BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan


1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

HUBUNGAN POSTUR KERJA TIDAK ERGONOMIS DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN MUSCOLOSKELETAL DISORDERS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGGI HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PRAMUNIAGA DI LIPPO MALL BADUNG BALI

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan pembuatannya lebih mudah. Sedangkan kain ini tenun motif

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

As'Adi, et al, Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan...

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : RIA NUR ELLYANA J

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

JENIS PEKERJAAN DAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PABRIK TAHU DI KELURAHAN JOMBLANG KECAMATAN CANDISARI SEMARANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN OTOT SENDI PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN KEUANGAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

HUBUNGAN POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA UNIT PENGELASAN PT. X BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Work-related musculoskeletal disorders (WMSD) merupakan salah satu

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii LEMBAR PERSETUJUAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR SINGKATAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.3.1 Tujuan Umum... 3 1.3.2 Tujuan Khusus... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 4 1.4.1 Manfaat Praktis... 4 1.4.2 Manfaat Teoritis... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sikap Kerja... 5 2.1.1 Definisi Sikap Kerja... 5 2.1.2 Jenis-Jenis Sikap Kerja... 5 2.2 Masa Kerja... 6 2.3 Musculoskeletal Disorders (MSDs)... 9

2.2.1 Definisi MSDs... 9 2.3.2 Faktor-Faktor Risiko MSDs... 9 2.3.3 Tanda dan Gejala MSDs... 20 BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep... 23 3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel... 24 3.2.1 Variabel Bebas... 24 3.2.2 Variabel Terikat... 24 3.3 Definisi Operasional Variabel... 24 3.4 Hipotesis... 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian... 27 4.2 Kerangka Kerja... 28 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 29 4.3.1 Tempat Penelitian... 29 4.3.2 Waktu Penelitian... 29 4.4 Populasi,Sample, dan Teknik Sampling Penelitian... 29 4.4.1 Populasi Penelitian... 29 4.4.2 Sample... 29 4.4.3 Teknik Sampling... 31 4.5 Teknik Pengumpulan Data... 31 4.5.1 Jenis Data Yang Dikumpulkan... 31 4.5.2 Cara Pengumpulan Data... 31 4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data... 32 4.5.4 Etika Penelitian... 34 4.6 Pengolahan dan Analisa Data... 35 4.6.1 Teknik Pengolahan Data... 35 4.6.2 Teknik Analisa Data... 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 39 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian... 39 5.1.2 Karakteristik Responden... 39 5.1.3 Hasil Analisis Data... 41 5.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 45 5.2.1 Analisis Sikap Kerja dan Masa Kerja... 45 5.2.2 Hubungan Sikap Kerja dengan MSDs... 46 5.2.3 Hubungan Masa Kerja dengan MSDs... 48 5.2.4 Hubungan Sikap Kerja, Masa Kerja, dan Musculoskeletal Disorders (MSDs)... 49 5.3 Keterbatasan Penelitian... 50 BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan... 51 6.2 Saran... 52 DAFTAR PUSTAKA Lampiran

ABSTRAK Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Karakteristik pekerjaan yang ada di industri garmen umumnya adalah proses material handling (angkat-angkut), tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, serta sikap kerja duduk dan berdiri dalam waktu yang lama. Sikap kerja duduk yang lama biasanya dilakukan oleh bagian operator jahit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. Metode penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 67 orang dengan teknik sampling simple random sampling. Uji hipotesis menggunakan Pearson Product Moment, dengan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara sikap kerja (p value=0,000), dan masa kerja (p value=0,000) dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Kata Kunci: Musculoskeletal Disorders (MSDs), Sikap Kerja, Masa Kerja

ABSTRACT Based on the results of surveys of the Department Kesehatan RI in profil health issues in 2005 suggest that about 40,5% of workers suffered illness related to his work. The characteristics of existing jobs in the garment industry generally is the process of material handling (lift-transport), a high level of repetition work on type of muscle, as well as the working attitude of sitting and standing in a long time. The attitude of the old setting work normally done by a sewing operator section. The purpose of this research is to know the relation between work attitudes and long working period with MSDs in Sewing Operator at Uluwatu Garment. The method of this research is a descriptive cross sectional approach correlative. The sampled use as many as 67 people with simple random sampling. Test hypotheses using a Pearson Product Moment with α = 0.05. The results of this study showed there was a relation between the work attitude (p value=0,000) and the work period (p value=0,000) with Musculoskeletal Disorders (MSDs). Keywords: Musculoskeletal Disorders (MSDs), work position, length of work.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluhan musculoskeletal atau MSDs merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi dalam dunia pekerjaan. Data yang ditunjukkan oleh European Agency for Safety and Health at Work (EASHW) tahun 2008 menyebutkan bahwa banyak pekerja yang mengalami MSDs. Pada 27 negara di Uni Eropa didapatkan sekitar 25% dari pekerjanya mengeluh sakit punggung dan 23% dilaporkan adanya nyeri otot. Ketidaknyamanan dalam bekerja sebagian besar disebabkan oleh nyeri dan keluhan pada sistem muskuloskeletal. Ketidaknyamanan ini dapat mengakibatkan timbulnya stress, ketidakpuasan dalam bekerja, penurunan produktivitas, ketidakmampuan menyelesaikan kewajiban pekerjaan, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas di rumah. WHO (2008) melaporkan bahwa MSDs adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan beberapa gejala yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh darah (Tarwaka, 2010). Tanda dan gejala MSDs pada awalnya berupa rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar. Akibatnya berujung pada ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstremitas sehingga mengurangi efisiensi kerja dan kehilangan waktu kerja sehingga produktivitas kerja menurun (Tarwaka, 2010). Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (6%), gangguan

pernafasan (3%) dan gangguan pada Telinga Hidung Tenggorokan (THT) (1.5%) (Dayita, 2013). Sedangkan hasil studi laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2006-2007, diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja melaporkan keluhan pada musculoskeletal sesudah bekerja (Yassierili, 2009). Penyebab utama terjadinya MSDs yaitu sikap kerja yang buruk, aktivitas berulang dan peregangan otot yang berlebihan (Humantech, 2006). Selain beberapa faktor tersebut, berbagai karakteristik individu seperti jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, kekuatan fisik dan antropometri juga diyakini oleh para ahli dapat mempengaruhi risiko terjadinya keluhan musculoskeletal (Tarwaka, 2010). Bukhori (2010) mengatakan bahwa sikap tubuh yang buruk menunjukkan penyebab yang paling kuat dan sangat berkontribusi terhadap MSDs dan menimbulkan terjadinya gangguan pada leher, punggung dan bahu. Pernyataan ini juga diperkuat oleh pernyataan Cohen (2007) bahwa MSDs terjadi sebagai akibat dari suatu pekerjaan yang dilakukan dengan postur yang buruk secara terusmenerus. Faktor risiko MSDS menurut Sutalaksana (2006) terbagi menjadi faktor pekerjaan, faktor individu, faktor lingkungan. Faktor pekerjaan merupakan faktor yang berasal dari pekerjaan itu sendiri seperti sikap kerja, gerakan repetitif, dan lama kerja. Faktor individu seperti umur, jenis kelamin, masa kerja, dan antropometri (ukuran tubuh). Sedangkan faktor lingkungan kerja terdiri dari vibrasi dan mikroklimat. Prevalensi terjadinya MSDs pada pekerja tekstil pernah diteliti oleh Paudyal, Ayres, Semple, Macfarlane (2013) dengan total pekerja yang di wawancara yaitu 938 orang dan 35% (n = 324 orang) mengalami nyeri punggung bawah. Salah satu bentuk industri adalah industri tekstil dan garmen. Karakteristik pekerjaan yang ada di industri garmen umumnya adalah proses material handling (angkatangkut), tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, serta posisi kerja duduk dan berdiri dalam waktu yang lama. Posisi kerja duduk yang lama biasanya dilakukan oleh bagian operator jahit (Fitrihana, 2007).

Uluwatu Garmen yang berlokasi di Jalan Gunung Salak no. 11, Padangsambian merupakan salah satu garmen terbesar dengan jumlah operator jahit yang paling banyak di wilayah Denpasar. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 15 operator jahit di Uluwatu Garmen yang rata-rata bekerja dengan sikap kerja duduk membungkuk dan masa kerja lebih dari 5 tahun, diperoleh hasil 13 orang mengalami keluhan pada beberapa bagian anggota tubuh seperti bagian leher, lengan, tangan, punggung, pinggang, betis dan kaki. Berdasarkan hasil pendahuluan dan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana hubungan antara sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi sikap kerja pada operator jahit di Uluwatu Garmen. b. Mengidentifikasii masa kerja pada operator jahit di Uluwatu Garmen. c. Menganalisis hubungan antara sikap kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen.

d. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. e. Menganalisis hubungan antara sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perawat khusunya dalam bidang keperawatan komunitas dan perawat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang akan memberikan intervensi yang tepat bagi pasien yang mengalami MSDs. 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh. b. Dapat memberikan informasi atau data dasar bagi peneliti selanjutnya dan sebagai motivasi untuk menyadari pentingnya pengaruh MSDs terhadap aktivitas pekerjaan.