BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada zaman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dan menghadapi perubahan-perubahan yang tidak menentu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada zaman sekarang terjadi begitu pesat terutama dalam bidang informasi, sehingga informasi terjadi di berbagai penjuru dunia dapat kita ketahui dengan cepat. Hal ini mengakibatkan persaingan yang semakin ketat dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam menghadapi kenyataan ini diperlukan sumber daya alam yang berkualitas sehingga hal yang paling penting dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. bahwa, Memasuki era globalisasi diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang kreatif, berpikir sistematis logis, konsisten dan dapat bekerja sama serta tidak cepat putus asa. Untuk memperoleh kualitas sumber daya manusia seperti disebutkan di atas diperlukan pendidikan yang berkualitas pula. Mengenai hal ini,salah satu mata pelajaran yang merefleksikan sifat tersebut adalah mata pelajaran penjas, karena penjas merupakan ilmu dasar dan melayani hampir setiap ilmu. Penjas sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan fisik siswa dan memperaktekkan berbagai cabang olahraga. Penjas dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu pengukur (indikator) keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang pendidikan, serta menjadi materi ujian untuk seleksi penerimaan menjadi tenaga kerja bidang tertentu. Melihat kondisi ini berarti penjas tidak hanya digunakan sebagai acuan

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tetapi juga digunakan dalam mendukung karier seseorang. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, mata pelajaran Penjas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, tanggal 23 Mei 2006 tentang standar isi), telah disebutkan bahwa mata pelajaran Penjas perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Mengembangkan kemampuan, berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik penjas di kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan Penjas. Tetapi, fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam penjas jarang atau tidak pernah dikembangkan. Padahal kemampuan itu yang sangat diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Penjas sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan keterampilan dan psikomotor, karena penjas merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan daya nalar, dalam aktifitas gerak. Peranan penjas ini tidak hanya terasa dalam bidang penjas tetapi aplikasinya juga pada

bidang lain. Gestalt (2009:17) mengatakan bahwa pengalaman secara menyeluruh tidak bisa disimpulkan sekedar dari bagian-bagiannya tetapi harus dilihat sebagai bentuk, pola, atau konfigurasi yang utuh dan menyeluruh. Menurut Gestalt informasi baru, konsep baru, maupun gagasan baru akan bermakna bagi pembelajar jika dikaitkan dengan konfigurasi struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Ciri keholistikkan yang ditawarkan teori ini selain menawarkan kecepatan dan kebermaknaan hasil belajar, juga membantu pengembangan keterampilan dan psikomotor siswa. Dengan menguasai penjas, anak didik diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan tujuan umum pendidikan penjas yang menekankan pada siswa untuk memiliki: 1. Kemampuan yang berkaitan dengan penjas yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah penjas, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata. 2. Kemampuan menggunakan penjas sebagai alat komunikasi. 3. Kemampuan menggunakan penjas sebagai alat komunikasi dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir logik, berkterampilan, kognitif, dan psikomotor, bersikap jujur dan disiplin dalam memandang menyelesaikan suatu masalah. (Depdiknas, 2002). Mengajarkan penjas tidak hanya sekedar guru menyiapkan dan menyampaikan aturan-aturan dan definisi-definisi, serta prosedur bagi para siswa untuk mereka hafalkan, akan tetapi mengajarkan penjas adalah bagaimana. Guru melibatkan

siswa sebagai peserta-peserta yang aktif dalam proses belajar sebagai upaya untuk mendorong mereka membangun keterampilan, kognitif dan psikomotor mereka. Dalam proses belajar hendaknya diingat bahwa diakhir dari suatu rangkaian kegiatan belajar mengajar, kompetensi-kompetensi penalaran, koneksi, komunikasi, representasi harus sudah nampak sebagai hasil belajar siswa. Karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya kegiatan belajar diarahkan untuk munculnya kompetensi-kompetensi tersebut yang dianjurksan agar kegiatan tersebut dapat terjadi pada setiap jenjang, pendidikan. Siswa perlu berkompetisi, bekerja sama dan mengembangkan solidaritasnya. Hal ini berarti strategi pembelajaran yang diterapkan guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat kompetisi sehat untuk memperoleh intensif, bekerja sama dan solidaritas sambil tetap menyediakan tugas-tugas yang memungkinkan siswa bekerja mandiri. Namun pada kenyataannya nilai mata pelajaran penjas masih lebih rendah dibanding mata pelajaran lainnya.terlihat dari hasil nilai penjas siswa pada KKM (kriteria ketuntasan manimum) 75 masih sangat rendah. Yaitu dari 25 siswa kelas XI IPA ternyata 20 siswa (80%) belum memiliki ketuntasan belajar, selebihnya 5 orang (20%) sudah memiliki ketuntasan. Hal ini karena siswa mengalami kesulitan dan belum mengetahui cara melakukan teknik dasar passing bawah yang baik dan benar. Untuk itu guru memerlukan strategi dan solusi demi kemajuan perubahan situasi dan tujuan pembelajaran di dalam kelas memerlukan kepekaan guru, artinya seorang guru harus mampu mendiagonis masalah yang muncul dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Selain itu guru juga dituntut mampu

menganalisis dan mendeskripsikan akar penyebab dari masalah serta mampu memilih pendekatan yang paling tepat untuk digunakan memecahkan masalah tersebut. Perbaikan kualitas pembelajaran juga harus berangkat dari permasalahan pembelajaran nyata di dalam kelas, tidak hanya melulu berangkat dari kajian yang bersifat teoritis akademis tanpa mempertimbangkan permasalahan pembelajaran nyata di dalam kelas, karena bisa jadi permasalahan pembelajaran di dalam kelas satu dengan kelas lainnya berbeda walaupun dalam satu sekolah yang sama. Menurut Trianto (2009:57) menyatakan tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan hasil belajar akademik baik individu maupun kelompok. Ditambahkan Hayati (2002:25) Dalam sistem pembelajaran kooperatif, dapat memperbaiki hasil belajar penjas, karena pembelajaran kooperatif dituntut aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengembangkan keterampilan baik individu maupun kelompok. Menyadari hal itu dalam penelitian ini peneliti berusaha berangkat dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, karena lokasi penelitian merupakan sekolah dimana peliti utama tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, maka dipandang perlu melakukan observasi awal dengan melibatkan beberapa guru penjas sebagai mitra sejajar dalam penelitian ini. Observasi awal pada tanggal 27 pebruari 2014 dan pelibatan guru penjas di sekolah tersebut sangat strategis dalam memberikan masukan dan informasi tentang permasalahan-permasalahan real pembelajaran penjas yang dihadapi oleh siswa-siswa di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru penjas, peneliti

memberikan tes passing bawah kepada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ulu Barumun Kabupaten Padang Lawas. Setelah peneliti memberikan hasil tes passing bawah, didapatkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan passing bawah, temuan lain selama kegiatan belajar mengajar adalah ketika guru meminta kelompok siswa mendiskusikan hasil dimana letak kesalahan passing bawah di dalam proses pembelajaran, kegiatan diskusi kelas tidak berjalan dengan baik, diskusi kelas hanya didominasi oleh 3-4 orang siswa, sedangkan yang lainnnya cenderung berlaku multiple D (datang, duduk, dengar, diam), siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan kelompok oleh 1-2 orang siswa, siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan fakta-fakta dan data-data konkret permasalahan pembelajaran di dalam kelas dan diskusi dengan guru bidang studi penjas, berhasil diidentifikasi permasalahan pembelajaran penjas sebagai berikut, (1) siswa cenderung menghafalkan konsep seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mengevaluasi, merumuskan pertanyaan, membatasi masalah, menguji data-data (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh sikap awal passing bawah yang baik dan benar, semua siswa tidak bisa melakukannya, (2) Siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi atau ceramah

oleh 3-4 orang siswa saja, (3) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Keempat kelemahan siswa di atas berdasarkan diskusi dengan guru penjas diduga berasal dari akar masalah kebiasaan belajar siswa sebelumnya yaitu, (1) pada umumnya sebagian besar guru mereka pada saat duduk di bangku sekolah dasar, dalam merumuskan tujuan pembelajaran cenderung terbatas pada aspek koqnitif domain hafalan saja, sedangkan domain berpikir kritis analisis, sintesis evaluasi belum biasa dilatihkan pada siswa, sehingga siswa cenderung kesulitan untuk berfikir yang melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) sebagian besar siswa beranggapan bahwa pelajaran penjas adalah pelajaran yang harus dilafalkan sehingga banyak siswa belajar sebatas menghafalkan apa yang ada dibuku, (3) pada umumnya siswa terbiasa belajar dalam kelas klasikal, jarang sekali siswa belajar dalam kelompok, seandainya pun mereka belajar dalam kelompok biasanya hanya dalam kelompok yang homogen bukan kelompok yang ditata sedemikian rupa agar anggota kelompok benar-benar heterogen baik etnis, agama maupun kemampuannya, hal ini akan mengakibatkan siswa kurang terbiasa bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) strategi pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan tidak "teraktifkannya" potensi dan kemampuan siswa dengan maksimal, siswa hanya sebagai pendengar, seperti botol kosong yang dituangi air. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan kurang terampil berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Temuan ini sangat ironis secara legal teoritis padahal ditugaskan bahwa perkembangan intelektual siswa sudah termasuk dalam kategori operasional abstrak, pada tahap ini seharusnya siswa sudah mampu menganalisis dan melakukan sintesis kompleks abstrak. Kelemahan ini kemunculannya disinyalir dari pangkal kebiasaan belajar siswa sebelumnya seperti telah diuraikan di atas. Untuk mengatasi hal ini perlu diusahakan supaya siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, melalui kegiatan pengamatan, penemuan, problem solving, percobaan, dan kegiatan-kegiatan yang mengembangkan daya berpikir dan kraetifitas siswa. Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang muncul dari kegiatan diskusi antara peneliti utama dam guru yang dianggap paling tepat untuk mengatasi permasalahan di atas adalah model pembelajaran kooperatif. Dipilihnya pembelajaran kooperatif dengan pertimbangan strategis sebagai berikut (1) proses pembelajaran kooperatif melibatkan siswa dalam diskusi kelompok sehingga mereka akan lebih berpikir kritis dan terampil berkomunikasikan penjas baik demonstrasi atau praktek, (2) pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa belajar mencari tahu dari sesuatu yang belum diketahui, dalam upaya mencari tahu siswa lebih terbuka sehingga siswa dapat mengemukakan ide atau pendapat sesuai dengan pikiran atau inisiatifnya sendiri sehingga siswa dapat menunjukkan keanekaragaman berfikir kritis mereka. Selain alasan di atas pertimbangan strategi lain dipilihnya pembelajaran kooperatif didasarkan pertimbangan sebagai berikut perkembangan ilmu penjas dewasa ini maju dengan sangat pesat, dengan adanya perkembangan tersebut, maka untuk menghadapinya perlu mengembangkan kualitas pembelajaran.

Implementasi metode pembelajaran kooperatif ini diupayakan agar meningkatkan cara berpikir kritis dan berkomunikasi penjas. Pengembangan pembelajaran ini hanya dimungkinkan jika hubungan kerjasama antar siswa terjalin dengan baik, komunikasi tercipta secara dialogis, kolaborasi dan partisipasi dapat terbentuk dan terbina secara efektif serta hubungan persahabatan yang saling percaya dapat terjalin dengan baik. Pembelajaran berorientasi kepada penciptaan iklim yang kondusif dapat membangun hubungan kerjasama, berbagai informasi, pengetahuan dan pengalaman antar sesama siswa maupun guru dengan siswa. Penciptaan suasana kooperatif dapat membagun siswa saling mengajukan persuasi dengan menggunakan argumen-argumen logis mereka. Masalah-masalah penjas seringkali bisa dipecahkan melalui beberapa pendekatan berbeda, dan para siswa secara berkelompok bisa mendiskusikan manfaat dari solusi yang berbedabeda. Penjas menawarkan banyak kesempatan untuk melakukan pemikiran aktif, untuk menelusuri situasi yang terbuka, untuk membuat perkiraan dan mengujinya dengan data, untuk memberikan masalah-masalah yang memikat, menyelesaikan masalah-masalah yang tidak rutin. Para siswa dalam kelompokkompok seringkali bisa menangani situasi-situasi menarik yang berada diluar kemampuan individu pada tahap perkembangan itu. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian untuk melihat kontribusi penerapan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran penjas dalam perbaikan hasil belajar siswa. Untuk maksud tersebut maka penelitian ini mengambil judul "Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Dalam Perbaikan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ulu BarumunTahun Ajaran 2014/2015 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut kiranya dapat diidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam pembelajaran penjas di SMA Negeri 1 Ulu Barumun Tahun Ajaran 2014/2015 yaitu : 1. Hasil belajar penjas siswa rendah. 2. Sebagian besar guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran cenderung terbatas pada aspek koqnitif domain hafalan saja. 3. Siswa terbiasa belajar dalam kelas klasikal, jarang sekali siswa belajar dalam kelompok. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas maka perlu batasan masalah demi tercapai tujuan yang diinginkan. Masalah yang akan diinginkan dalam penelitian ini adalah: Melihat Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Perbaikan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ulu BarumunTahun Ajaran 2014/2015 D. Rumusan Masalah Berdasarkan, uraian pada latar belakang masalah, maka masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Efektif Dalam Perbaikan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ulu Barumun Tahun Ajaran 2014/2015 E. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang keefektifan pembelajaran penjas dengan suatu pendekatan pembelajaran kooperatif. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : Untuk mengetahui apakah Efektif Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Perbaikan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ulu Barumun Tahun Ajaran 2014/2015 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah dapat mengkaji tentang alternatif pendekatan kooperatif untuk perbaikan pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, sebagai bahan pengembangan dan alternatif tentang model pembelajaran kooperatif, sehingga guru dapat merancang suatu rencana pembelajaran yang berinteraksi sehingga belajar akan lebih baik jika siswas dapat menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan belajarnya dan bukan karena diberitahukan oleh guru, sehingga dapat perbaikan hasil belajar penjas. b. Bagi siswa, diharapkan dengan adanya pendekatan pembelajaran

kooperatif munculnya sikap-sikap positif terhadap pembelajaran penjas, hal ini karena dalam pendekatan kooperatif lebih menekankan siswa bebas menentukan sendiri teknik penyelesaian suatu masalah penjas secara bebas, siswa bebas berdiskusi baik antara sesama siswa maupun dengan guru G. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep istilah dalam penelitian ini sebagai berikut : Pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana sistem belajarnya meliputi langkah-langkah belajar sebagai berikut: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyampaikan informasi, mengorganisasikan siswa kedalam kelompokkelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan.