap penting) 2. Kelompok Belajar Sebagai Kelompok Pendukung (pendidikan dibarengi dengan pengorganisasian perempuan, menjadi gerakan bersama melakukan perubahan) 3. Partisipatif, Dialogis dan Percaya pada Proses (fasilitator dan peserta setara, sama-sama menjadi sumber informasi, bukan hubungan guru-murid yang dominasi)

6. SIKLUS PENDIDIKAN FEMINIS Kesadaran Kritis Perempuan Otonomi Perempuan Kesetaraan dan Kesejahteraan Perempuan Kepemimpinan Perempuan Pusat Pendidikan, Kepemimpinan, Pusat Advokasi Pengorganisasian Perempuan

Proses Belajar: Memproduksi Koran Perempuan media belajar untuk mendalami isu, menganalisis dan mengekspresikan dan menyebarluaskannya ke publik

Proses Belajar

Memperluas Dukungan Publik: Membawa tema-tema perempuan melalui tari, menyanyi, drama, upacara 17 Agustusan, siaran radio, dll

Membangun data untuk bahan advokasi Pertanggung jawaban publik pengelolaan bantuan banjir

Penyusunan Modul Pendidikan Feminis

1. Modul adalah panduan yang merumuskan tujuan dan tahapan sebuah proses pendidikan yang akan dilakukan. 2. Modul adalah panduan fasilitator dalam memproses suatu pendidikan/pelatihan. 3. Modul juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengecek capaian pendidikan/pelatihan dengan membandingkan tujuan dan capaiannya.

1. Pemetaan masalah dan tujuan pendidikan/ pelatihan yang akan dilakukan. 2. Identifikasi peserta. 3. Penggalian (assessment) kebutuhan peserta. 4. Menentukan durasi waktu pendidikan dan pelatihan.

Melakukan Studi Pustaka sebagai referensi penyusunan modul dan penyusunan bahan bacaan. Merumuskan tujuan modul secara umum Menyusun materi/sessi dan tujuannya (tujuan khusus) serta metode yang digunakan. Menyusun alur pendidikan/pelatihan. Penyusunan modul.

1) Nama Modul 2) Tujuan Modul 3) Metode yang digunakan 4) Waktu 5) Alat-Alat 6) Pokok Bahasan 7) Proses dan Langkah- Langkah 8) Kesimpulan 9) Catatan Fasilitator 10) Referensi

Bahan bacaan dapat disusun sendiri oleh penyelenggara pendidikan yang disesuaikan dengan materi-materi yang diberikan. Bahan bacaan ditulis oleh narasumber. Bahan bacaan berupa buku atau bagian dari ssebuah buku yang relevan dengan materi yang diberikan.