IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) dalam ransum terhadap profil sel darah merah domba Padjadjaran jantan telah dilakukan mulai bulan November hingga Desember, yaitu selama 6 minggu. Pengambilan sampel darah dilakukan pada akhir penelitian, namun pada pelaksanaannya ada 3 unit percobaan yang tidak dapat diambil darahnya karena mati, sehingga hanya terkumpul 17 sampel darah, oleh karena itu data analisis menggunakan metode statistik analisis ragam dengan jumlah ulangan yang tidak sama (Gaspersz,1995). 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel darah merah Sel darah merah adalah komponen dari cairan ekstraselular yang bersikulasi dalam pembuluh. Bentuk sel darah merah bikonkaf berbeda dengan sel-sel tubuh pada umumnya karena sel darah merah hanya berisi hemoglobin tanpa memiliki organelorganel sel seperti mitokondria, apparatus Golgi dan sebagainya (Yusnaini, 2014). Sel darah merah berperan strategis, yaitu sebagai alat transportasi oksigen dan karbondioksida dalam tubuh. Tabel 4. menunjukkan rataan jumlah sel darah merah dari masing-masing perlakuan yaitu R0, R1, R2, R3 secara berurutan adalah 8,14; 9,68; 9,74; dan 10,15 x 10 6 / µl. Jumlah sel darah merah terendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 8,14 x10 6 / µl dan tertinggi terdapat pada perlakuan R3 sebesar 10,15 x 10 6 / µl. Guna
memperjelas rataan jumlah sel darah merah dari setiap perlakuan disajikan dalam Ilustrasi 4. Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah Domba Padjadjaran jantan Ulangan R0 R1 R2 R3 10 6 / µl darah 1 8,98 10,42 11,85 2 6,80 8,52 8,72 3 8,26 8,65 9,76 10,90 4 10,89 10,24 10,76 8,54 5 5,76 10,59 9,33 Rataan 8,14 ± 1,98 9,68 ± 1,01 9,74 ± 1,02 10,15 ± 1,50 Keterangan: R1 = Rumput BB + konsentrat tanpa Limbah jeruk manis R2 = Rumput BB + konsentrat mengandung 7% Limbah jeruk manis R3 = Rumput BB + konsentrat mengandung 12% Limbah jeruk manis R4 = Rumput BB + konsentrat mengandung 17% Limbah jeruk manis 8,14 9,68 9,75 10,16 Ilustrasi 4. Rataan Sel Darah Merah Domba Padjadjaran Jantan yang Diberi Berbagai Tingkat Tepung Limbah Jeruk Manis (Citrus sinensis) Dalam Ransum
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (Gaspersz, 1995). Hasil analisis (Lampiran 3) menunjukkan bahwa tingkat pemberian tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) tidak berbeda nyata (P>0,05) pengaruhnya terhadap jumlah sel darah merah. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) sampai dengan taraf 17% dalam ransum tidak mempengaruhi jumlah sel darah merah, dengan kata lain rataan jumlah sel darah merah dari setiap perlakuan relatif sama, bahkan masih dalam kisaran normal seperti yang diungkapkan oleh Banks (1993), yaitu berkisar antara 8-16 x 10 6 / µl. Limbah kulit jeruk manis (Citrus sinenis) mengandung beberapa senyawa aktif diantaranya saponin, tanin, flavonoid, dan minyak atsiri. Saponin merupakan senyawa yang diyakini dapat melisiskan sel darah merah (Francis dkk, 2002; Susanti dan Marhaeniyanto, 2014) dan diduga mampu berikatan dengan fosfolipida penyusun membran sel darah merah sehingga akan mengganggu permeabilitas membran sel (Susanti dan Marhaeniyanto, 2014) yang pada akhirnya dapat melisiskan membran sel. Kandungan saponin dalam ransum saponin yaitu sekitar 0,143%, jumlah tersebut masih dalam taraf yang dapat di tolerir oleh ternak yaitu kurang dari 0,2% (Widodo, 2005). Kadar saponin tidak berdampak terhadap lisisnya membran sel darah merah dan proses metabolisme dalam tubuh dapat berjalan tanpa gangguan yang berarti Tanin adalah salah satu anggota dari senyawa polifenol, diyakini dapat berdampak negatifterhadap proses pencernaan. Tanin dalam ransum ketika berada dalam saluran pencernaan mampu melapisi dinding lumen usus sehingga berpotensi menghambat penyerapan protein (asam amino) dan zat besi (Setriyano dan Titik, 2012; Wahyuni, 2013). Sementara protein dan zat besi merupakan komponen penyusun
hormon eritropoetin sehingga berkurangnya penyerapan protein dan zat besi (Fe) berdampak negatif pada penurunan aktivitas sintesis hormone eritropoetin, yang bertanggung jawab pada sintesis sel darah merah (Wahyuni dkk, 2013), selain itu penurunan atau penghambatanpenyerapan Fe akan mengganggu metabolisme Fe yang pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya anemia (Yusnaini, 2014). Kandungan tanin dalam ransum yang dapat di tolerir oleh ternak yaitu tidak lebih dari 2-3% (Oluremi dkk, 2007). sementara tanin dalam ransum penelitian sebesar 0,165%, sehingga kandungan tersebut masih dalam batas aman. Kandungan tanin dalam ransum tidak berdampak pada pasokan nutrien, khususnya protein dan zat besi (Fe).yang dibutuhkan untuk sintesis sel darah merah masih tercukupi. Meningkatnya jumlah sel darah merah (Tabel 4) akibat pengaruh bertambahnya tingkat pemberian limbah jeruk manis (Citrus sinensis) dimungkinkan oleh aktifitas flavonoid. Senyawa flavonoid yang dominan dalam genus citrus adalah hesperidin, yang berperan sebagai antioksidan dan antiinflamasi diduga turut berperan dalam melindungi membran sel darah merah dan menjaga keutuhan membran sel khususnya dari oksidasi lipid penyusun membran (Handayani, 2005; Kasolo dkk, 2010). Tampak adanya peningkatan jumlah Sel darah merah dengan bertambahkan pemberian tepung limbah jeruk dalam ransum. 4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Hemoglobin Hemoglobin adalah metaloprotein atau gabungan antara senyawa molekul organik protein berupa globin dengan satu atom Fe, yang terdapat di dalam sel darah merah (Jitendra, 2006), dan memiliki daya gabung dengan oksigen dan karbondioksida sehingga dapat mengikat dan melepas kedua senyawa tersebut dalam jaringan tubuh.
Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Hemoglobin Domba Padjadjaran jantan Ulangan R0 R1 R2 R3 g/dl 1 9,20 11,20 11,70 2 7,20 8,10 8,60 3 7,50 8,80 9,70 10,91 4 12,40 10,70 11,20 9,90 5 7,00 11,80 9,50 Rata-rata 8,66±2,26 10,12±1,59 9,83±1,03 10,50±0,99 Keterangan: R1 = Rumput BB + konsentrat tanpa Limbah jeruk manis R2 = Rumput BB + konsentrat mengandung 7% Limbah jeruk manis R3 = Rumput BB + konsentrat mengandung 12% Limbah jeruk manis R4 = Rumput BB + konsentrat mengandung 17% Limbah jeruk manis Rataan kadar hemoglobin domba penelitian disajikan dalam Tabel 5. Tampak rataan kadar hemoglobin dari masing-masing perlakuan yaitu dari R0, R1, R2, dan R3 secara berurutan adalah 8,66; 10,12; 9,83; dan 10,50 g/dl. Rataan kadar hemoglobin tertinggi terdapat pada perlakuan R3 atau penambahan tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) sebesar 17% dalam ransum dan kadar terendah terdapat pada perlakuan R0 atau tanpa tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis). Ada kecenderungan pemberian limbah jeruk manis (Citrus sinensis) mengakibatkan peningkatan jumlah hemoglobin. Guna memperjelas rataan kadar hemoglobin dari setiap perlakuan disajikan dalam ilustrasi 5. Data pada Tabel 5. dianalisis menggunakan analisis ragam (Gaspersz, 1995). Hasil analisis (Lampiran 4) menunjukkan bahwa pemberian tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap jumlah hemoglobin domba. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) hingga taraf 17% dalam ransum memperlihatkan kadar hemoglobin yang relatif sama.
9,68 10,12 9,83 10,50 Ilustrasi 5. Rataan Hemoglobin Domba Padjadjaran Jantan yang Diberi Berbagai Tingkat Tepung Limbah Jeruk Manis (Citrus sinensis) Dalam Ransum. Tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) mengandung senyawa aktif diantaranya tanin, saponin, flavonoid dan minyak atsiri. Kehadiran tanin yang berlebih dalam saluran pencernaan dapat menghambat absorbsi zat besi (Fe), dan ikatan tanin dan protein akan menghambat absorpsi nutrien yang pada akhirnya ketersediaan Fe dan protein akan berkurang sehingga sintesis hemoglobin terganggu atau rendahnya kadar hemoglobin dalam darah (Kemuning, 2010). Demikian pula saponin mampu membentuk ikatan kompleks dengan atom ion Fe 2+ (bervalensi 2) sehingga ketersediaan zat besi (Fe) dalam tubuh menjadi berkurang. Zat besi (Fe) merupakan prekursor utama dalam sintesis hemoglobin sehingga kehadiran tannin berpotensi mengakibatkan rendahnya kadar hemoglobin (Francis dkk, 2002). Flavonoid dan minyak atsiri berfungsi sebagai antioksidan (Kasolo dkk, 2010; Juwita, 2009). Mekanisme kerja antioksidan adalah mendonasikan atom hidrogen
sehingga dapat meredam radikal bebas (Astawan, 2004) yang diproduksi akibat metabolisme yang berlebihan atau yang dapat berasal luar (eksogen). Pada penelitian ini kandungan senyawa aktif pada perlakuan R3 mengandung senyawa tanin sebesar 0,165%,saponin sebesar 0,143%, flavonoid 0,078% dan minyak atsiri 0,182%. Batas kadar senyawa aktif yang dapat ditolerir oleh ternak domba secara berurutan adalah 0,2% untuk saponin (Widodo, 2005)dan 2-3% untuk tanin (Oluremi dkk, 2007).Oleh karena itu senyawa aktif yang terkandung dalam limbah kulit jeruk manis (Citrus sinensis) tampaknya tidak mengganggu pembentukan hemoglobin, sehingga kadar hemoglobin hasil pengamatan ini (Tabel 5) masih dalam kisaran normal yaitu antara 8-16 g/dl (Banks, 1993) 4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai Hematokrit Hematokrit adalah persentase sel-sel darah merah terhadap volume darah (Frandson, 1992). Rataan Nilai hematokrit dari setiap perlakuan yaitu R0, R1, R2, dan R3 secara berurutan adalah 25,98; 30,36; 29,50; dan 31,50%. Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai Hematokrit Domba Padjadjaran Jantan Ulangan R0 R1 R2 R3.%... 1 27,60 33,60 35,10 2 21,60 24,30 25,80 3 22,50 26,40 29,10 32,70 4 37,20 32,10 33,60 29,70 5 21,00 35,40 28,50 Rata-rata 25,98±6,79 30,36±4,77 29,50±3,91 31,50±2,98 Keterangan: R1 = Rumput BB + konsentrat tanpa Limbah jeruk manis R2 = Rumput BB + konsentrat mengandung 7% Limbah jeruk manis
R3 = Rumput BB + konsentrat mengandung 12% Limbah jeruk manis R4 = Rumput BB + konsentrat mengandung 17% Limbah jeruk manis Nilai hematokrit dari masing-masing perlakuan disajikan dalam Tabel 6., rataan nilai hematokrit tertinggi terdapat pada perlakuan R3, yaitu 31,50% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu 25,98%. Guna lebih memperjelas, rataan nilai hematokrit dari masing-masing perlakuan disajikan dalam Ilustrasi 6. Data Hematokrit dalam Tabel 6. dianalisis menggunakan analisis ragam metode Gaspersz (1995). Hasil analisis (Lampiran 5) menunjukkan bahwa pemberian berbagai tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) dalam ransum tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai hematokrit domba Padjadjaran. Hal ini berarti pemberian tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) sampai dengan taraf 17% dalam ransum tidak mempengaruhi nilai hematokrit. 25,98 30,36 29,50 31,50 Ilustrasi 6. Rataan Hematokrit Domba Padjadjaran Jantan yang Diberi Berbagai Tingkat Tepung Limbah Jeruk Manis (Citrus sinensis) Dalam Ransum Rataan nilai hematokrit dampak pemberian tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) berkisar antara 25,98-31,50% ternyata masih dalam kisaran normal sesuai
dengan pernyataan Banks (1993), yaitu 24-50%. Tinggi rendahnya nilai hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kerusakan sel darah merah (Sel darah merahosis), penurunan produksi sel darah merah atau jumlah dan ukuran sel darah merah (Wardhana dkk, 2001). Hasil pengamatan memperkuat pernyataan Swenson (1970) bahwa kadar hematokrit, hemoglobin, dan sel darah merah mempunyai hubungan positif dengan meningkatnya persentase hematokrit maka jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin juga meningkat. Hal ini selaras dengan nilai sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit yang pada perlakuan mengalami peningkatan yaitu 8,14-10,15x10 6 /µl darah untuk sel darah merah; 8,66-10,50 g/dl untuk hemoglobin; dan 25,98-31,50% untuk hematokrit.