DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii LEMBAR PERSETUJUAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR SINGKATAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.3.1 Tujuan Umum... 3 1.3.2 Tujuan Khusus... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 4 1.4.1 Manfaat Praktis... 4 1.4.2 Manfaat Teoritis... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sikap Kerja... 5 2.1.1 Definisi Sikap Kerja... 5 2.1.2 Jenis-Jenis Sikap Kerja... 5 2.2 Masa Kerja... 6 2.3 Musculoskeletal Disorders (MSDs)... 9
2.2.1 Definisi MSDs... 9 2.3.2 Faktor-Faktor Risiko MSDs... 9 2.3.3 Tanda dan Gejala MSDs... 20 BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep... 23 3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel... 24 3.2.1 Variabel Bebas... 24 3.2.2 Variabel Terikat... 24 3.3 Definisi Operasional Variabel... 24 3.4 Hipotesis... 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian... 27 4.2 Kerangka Kerja... 28 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 29 4.3.1 Tempat Penelitian... 29 4.3.2 Waktu Penelitian... 29 4.4 Populasi,Sample, dan Teknik Sampling Penelitian... 29 4.4.1 Populasi Penelitian... 29 4.4.2 Sample... 29 4.4.3 Teknik Sampling... 31 4.5 Teknik Pengumpulan Data... 31 4.5.1 Jenis Data Yang Dikumpulkan... 31 4.5.2 Cara Pengumpulan Data... 31 4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data... 32 4.5.4 Etika Penelitian... 34 4.6 Pengolahan dan Analisa Data... 35 4.6.1 Teknik Pengolahan Data... 35 4.6.2 Teknik Analisa Data... 36
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 39 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian... 39 5.1.2 Karakteristik Responden... 39 5.1.3 Hasil Analisis Data... 41 5.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 45 5.2.1 Analisis Sikap Kerja dan Masa Kerja... 45 5.2.2 Hubungan Sikap Kerja dengan MSDs... 46 5.2.3 Hubungan Masa Kerja dengan MSDs... 48 5.2.4 Hubungan Sikap Kerja, Masa Kerja, dan Musculoskeletal Disorders (MSDs)... 49 5.3 Keterbatasan Penelitian... 50 BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan... 51 6.2 Saran... 52 DAFTAR PUSTAKA Lampiran
ABSTRAK Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Karakteristik pekerjaan yang ada di industri garmen umumnya adalah proses material handling (angkat-angkut), tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, serta sikap kerja duduk dan berdiri dalam waktu yang lama. Sikap kerja duduk yang lama biasanya dilakukan oleh bagian operator jahit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. Metode penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 67 orang dengan teknik sampling simple random sampling. Uji hipotesis menggunakan Pearson Product Moment, dengan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara sikap kerja (p value=0,000), dan masa kerja (p value=0,000) dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Kata Kunci: Musculoskeletal Disorders (MSDs), Sikap Kerja, Masa Kerja
ABSTRACT Based on the results of surveys of the Department Kesehatan RI in profil health issues in 2005 suggest that about 40,5% of workers suffered illness related to his work. The characteristics of existing jobs in the garment industry generally is the process of material handling (lift-transport), a high level of repetition work on type of muscle, as well as the working attitude of sitting and standing in a long time. The attitude of the old setting work normally done by a sewing operator section. The purpose of this research is to know the relation between work attitudes and long working period with MSDs in Sewing Operator at Uluwatu Garment. The method of this research is a descriptive cross sectional approach correlative. The sampled use as many as 67 people with simple random sampling. Test hypotheses using a Pearson Product Moment with α = 0.05. The results of this study showed there was a relation between the work attitude (p value=0,000) and the work period (p value=0,000) with Musculoskeletal Disorders (MSDs). Keywords: Musculoskeletal Disorders (MSDs), work position, length of work.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluhan musculoskeletal atau MSDs merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi dalam dunia pekerjaan. Data yang ditunjukkan oleh European Agency for Safety and Health at Work (EASHW) tahun 2008 menyebutkan bahwa banyak pekerja yang mengalami MSDs. Pada 27 negara di Uni Eropa didapatkan sekitar 25% dari pekerjanya mengeluh sakit punggung dan 23% dilaporkan adanya nyeri otot. Ketidaknyamanan dalam bekerja sebagian besar disebabkan oleh nyeri dan keluhan pada sistem muskuloskeletal. Ketidaknyamanan ini dapat mengakibatkan timbulnya stress, ketidakpuasan dalam bekerja, penurunan produktivitas, ketidakmampuan menyelesaikan kewajiban pekerjaan, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas di rumah. WHO (2008) melaporkan bahwa MSDs adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan beberapa gejala yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh darah (Tarwaka, 2010). Tanda dan gejala MSDs pada awalnya berupa rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar. Akibatnya berujung pada ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstremitas sehingga mengurangi efisiensi kerja dan kehilangan waktu kerja sehingga produktivitas kerja menurun (Tarwaka, 2010). Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (6%), gangguan
pernafasan (3%) dan gangguan pada Telinga Hidung Tenggorokan (THT) (1.5%) (Dayita, 2013). Sedangkan hasil studi laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2006-2007, diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja melaporkan keluhan pada musculoskeletal sesudah bekerja (Yassierili, 2009). Penyebab utama terjadinya MSDs yaitu sikap kerja yang buruk, aktivitas berulang dan peregangan otot yang berlebihan (Humantech, 2006). Selain beberapa faktor tersebut, berbagai karakteristik individu seperti jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, kekuatan fisik dan antropometri juga diyakini oleh para ahli dapat mempengaruhi risiko terjadinya keluhan musculoskeletal (Tarwaka, 2010). Bukhori (2010) mengatakan bahwa sikap tubuh yang buruk menunjukkan penyebab yang paling kuat dan sangat berkontribusi terhadap MSDs dan menimbulkan terjadinya gangguan pada leher, punggung dan bahu. Pernyataan ini juga diperkuat oleh pernyataan Cohen (2007) bahwa MSDs terjadi sebagai akibat dari suatu pekerjaan yang dilakukan dengan postur yang buruk secara terusmenerus. Faktor risiko MSDS menurut Sutalaksana (2006) terbagi menjadi faktor pekerjaan, faktor individu, faktor lingkungan. Faktor pekerjaan merupakan faktor yang berasal dari pekerjaan itu sendiri seperti sikap kerja, gerakan repetitif, dan lama kerja. Faktor individu seperti umur, jenis kelamin, masa kerja, dan antropometri (ukuran tubuh). Sedangkan faktor lingkungan kerja terdiri dari vibrasi dan mikroklimat. Prevalensi terjadinya MSDs pada pekerja tekstil pernah diteliti oleh Paudyal, Ayres, Semple, Macfarlane (2013) dengan total pekerja yang di wawancara yaitu 938 orang dan 35% (n = 324 orang) mengalami nyeri punggung bawah. Salah satu bentuk industri adalah industri tekstil dan garmen. Karakteristik pekerjaan yang ada di industri garmen umumnya adalah proses material handling (angkatangkut), tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, serta posisi kerja duduk dan berdiri dalam waktu yang lama. Posisi kerja duduk yang lama biasanya dilakukan oleh bagian operator jahit (Fitrihana, 2007).
Uluwatu Garmen yang berlokasi di Jalan Gunung Salak no. 11, Padangsambian merupakan salah satu garmen terbesar dengan jumlah operator jahit yang paling banyak di wilayah Denpasar. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 15 operator jahit di Uluwatu Garmen yang rata-rata bekerja dengan sikap kerja duduk membungkuk dan masa kerja lebih dari 5 tahun, diperoleh hasil 13 orang mengalami keluhan pada beberapa bagian anggota tubuh seperti bagian leher, lengan, tangan, punggung, pinggang, betis dan kaki. Berdasarkan hasil pendahuluan dan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana hubungan antara sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi sikap kerja pada operator jahit di Uluwatu Garmen. b. Mengidentifikasii masa kerja pada operator jahit di Uluwatu Garmen. c. Menganalisis hubungan antara sikap kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen.
d. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. e. Menganalisis hubungan antara sikap kerja dan masa kerja dengan MSDs pada operator jahit di Uluwatu Garmen. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perawat khusunya dalam bidang keperawatan komunitas dan perawat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang akan memberikan intervensi yang tepat bagi pasien yang mengalami MSDs. 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh. b. Dapat memberikan informasi atau data dasar bagi peneliti selanjutnya dan sebagai motivasi untuk menyadari pentingnya pengaruh MSDs terhadap aktivitas pekerjaan.