BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hewan uji coba yang dipakai dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh. terjadinya penyakit jantung dan stroke (Davey, 2006).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) DALAM MENURUNKAN KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer pada panjang gelombang 505 nm.

50 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding. x = g/kgbb/hr

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

Dewi Luksri Anjaniwati, Richa Yuswantina, Sikni Retno K. ABSTRACT

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN EKSTRAK FLAXSEED

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hewan penelitian adalah tikus jantan galur wistar (Rattus Norvegicus), umur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN EFIKASI SEDUHAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PERASAN KENTANG (Solanum tuberosum. L ) SEBAGAI TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK SEDUHAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH PUTIH TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii. HALAMAN PERNYATAAN... iv

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

5. Rancangan perlakuan hewan uji.. 6. Metode Analisa Kadar HDL dan LDL C. Analisis Hasil...

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

I. PENDAHULUAN. kadar kolesterol total terutama Low Density Lipoprotein (LDL) dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

PENGARUH EKSTRAK ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELLA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.3 Hal , September-Desember 2014, ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Identifikasi Antosianin dalam Ekstrak Kulit Buah Jamblang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Ekstrak Daun Singawalang terhadap Kadar LDL Tikus Putih Jantan Hiperkolesterolemia

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Hewan Uji Hewan uji coba yang dipakai dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus norvegicus) wistar jantan dengan berat ±200 gram usia 3-4 bulan. Tikus wistar diaklimatisasi selama 7 hari, dan diberi pakan diet tinggi lemak serta ditambahkan PTU. Untuk menetukkan kenaikan berat badan dilakukan penimbangan berat badan setiap minggu mulai dari sebelum hiperkolesterol maupun setelah hiperkolesterol. 70,0 65,0 65,2 65,7 64,7 64,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 25,7 24,9 26,2 24,9 25,1 Sebelum induksi hiperkolesterolemia (gram) Sesudah induksi hiperkolesterolemia (gram) 0,0 negatif positif 100 mg 200 mg 400 mg Gambar 4.1 Perbandingan Rerata Berat Badan Tikus Sebelum Induksi dan Setelah Induksi Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 terdapat peningkatan berat badan pada tikus yang telah diberi induksi pakan tinggi kolesterol sebesar 16-18 gram. Untuk mengetahui perbedaan rerata berat badan tikus antar kelompok sebelum hiperkolesterol dilakukan uji Independent Sample t Test dengan hasil p>0,05

artinya rerata berat badan tikus sebelum induksi hiperkolesterol tidak berbeda secara bermakna. Untuk mengetahui kenaikan berat badan tikus anatar sebelum hiperkolesterol dan sesudah hiperkolesterol dilakukan analisis menggunakan Paired Sample t Test dengan nilai probabilitas p<0,05 yang artinya terdapat berbedaan yang bermakna pada tikus yang telah diberikan induksi hiperkolesterolemia. 70,0 65,0 65,2 65,7 64,7 64,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 25,7 24,9 26,2 24,9 25,1 Sebelum induksi hiperkolesterolemia (gram) Sesudah induksi hiperkolesterolemia (gram) 0,0 negatif positif 100 mg 200 mg 400 mg Gambar 4.2 Perbandingan Rerata Kadar HDL Sebelum dan Setelah Hiperkolesterol Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 diperoleh adanya perbedaan kadar HDL antara sebelum hiperkolesterol dan sesudah hiperkolesterol pada semua kelompok. Untuk mengetahui perbedaan rerata kadar HDL pada tikus yang belum diberikan induksi hiperkolesterol digunakan uji Independent Sample t Test pada kelompok sebelum perlakuan hiperkolesterol dan didapatkan p<0,05 artinya ada perbedaaan secara bermakna. Setelah dilakukan induksi hiperkolesterol kadar HDL mengalami penurunan dan hasil dianalisis menggunakan Independent sample t test dan didapatkan hasil nilai proabilitas p<0,05 yang artinya berbeda secara bermakna.

Data HDL sebelum dilakukan intervensi hiperkolesterol dan setelah intervensi hiperkolesterol selama dua minggu diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro- Wilk. Hasil uji menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05). Untuk melihat perbedaan kadar HDL antar kelompok sebelum hiperkolesterol dan setelah hiperkolesterol dilakukan uji paired sample t test. Hasil uji didapatkan p>0,05 pada setiap kelompok menunjukkan bahwa rata-rata kadar HDL sebelum hiperkolesterol dan sesudah hiperkolesterol tidak berbeda secara bermakna. 2. Efektifitas Daun Kersen terhadap Kadar HDL Hewan Uji 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 58,7 53,4 47,6 47,6 43,4 36,4 34,5 29,5 25,7 24,9 23,5 24,9 26,1 24,9 25,1 Sesudah perlakuan hiperkolesterol (mg/dl) Sesudah terapi 1 minggu (mg/dl) Sesudah terapi 2 minggu (mg/dl) 10,0 0,0 negatif positif 100 mg 200 mg 400 mg Gambar 4.3 Pengaruh Ethanol Daun Kersen terhadap Peningkatan Kadar HDL Berdasarkan grafik pada gambar 4.3 terdapat perbedaan kadar HDL yang bermakna. Penurunan kadar HDL terjadi pada kelompok negatif, dan peningkatan

kadar HDL pada kelompok kontrol positif, kelompok ekstrak ethanol daun kersen 100 mg/kg BB, kelompok ekstrak ethanol daun kersen 200 mg/kg BB dan kelompok ekstrak ethanol daun kersen 400 mg/kg BB. Peningkatan kadar HDL tertinggi terdapat pada kontrol positif yang diberi simvastatin dosis 0,1 mg/kg BB yang diterapi selama 2 minggu, kadar HDL mencapai 58,71 mg/dl. Analisis data menggunakan uji Independent Sample t Test untuk mengetahui perbedaan kadar HDL kelompok perlakuan pada minggu pertama perlakuan dan didapatkan hasil p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan. Uji Paired Sample t Test dipakai untuk menilai perbedaan kadar HDL pada kelompok sebelum hiperkolesterol dan setelah hiperkolesterol dan didapatkan p>0,05 yang artinya tidak berbeda secara bermakna. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk didapatkan hasil (p=0,021) nilai probabilitas p>0,05 yang artinya data berdistribusi normal. Uji homogenitas mengunakan Levene statistic didapatkan nilai p>0,05 yang artinya masing-masing kelompok memiliki varians yang sama dan yang selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan uji One Way Anova dengan taraf kepercayaan 99%. Hasil uji One Way Anovadipakaiuntuk mengetahui kelompok perlakuan dengan kadar HDL tertinggi. ethanol daun kersen dengan dosis 400 mg/kgbb memiliki kadar HDL paling tinggi diantara kelompok perlakuan ekstrak ethanol dau kersen 100 mg/kgbb dan ekstrak ethanol daun kersen 200mg/kgBB. Analisis data menggunakan uji Independent Sample t Test untuk mengetahui perbedaan kadar HDL kelompok perlakuan dengan subjek yang sama

pada minggu kedua perlakuan dan didapatkan hasil p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan. Setelah dilakukan induksi hiperkolesterol selama dua minggu kadar HDL dilakukan analisis data menggunaan uji Paired Sample t Test dan didapatkan p<0,05 yang artinya terdapat perbedaaan yang bermakna. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk menunjukan p>0,05 yang artinya data berdistribusi normal. Uji homogenitas mengunakan Levene Statistic didapatkan nilai p>0,05 yang artinya masing-masing kelompok memiliki varians yang sama selanjutnya dapat dilakukan uji One Way Anova untuk mengetahui kelompok perlakuan dengan kadar HDL tertinggi. ethanol daun kersen dengan dosis 400 mg/kgbb memiliki kadar HDL paling tinggi diantara kelompok ekstrak ethanol daun kersen 100 mg/kgbb dan ekstrak ethanol daun kersen 200 mg/kgbb. Untuk mengetahui perbedaan kadar HDL minggu pertama perlakuan dan minggu kedua perlakuan pada hewan uji dilakukan uji Paired Sample t Test didapatkan hasil p>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan secara bermakna pada kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif, kelompok ekstrak 100 mg/kgbb, kelompok eksrak 200 mg/kgbb dan kelompok eksrak 400 mg/kgbb. Untuk mengetahui kenaikan kadar HDL pada masing-masing kelompok perlakuan dilakukan uji Paired Sample t Test dan didapatkan hasil p<0,05 yang artinya trdapat perbedaan yang bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan. Hasil uji statistik menggunakan uji One Way Anova dengan tingkat kepercayaan 99% menujukan bahwa nilai probabilitas p<0,05 yang artinya ekstrak daun kersen mempunyai pengaruh yang bermakna pada 14 hari setelah pemberian ekstrak.

B. Pembahasan 1. Karakteristik Hewan Uji Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan. Alasan peneliti menggunakan tikus putih karena tikus putih merupakan spesies ideal untuk uji toksologi dimana berat badan tikus putih yang mencapai 500 gram. Ukuran tersebut menjadikan tikus lebih mudah dipegang, dikendalikan dan diambil darahnya dalam jumlah relatif besar (Kusumwati 2004). Dipilih tikus jantan karena tikus jantan yang memungkinkan tidak terjadi haid ataupun kehamilan selama penelitian yang dapat membuat parameter penilaian terganggu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan lima kelompok yaitu kelompok kontol positif, kelompok kontrol negatif, kelompok ekstrak daun kersen 100 mg/kgbb, kelompok ekstrak daun kersen 200 mg/kgbb dan kelompok ekstrak daun kesen 400 mg/kgbb. Pemberian pakan tinggi lemak akan menyebabkan peningkatan berat badan tikus karena pakan tinggi lemak merupakan asam lemak jenuh terpenting untuk menurunkan kadar HDL. Pakan tinggi lemak diberikan dalam kuning telur mentah yang ditambahkan dengan PTU (Kurniawati, 2009). Komposisi asam lemak dari pakan tinggi lemak ini dapat mempengaruhi keadaan hiperkolesterol (Miharda, 1999). Pemberian pakan tinggi lemak menyebabkan peningkatan kadar trigliserida melalui peningkatan aktivitas lipogenesis dan Free Faty Acid (FFA) yang terbentuk dalam tubuh. Free Faty Acid akan banyak berpindah dari jaringan lemak menuju ke hepar dan berikatan dengan gliserol membentuk triasilgliserol. Semakin tinggi konsumsi lemak maka semakin tinggi pula sintesis triasilgliserol di hepar yang menyebabkan penurunan kadar HDL dalam darah. Penurunan kadar HDL diikuti

dengan peningkatan aktivitas reverse chlosterol transport dalam tubuh. Penurunan kadar HDL dalam tubuh setelah pemberian pakan tinggi lemak menunjukan bahwa makanan tinggi lemak merupakan faktor penting terhadap penurunan kadar HDL dalam tubuh (Murray dkk, 2003) Kadar HDL mempunyai peranan penting pada keadaan hiperkolesterolemia sehingga kadarnya dalam darah dapat dijadikan salah satu sasaran terapi penderita hiperkolesterol. Pada kondisi hiperkolesterol, membran sel menjadi jenuh karena penerimaan LDL dan biosintesis internal yang berlebihan. Peran penting HDL dalam tubuh untuk melakukan penyeimbangan kolesterol melalui transpor kolesterol terbalik (reverse cholesterol transport) dengan mengambil kelebihan kolesterol di jaringan dan membawanya ke hati untuk selanjutnya diproses dan diekskresikan sebagai garam empedu (Murray dkk, 2009). Tidak hanya itu, kadar HDL juga berperan dalam menghambat terjadinya atherosklerosis dengan cara melindungi kolesterol LDL dari proses oksidasi (Barter, 2005). 2 Efektifitas Daun Kersen terhadap Peningkatan Kadar HDL Berdasarkan penelitian Yang dkk (2002) pemberian biopolymer Ganoderma lucidum 100 mg/kgbb selama empat minggu mampu menurunkan kadar kolesterol total, kadar LDL, kadar trigliserida, fosfolipid dan dapat menaikan kadar HDL pada tikus hiperkolesterolemia. Mengacu pada penelitian tersebut maka peneliti menggunakan peringkat dosis pemberian ekstrak ethanol daun kersen 100 mg/kgbb, ekstrak ethanol daun kersen 200 mg/kgbb dan ekstrak ethanol daun

kersen 400 mg/kgbb selama 2 minggu (14hari) pada tikus wistar jantan hiperkolesterolemia sebagai pembanding dalam menetukan dosis optimal. Pengukuran kadar HDL (High Density Lipoprotein) dilakukan untuk mengetahui terjadinya pengangkutan kelebihan kolesterol dalam jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih (scavenger cells) yang akan dibawa kembali menuju hati. Hasil penelitian ini menunjukan kadar HDL pada darah tikus wistar diet tinggi lemak mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh pemberian ekstrak ethanol daun kersen dengan dosis optimal pada kelompok ekstrak ethanol daun kersen 400 mg/kgbb. Hal ini disebabkan kandungan flavonoid pada ekstrak ethanol daun keren yang meningkatkan kadar HDL. Flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3- metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase) (Ranti dkk., 2013). Dalam penelitian Winarsi dkk pada tahun 2013 adalah tingginya HDL dapat berperan sebagai anti atherogenesis termasuk menghambat LDL-oksidasi yang terdapat pada senyawa flavonoid. Kelebihan kadar HDL tidak membahayakan hewan uji, karena HDL akan membawa kelebihan LDL pada aliran darah menuju ke hati, sehingga HDL mencegah terjadinya pengendapan kolesterol pada aliran darah dan melindungi pembuluh darah dari proses atherosklerosis (Fikri dan Fairus, 2009). Pada penelitian dosis ekstrak ethanol memiliki hasil optimal pada dosis 400 mg/kgbb dari variasi dosis yang diberikan. daun kersen dosis 100 mg/kgbb dan ekstrak daun kersen 200 mg/kgbb belum optimal dalam meningkatkan kadar HDL tikus karena pada dosis tersebut tidak cukup adekuat dalam meningkatkan kadar HDL. Penelitian yang dilakukan oleh Sari pemberian

ekstrak ethanol daun kersen dapat penurunan kadar trigliserida pada tikus putih karena kandungan tanin yang terdapat dalam ekstrak daun kersen bereaksi bersama protein mukosa dan epitel usus sehingga dapat menghambat penyerapan lemak. Menurut Povey (2002) ekstrak ethanol daun kersen 400mg/kgBB sudah mencapai kadar HDL yang diinginkan yaitu >39 mg/dl. Simvastatin yangdigunakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kadar HDL memiliki efek yang hampir sama dengan ekstrak ethanol daun kesen 400 mg/kgbb. Senyawa flavonoid dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus karena menghambat enzim 3-hydroxy-3-methylglutary coenzyme A reductase (HMG-CoA reduktase) yang menyebabkan sintesis kolesterol menurun. Dalam penelitian yang dilakukan dosis optimal dalam menurunkan kadar trigliserida adalah 400 mg/kgbb (Sari, 2017). daun kesren juga dapat menurunkan angka kolesterol total pada tikus hiperkolesterolemia. Menurut penelitian yang dilakukan Pangestika (2017) ekstrak daun kersen 400 mg/kgbb dapat menurunkan kolesterol total pada tikus yang diberikan induksi hiperkolesterol. Dosis optimum pemberian ekstrak daun kersen juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus karena efikasi maksimal berhubungan dengan respon pada aksis respon. Efikasi maksimal pemberian terapi ekstrak adalah kemampuan obat mencapai target maksimal (Pangestika, 2017) Peningkatan kadar HDL dalam darah tikus wistar pada minggu pertama pemberian ekstrak daun kersen 400mg memiliki efektifitas yang optimal, dibandingkan dengan dosis 100 mg dan 200 mg karena semakin tinggi konsetrasi suatu zat maka volume dosis akan mempercepat volume distribusi, namun

konsetrasi dari ekstrak sendiri juga tidak boleh berlebihan dalam pemakaianya agar tidak menimbulkan efek dalam jangka panjang (Katzung, 2014). daun kersen 400 mg/kgbb dapat digunakan sebagai obat tambahan dalam terapi hiperkolesterol karena ketersediaan bahan pembuatan ekstrak sendiri yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar dengan harga yang lebih ekonomis.