BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujutkan keadaan yang lebih baik secara bersama-sama dan. memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

BAB V. PERKEMBANGAN KEMISKINAN. 5.1 Perkembangan Kemiskinan pada Masa Pemerintahan Orde Baru

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

BAB 1 PENDAHULUAN. bersubsidi. Pupuk yang ditetapkan sebagai pupuk bersubsidi adalah pupuk

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PENANAMAN MODAL DAERAH (RKPPMD) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

GUBERNUR JAWA TENGAH

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN


Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

PELAYANAN KB DAN PENURUNAN AKI AKB DI JAWA TENGAH

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

PELATIHAN OPERATOR SEKOLAH DAPODIK KABUPATEN GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

GUBERNUR JAWA TENGAH,

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terus menerus untuk mewujutkan keadaan yang lebih baik secara bersama-sama dan berkesinambungan (Suwanti, 2013). Pembangunan ekonomi juga untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi tersebut mencakup berbagai aspek-aspek pembentuk seperti ekonomi, sosial, politik dan lainnya dimana aspek-aspek tersebut saling bersinergi untuk mencapai keberhasilan pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu, diperlukan peran serta baik dari masyarakat maupun pemerintah dalam mencapai tujuan tersebut. Pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum yang ditandai dengan adanya perbaikan kualitas kehidupan di segala bidang. Pembangunan juga perubahan dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan nasional dan penyelesaian masalah kemiskinan (Marain dkk, 2014). Salah satu tolak ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan (Suwanti, 2013). 1

2 Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam pertumbuhan ekonomi biasanya ditelaah proses produksi yang melibatkan sejumlah jenis produk dengan menggunakan sarana prasarana produksi (Taufiq, 2016). Pertumbuhan ekonomi dalam sistem pemerintahan daerah biasanya di indikasikan dengan meningkatnya produksi barang dan jasa yang diukur melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat yang madani yang bebas kolusi, korupsi dan nepotisme. Penyelenggara pemerintah daerah sebagai sub sistem Negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggara pemerintah dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, kabupaten/kota untuk bertindak sebagai motor sedangkan pemerintah Provinsi sebagai koordinator mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakta dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sebagai bagian dari pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional, pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Tengah juga berperan penting terhadap sukses tidaknya pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan. Masing-masing propinsi di Indonesia termasuk Provinsi Jawa Tengah harus mampu menghadapi

3 tantangan perekonomian global yaitu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang di indikasikan dengan meningkatnya PDRB, serta mampu mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi terutama dalam era reformasi dimana masing-masing daerah memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk mengelola kekayaan daerah yang memiliki dan memanfaatkannya untuk kegiatan pembangunan daerah tersebut. Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang berarti Negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, subsektor perikanan. Pertanian merupakan sektor terbesar dalam hampir setiap ekonomi Negara berkembang. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya, memberikan lapangan kerja bagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada, menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi industri memberikan kontribusi terhadap PDRB, sumber devisa, serta mendorong bergeraknya sektor-sektor riil lainnya. Berikut tabel 1.1 yang menunjukkan besarnya PDRB sektor pertanian di Indonesia :

Tabel I.1 PDRB Indonesia menurut Lapangan Usaha Sektor Pertanian pada Tahun 2014-2015 NO Provinsi 2014 2015 Rata-rata 1 Aceh 34377 37595 35986 2 Sumatera Utara 121419 125903 123661 3 Sumatera Barat 41224 44439 42831.5 4 Riau 133550 145605 139577.5 5 Jambi 37968 43762 40865 6 Sumatera Selatan 54406 55257 54831.5 7 Bengkulu 14272 15429 14850.5 8 Lampung 75444 80517 77980.5 9 Kepulauan Bangka Belitung 10837 12066 11451.5 10 Kepulauan Riau 6450 7077 6763.5 11 DKI Jakarta 1719 1867 1793 12 Jawa Barat 120787 132489 126638 13 Jawa Tengah 140435 157202 148818.5 14 Yogyakarta 9769 10794 10281.5 15 Jawa Timur 208614 232283 220448.5 16 Banten 24944 28385 26664.5 17 Bali 22912 26255 24583.5 18 Nusa Tenggara Barat 19468 22432 20950 19 Nusa Tenggara Timur 20456 22766 21611 20 Kalimantan Barat 28529 30136 29332.5 21 Kalimantan Tengah 21181 23047 22114 22 Kalimantan Selatan 18753 20438 19595.5 23 Kalimantan Timur 36948 37779 37363.5 24 Kalimantan Utara 10121 10932 10526.5 25 Sulawesi Utara 17800 19827 18813.5 26 Sulawesi Tengah 31036 33644 32340 27 Sulawesi Selatan 68465 78735 73600 28 Sulawesi Tenggara 20198 21111 20654.5 29 Gorontalo 9512 10584 10048 30 Sulawesi Barat 12301 13851 13076 31 Maluku 7909 8273 8091 32 Maluku Utara 6196 6617 6406.5 33 Papua Barat 6273 6834 6553.5 34 Papua 17357 20186 18771.5 Sumber: BPS Indonesia 4

5 Pada tabel 1.1 dapat dilihat data PDRB Provinsi di Indonesia, disimpulkan dimana PDRB sektor pertanian tertinggi pertama adalah Provinsi Jawa Timur dengan nilai PDRB tahun 2014 yaitu 208614 dan pada tahun 2018 adalah 232283. Tertinggi kedua diduduki oleh Provinsi Jawa Tengah dengan nilai PDRB 2014 yaitu 140435 dan 2015 adalah 157202. Lalu posisi ketiga adalah Provinsi Riau dengan PDRB 2014 sebesar 133550 dan pada 2015 yaitu 145605. Kemudian PDRB sektor pertanian terendah pertama adalah Provinsi DKI Jakarta dengan PDRB 2014 yaitu 1719 dan pada tahun 2015 adalah 1867. Dan posisi terendah kedua yaitu Provinsi Maluku Utara dengan PDRB tahun 2014 sebesar 6196 dan pada tahun 2015 yaitu 6617. PDRB posisi ketiga di duduki Papua Barat dengan nilai PDRB 6273 lalu pada tahun 2015 sebesar 6834. PDRB pada sektor pertanian di tingkat Kabupaten/Kota di Jawa Tengah berbeda-beda tiap daerah, tergantung pada kebutuhan masing-masing daerah. Pada tabel 1.2 dapat diketahui bahwa PDRB pada sektor pertanian di masing-masing daerah memiliki trennya sendiri. Beberapa daerah menunjukkan indikator dengan meningkatnya PDRB pada sektor pertanian. Berikut adalah tabel 1.2 yang menunjukkan besarnya PDRB sektor pertanian Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

Tabel I.2 PDRB Atas Dasar Lapangan Usaha Sektor Pertanian pada Tingkat Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2014-2015 (Milliar Rupiah) No Kota/Kabupaten 2014 2015 Rata-rata 1 Kab. Cilacap 7785,02 8716,04 8250,53 2 Kab. Banyumas 4991,34 5514,20 5252,77 3 Kab. Purbalingga 4896,94 5393,93 5145,44 4 Kab. Banjarnegara 4723,85 5132,04 4927,95 5 Kab. Kebumen 4994,61 5702,91 5348,76 6 Kab. Purworejo 3287,38 3596,55 3441,97 7 Kab. Wonosobo 4293,20 4647,01 4470,11 8 Kab. Magelang 5180,52 5646,62 5413,57 9 Kab. Boyolali 4967,51 5581,25 5274,38 10 Kab. Klaten 3284,13 3662,35 3473,24 11 Kab. Sukoharjo 2359,93 2657,13 2508,53 12 Kab. Wonogiri 6732,28 7259,77 6996,03 13 Kab. Karanganyar 3576,26 4004,74 3790,50 14 Kab. Sragen 4343,89 4742,72 4543,31 15 Kab. Grobogan 5693,22 6613,77 6153,50 16 Kab. Blora 4204,45 4628,76 4416,61 17 Kab. Rembang 3875,37 4168,48 4021,93 18 Kab. Pati 7486,27 8454,57 7970,42 19 Kab. Kudus 1814,64 2023,14 1918,89 20 Kab. Jepara 3102,60 3394,05 3248,33 21 Kab. Demak 4412,70 4957,47 4685,09 22 Kab. Semarang 4075,03 4519,31 4297,17 23 Kab. Temanggung 3734,88 4156,11 3945,50 24 Kab. Kendal 6067,67 6556,01 6311,84 25 Kab. Batang 3464,40 3809,62 3637,01 26 Kab. Pekalongan 2930,18 3269,00 3099,59 27 Kab. Pemalang 4753,48 5224,89 4989,19 28 Kab. Tegal 3565,02 3879,32 3722,17 29 Kab. Brebes 12781,20 14113,78 13447,49 30 Kota Surakarta 167,75 182,75 175,25 31 Kota Salatiga 446,44 492,43 469,44 32 Kota Semarang 1230,69 1372,45 1301,57 33 Kota Pekalongan 373,91 413,68 393,80 34 Kota Magelang 123,20 132,30 127,75 35 Kota Tegal 536,90 577,47 557,19 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 6

7 Disimpulkan bahwa PDRB sektor pertanian pada 2014 2015 di tingkat Kota/Kabupaten Provinsi Jawa Tengah, Pada tahun 2014 PDRB tertinggi pertama adalah Kabupaten Brebes dengan nilai 3336111 (milliar rupiah). Kabupaten Brebes pada tahun 2015 juga tertinggi nilai PDRB nya yaitu 191182 (milliar rupiah). Dan nilai PDRB terendah di sektor pertanian adalah di Kota Magelang pada tahun 2014 dengan nilai 405 (milliar rupiah). Dan PDRB provinsi magelang tahun 2015 adalah 335 (milliar rupiah). Pada setiap daerah Kabupaten/Kota tidak semua mengalami kenaikan pertahunnya, ada yang mengalami penurunan dan juga ada yang mengalami kenaikan. Karena semua itu di dasari berbagai faktor tertentu yang bisa menaikkan atau menurunkan PDRB suatu daerah. Salah satu upaya peningkatan PDRB sektor pertanian yaitu dengan pendanaan sektor pertanian yaitu pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah sektor pertanian berfungsi dalam pendanaan pelaksanaan program-program yang telah dirancang sebuah dinas untuk pembangunan sektor pertanian. Program pertanian yang dibuat diharapkan dapat membantu para petani dalam mengembangkan sektor pertanian di daerahnya. Program dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan akan suatu wilayahnya daerah perkotaan dan pedesaan (Suwanti, 2013). Pengeluaran pemerintah mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam meningkatkan laju pertumbuhan. Pengeluaran pemerintah dapat memainkan peran sebagai penggerak utama perekonomian, sehingga ketika perekonomian mengalami kelesuan akibat adanya resesi ekonomi, pemerintah

8 melalui instrument kebijakan dapat menyelamatkan keadaan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan dengan memperbesar pengeluaran pemerintah melalui anggaran belanjanya. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja sebagai modal untuk pembangunan daerah akan menjadi jalan untuk menurunkan tingkat kemiskinan yang terjadi (Ratih, dkk, 2017). Sektor pertanian mempunyai kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah, meskipun jumlah tenaga kerja sektor pertanian mengalami penurunan namun jumlah penyerapan terhadap tenaga kerja masih menjadi yang terbesar dari sektor sektor lainnya. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, lebih di fokuskan pada pengaruh pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja dan pengeluaran sektor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Pengeluaran pemerintah mempunyai hubungan dengan PDRB atau pertumbuhan ekonomi, karena belanja untuk pembangunan ditujukan untuk membiayai agen pembangunan dan dari pengeluaran ini akan dihasilkan produk-produk yang sangat diperlukan untuk mendorong perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses pertumbuhan kegiatan ekonomi yang menjadikan naiknya PDRB karena adanya kenaikan output agregat. Maka penulis tertarik untuk melihat pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pertanian dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian.

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pertanian terhadap PDRB di tingkat Kabupaten Provinsi Jawa Tengah? 2. Bagaimanakah pengaruh penyerapan tenaga kerja sektor pertanian terhadap PDRB di tingkat Kabupaten Provinsi Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan diatas. Adapun tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pertanian terhadap PDRB di tingkat Kabupaten Provinsi Jawa Tengah. 2. Pengaruh penyerapan tenaga kerja sektor pertanian terhadap PDRB di tingkat Kabupaten Provinsi Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian tersebut, penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Masyarakat Umum Melalui penelitian ini, masyarakat dapat mengetahui perkembangan sektor pertanian di Jawa Tengah

10 2. Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu panduan bagi pemerintah dalam melakukan kebijakan pada sektor pertanian yang lebih baik dan sesuai dengan situasi dan kondisi perekonomian yang terjadi. E. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran singkat, penelitian ini dibagi dalam lima bab yang secara garis besarnya disusun sebagai berikut : BAB I : LATAR BELAKANG MASALAH Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung masalah yang sedang dikaji, antara lain pengertian dan teori terkait pokok bahasan yang akan dijelaskan, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis penelitian, data dan sumber data, metode penelitian serta teknik analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada permulaan bab ini akan digambarkan secara singkat pertumbuhan sektor pertanian dan pengeluaran pemerintah

11 sektor pertanian bab ini juga memuat hasil dan pembahasan analisis data yang menjelaskan hasil estimasi dari penelitian yang dilakukan. BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari analisis data dan pembahasan. Dalam bab ini juga berisi saran saran yang direkomendasikan kepada pihak pihak tertentu atas dasar penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN